Ditangkap Hanya Karena Berjilbab, Korban Tanjung Priok: Soeharto Tak Layak Disebut Pahlawan

Waktu itu, saya hanya perempuan biasa yang tinggal di rumah. Tapi karena memakai jilbab, saya dianggap radikal.
Kamis, 06 November 2025 02:02 WIB Jurnalis - Nurfahmi Budi Prasetyo

Jakarta, Gesuri.id Suasana hening menyelimuti ruang diskusi publik bertajuk #SoehartoBukanPahlawan ketika Aminatun Najariyah, penyintas peristiwa Tanjung Priok 1984, mulai menceritakan kisah kelam yang dialaminya di masa Orde Baru.

Dengan suara bergetar, perempuan berhijab yang kini berusia 68 tahun itu menuturkan bagaimana dirinya ditangkap, disiksa, dan dilecehkan hanya karena mengenakan jilbab dan berupaya melindungi keluarganya.

Waktu itu, saya hanya perempuan biasa yang tinggal di rumah. Tapi karena memakai jilbab, saya dianggap radikal. Kakak saya ditangkap, dan ketika saya mencoba melindunginya, justru saya ikut diseret, ujar Aminatun dalam diskusi Soeharto Bukan Pahlawan yang digelar di Jakarta, Rabu (5/11).

Aminatun menuturkan, pada masa itu rezim Soeharto melarang siswi sekolah negeri memakai jilbab dengan alasan menjaga persatuan nasional. Jilbab dicap sebagai simbol radikalisme. Bayangkan, hanya karena pakaian, kami bisa dianggap musuh negara, katanya.

Ia mengisahkan malam penangkapannya yang berlangsung brutal. Aparat militer datang ke rumahnya, mendobrak pintu, dan menyeret seluruh keluarga ke dalam truk.

Baca juga :