Jakarta, Gesuri.id - Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS menyayangkan Indonesia yang dikenal sebagai produsen rumput laut terbesar di dunia, namun ironisnya, sebagian besar hasil panennya masih diekspor dalam bentuk mentah. Hal ini menjadi sorotan akademisi dan praktisi kelautan-perikanan itu, yang menilai bahwa potensi besar rumput laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal, terutama dalam sektor hilirisasi.
Kita produsen nomor satu di dunia. Itu kan mengambil dari kita, cuman sayangnya rumput laut kering atau mentah tuh jualnya, ujar Anggota Komisi IV DPR RI, kepada media, Rabu (1/10).
Indonesia memiliki habitat ideal untuk dua jenis rumput laut utama: Eucheuma cottonii, penghasil karaginan yang tumbuh di laut, dan Gracilaria, penghasil agar-agar yang dibudidayakan di tambak. Meski industri agar-agar telah berkembang pesat, dengan pemain besar seperti PT Agarindo/Swallow Group, hilirisasi karaginan dari E. cottonii justru tertinggal jauh.
Menurut Rektor Universitas UMMI Bogor ini, ada dua hambatan utama: Zona Nyaman Pengusaha: Banyak pelaku usaha memilih menjual rumput laut kering karena lebih mudah dan cepat menghasilkan keuntungan, dibandingkan mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi seperti kosmetik, pasta gigi, atau bahan farmasi.
Ketertinggalan Teknologi dan Investasi Hilirisasi: Minimnya fasilitas pengolahan dan rendahnya insentif membuat industri karaginan belum berkembang seperti halnya agar-agar.