Jakarta, Gesuri.id - Dalam dua dekade terakhir, di beberapa bagian dunia terjadi tindakan yang meresahkan, yakni serangan teroris. Serangan ini kadang lebih meresahkan ketimbang perang sesungguhnya, sebab serangan teroris terjadi dalam suasana damai dan berlangsung seketika, serta tidak bisa diprediksi kejadiannya.
Sebahagian besar teroris itu selalu dikaitkan dengan agama, namun jika dilihat dari segi ajaran, tak satu pun agama yang mengajarkan kekerasan terhadap sesama manusia. Maka dari segi ajaran, sebenarnya teroris itu tidak berkaitan dengan agama apapun.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya teroris itu adalah penganut agama, dan mengaku melakukan tindakannya karena merasa didorong oleh agamanya, dan juga karena bertujuan untuk memenuhi tuntutan dan tuntunan agama yang dipahaminya.
Agama yang paling sering dikaitkan dengan teroris ialah Islam, karena lebih banyak pelakunya yang diungkap ke publik adalah beragama Islam. Padahal perilaku teroris sebenarnya dapat saja dilakukan oleh mereka yang non Muslim.
Sejarah mencatat betapa Irlandia dilanda pertikaian, silih berganti serangan bom, dan dalam suasana perdamaiannya, muncul lagi milisi baru IRA yang menjadikan polisi anti teroris sebagai sasaran serangannya. Demikian juga, beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Amerika dan Eropa diserang oleh teroris membunuh sejumlah mahasiswa dan pelajar.