Ikuti Kami

Wong Cilik: Pilar Utama Yang Tak Terlihat

Dalam PDI Perjuangan, wong cilik justru ditempatkan pada tingkat paling atas.

Wong Cilik: Pilar Utama Yang Tak Terlihat
Hafyz Marshal.

Jakarta, Gesuri.id - Di tengah dinamika masyarakat modern, wong cilik, atau mereka yang sering kali terpinggirkan dalam struktur sosial, mencerminkan sisi tak terwakili dari kehidupan kita. Mereka bukanlah entitas homogen, tetapi meliputi beragam profesi dan kehidupan. Petani yang menggarap lahan dengan segala usahanya, namun hasilnya masih terkungkung oleh alam yang kadang tak bersahabat. Nelayan yang mempertaruhkan nyawa di lautan untuk mencari rezeki, namun hasil tangkapan mereka tak selalu sebanding dengan risiko yang mereka hadapi.

Wong cilik juga mencakup para buruh dan pegawai yang menyalurkan segala keringatnya, namun terjebak dalam lingkaran upah yang tidak sepadan dengan jerih payah mereka. Mereka adalah orang-orang yang menjaga roda ekonomi tetap berputar namun sering kali dilupakan dalam pembagian hasil. Kaum ibu juga menjadi bagian dari wong cilik, merangkai peran ganda sebagai pekerja dan pengasuh keluarga, sementara berhadapan dengan arus informasi yang tak jarang menggerus nilai-nilai yang mereka anut.

Ini bukan hanya soal ekonomi semata. Wong cilik juga berada di garis depan dalam membangun fondasi untuk masa depan Indonesia melalui anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab memastikan bahwa generasi penerus memiliki akses pendidikan yang layak, meskipun sering kali tersandera oleh keterbatasan ekonomi dan aksesibilitas.

Baca: Ganjar Pranowo Berpeluang Dapatkan Trah Gelar Wahyu Mataram

Namun, ironisnya, suara wong cilik sering kali terdengar samar. Meskipun mungkin mereka memiliki satu kesempatan dalam setahun untuk menyuarakan pendapat pada hari yang ditetapkan, suara mereka seringkali tidak didengar sepenuhnya oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Suara-suara itu terkadang terhempas angin, tak terdengar dalam kebisingan politik dan kepentingan elit.

Padahal, tanpa wong cilik, fondasi kehidupan ekonomi dan sosial Indonesia akan rapuh. Mereka adalah tulang punggung dari banyak sektor penting dalam negara ini. Tetapi, mereka terkadang dipandang sebelah mata, dianggap sebagai kelas pekerja yang kontribusinya dianggap sepele. Padahal, realitasnya jauh dari pandangan sempit ini.

Saat mempertimbangkan kepemimpinan Jokowi, banyak yang merasa bahwa ada ketidakseimbangan dalam representasi dan pemahaman terhadap kebutuhan serta aspirasi dari lapisan masyarakat yang lebih rendah. Keterbatasan akses terhadap pendidikan, pekerjaan yang layak, dan keterwakilan dalam kebijakan seringkali menjadi isu yang dirasakan oleh wong cilik. Meskipun ada upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, masih banyak yang dirasa perlu diperbaiki.

Dalam konteks dinasti politik, seperti Jokowi dan Prabowo-Gibran, mungkin ada keprihatinan akan dominasi kelompok tertentu dalam ranah politik yang mungkin tidak sepenuhnya mewakili beragam kepentingan dan kebutuhan masyarakat luas, termasuk wong cilik. Ada kekhawatiran bahwa kelompok-kelompok seperti ini mungkin tidak sepenuhnya sensitif terhadap realitas yang dihadapi oleh lapisan masyarakat yang lebih kecil. Sekarang saja, wong cilik tidak pernah sama sekali disebutkan oleh pemerintahan Jokowi. Ditambah lagi, kepemimpinan ingin Ia serahkan kepada anaknya yang berpasangan dengan Prabowo Subianto. Tentu wong cilik semakin tidak terdengar suaranya karena mereka sebenarnya hanya ingin memerintah demi kepentingannya sendiri-sendiri

