Wong Cilik: Pilar Utama Yang Tak Terlihat

Dalam PDI Perjuangan, wong cilik justru ditempatkan pada tingkat paling atas.
Selasa, 09 Januari 2024 19:11 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Jakarta, Gesuri.id - Di tengah dinamika masyarakat modern, wong cilik, atau mereka yang sering kali terpinggirkan dalam struktur sosial, mencerminkan sisi tak terwakili dari kehidupan kita. Mereka bukanlah entitas homogen, tetapi meliputi beragam profesi dan kehidupan. Petani yang menggarap lahan dengan segala usahanya, namun hasilnya masih terkungkung oleh alam yang kadang tak bersahabat. Nelayan yang mempertaruhkan nyawa di lautan untuk mencari rezeki, namun hasil tangkapan mereka tak selalu sebanding dengan risiko yang mereka hadapi.

Wong cilik juga mencakup para buruh dan pegawai yang menyalurkan segala keringatnya, namun terjebak dalam lingkaran upah yang tidak sepadan dengan jerih payah mereka. Mereka adalah orang-orang yang menjaga roda ekonomi tetap berputar namun sering kali dilupakan dalam pembagian hasil. Kaum ibu juga menjadi bagian dari wong cilik, merangkai peran ganda sebagai pekerja dan pengasuh keluarga, sementara berhadapan dengan arus informasi yang tak jarang menggerus nilai-nilai yang mereka anut.

Ini bukan hanya soal ekonomi semata. Wong cilik juga berada di garis depan dalam membangun fondasi untuk masa depan Indonesia melalui anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab memastikan bahwa generasi penerus memiliki akses pendidikan yang layak, meskipun sering kali tersandera oleh keterbatasan ekonomi dan aksesibilitas.

Baca:GanjarPranowo Berpeluang Dapatkan Trah Gelar Wahyu Mataram

Namun, ironisnya, suara wong cilik sering kali terdengar samar. Meskipun mungkin mereka memiliki satu kesempatan dalam setahun untuk menyuarakan pendapat pada hari yang ditetapkan, suara mereka seringkali tidak didengar sepenuhnya oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Suara-suara itu terkadang terhempas angin, tak terdengar dalam kebisingan politik dan kepentingan elit.

Baca juga :