Pendidikan, Keadilan Sosial, dan Visi Kota Global: Catatan Rektor Jayabaya atas 100 Hari Pramono Rano 

Oleh: Rektor dan Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta, Prof. Dr. Fauzie Yusuf Hasibuan, S.H., M.Hum. 
Senin, 14 Juli 2025 21:20 WIB Jurnalis - Ali Imron

Jakarta, Gesuri.id - Seratus hari bukan sekadar rentang waktu administratif; ia adalah cermin awal atas arah dan watak kepemimpinan. Dari kampus Universitas Jayabaya, kami menyaksikan geliat baru Jakarta yang lebih berdaya, lebih inklusif, dan lebih dekat pada warganya. Dalam era penuh dinamika dan tantangan pasca-pemindahan status ibu kota, Gubernur Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno menunjukkan bahwa Jakarta bukanlah kota yang kehilangan makna strategisnya, melainkan sedang menemukan jati diri barunya sebagai poros pendidikan, budaya, dan keberadaban Indonesia modern.

Berdasarkan survei Litbang Kompas terbaru, mayoritas warga Jakarta menunjukkan apresiasi terhadap kinerja Gubernur Pramono Anung pada awal masa jabatannya. Sebanyak 64,5% responden menyatakan puas, sementara 30,1% belum puas, dan 5,4% masih menahan penilaian. Survei lain dari Ethical Politics bahkan mencatat tingkat kepuasan publik sebesar 77,73% terhadap kinerja 100 hari duet kepemimpinan PramonoRano. Ini bukan sekadar angka, melainkan pertanda bahwa kebijakan yang dijalankan mulai menjawab harapan kolektif warga kota.

Selain itu, yang terpenting citra pribadi Gubernur Pramono Anung mendapat penilaian positif dari 88,4% responden, mencerminkan hadirnya sosok pemimpin yang dipercaya lintas kelompok sosial. Wakil Gubernur Rano Karno pun tak kalah mendapat pengakuan, dengan tingkat kepuasan mencapai 57,5% dan citra positif sebesar 89,5%. Kepercayaan publik ini bukan hanya modal politik, tetapi juga modal sosial transformatif yang penting dalam membangun Jakarta sebagai kota cerdas yang tetap berpihak kepada rakyatnyasebuah kota global yang berkeadilan.

Respons positif ini bukan hadir dalam ruang kosong. Tingkat kepuasan tinggi tercermin dalam berbagai program prioritas atau quick wins yang menyentuh akar kebutuhan masyarakat urban. Program pemutakhiran Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, misalnya, mencatat tingkat kepuasan sebesar 93%. Ini menegaskan bahwa pendidikan masih menjadi urat nadi harapan bagi keluarga Jakarta. Disusul oleh program pemutihan ijazah yang menyentuh 90% kepuasan responden, job fair (89%), transportasi umum gratis untuk 15 golongan (88%), serta pemasangan CCTV di kawasan permukiman (82%)semuanya menunjukkan bahwa pemerintah daerah memahami denyut persoalan rakyat dan menjawabnya dengan kebijakan nyata, bukan retorika.

Dari sudut pandang pendidikan tinggi, capaian-capaian ini menunjukkan arah kebijakan yang berpihak pada rakyatbukan hanya dengan niat baik, tetapi dengan keberanian politik dan eksekusi kebijakan yang terukur. Jakarta hari ini mulai menghidupkan kembali harapan sebagai kota belajar, kota layak tinggal, dan kota yang memberi ruang pada setiap anak bangsa untuk tumbuh dan bermakna.

Baca juga :