Dalam upaya meningkatkan derajat wong cilik, kepemimpinan dapat memperhatikan secara lebih mendalam kebutuhan mereka dalam kebijakan yang dijalankan. Pengakuan terhadap peran vital wong cilik dalam membangun fondasi negara perlu tercermin dalam tindakan nyata, seperti memberikan akses yang lebih baik terhadap pendidikan, pekerjaan yang layak, serta memastikan representasi mereka dalam proses pengambilan kebijakan. Program program pemerintahan Jokowi, banyak sekali yang tidak berpihak kepada rakyat-rakyat kecil dan selanjutnya, program tersebut akan terus dilanjutkan walaupun tidak menghasilkan hal yang baik bagi orang-orang kecil yang ada di Indonesia

Tentu, untuk mencapai tujuan ini, kerjasama antara pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat diperlukan. Ini membutuhkan komitmen yang kuat untuk menciptakan keadilan sosial yang sejati, sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila, di mana setiap individu dihargai dan diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang. Namun, bagaimana hal ini dapat terjadi apabila pemerintah utama nya saja sudah tidak peduli terhadap rakyat kecil?  Masyarakat sendiri tidak bisa berbuat banyak apabila pemerintahannya mandek dan memang tidak memiliki niat untuk memperbaiki tatanan kehidupan fondasi-fondasi bangsa yang tidak terlihat tersebut. Sangat prihatin rasanya mendengar ternyata saudara kita ada yang masih dianggap sebelah mata oleh pemerintahan kejam yang sedang memimpin ini.

Baca: Ternyata Ini Zodiak Ganjar Pranowo, Berikut Karakternya

Semoga kegelisahan masyarakat kecil ini diakui dan didengar dengan serius oleh para pemimpin, sehingga langkah-langkah yang konkrit dan inklusif dapat diambil demi mewujudkan Indonesia yang lebih merata dan adil bagi semua lapisan masyarakat. Walaupun akan sangat sulit jika Prabowo dan Gibran terpilih, karena sesungguhnya mereka tidak memiliki banyak terobosan baru, hanya melanjutkan apa yang sudah pernah dijalankan dan itu sama sekali tidak menyentuh rakyat-rakyat kecil yang padahal banyak sekali kontribusi yang ’tidak terlihat’ bagi bangsa ini.

Melihat kegelisahan masyarakat kecil ini sebagai prioritas harus menjadi fokus bagi para pemimpin. Namun, adanya ketidakpercayaan terhadap pemimpin yang ada saat ini atau calon pemimpin yang mungkin akan datang, seperti Prabowo dan Gibran, membuat situasi semakin kompleks. Kekhawatiran akan kelanjutan kebijakan yang tidak menyentuh lapisan masyarakat yang paling terpinggirkan menjadi perhatian serius.

Dalam PDI Perjuangan, wong cilik justru ditempatkan pada tingkat paling atas, karena PDI Perjuangan sangat sadar bahwa pilar bangsa bukanlah pemerintahan yang kuat ataupun pejabat yang banyak, akan tetapi pilar bangsa adalah mereka yang bekerja keras untuk mencukupi kehidupan di tengah rezim pemerintahan yang kejam. Pada akhirnya, wujud nilai nilai perjuangan terletak pada mereka yang bekerja secara Ikhlas untuk negeri ini. Oleh karena itu, jadilah insan yang mencerminkan perjuangan dan pergerakan, demi Indonesia yang lebih baik. Sejahtera rakyatku! Wong cilik sahabatku! Dan Dirgahayu serta Panjang umur PDI Perjuangan-ku!!

Jakarta, 7 Januari 2024

Oleh: Hafyz Marshal.

Quote