Ikuti Kami
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB
Senin, 29 Oktober 2018 08:42 WIB

Forum Pemuda Sumber Inspirasi dan Aspirasi Generasi Muda

Peran anak muda selalu sangat penting dalam memajukan bangsa

DPP PDI Perjuangan mengadakan acara diskusi publik Forum Pemuda 2018 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, di Graha Niaga Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (27/10). Dipandu oleh Putra Nababan dan Tamara Geraldine, acara ini menghadirkan Bupati Trenggalek, Nur Arifin, Ketua INAPGOC, Raja Sapta Oktohari, Aktivis Indonesia Timur, Hanna Keraf, Pendiri Qlapa.com, Benny Fajarai, Perenang Nasional, Gagarin Nathaniel Yus, dan Pendiri Ruang Guru, Belva Devara sebagai narasumber.

Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga DPP PDI Perjuangan, Sukur Nababan, mengatakan, lewat forum-forum seperti ini, pihaknya bermaksud mengumpulkan semangat dan membagi inspirasi kepada anak-anak muda Indonesia di tengah tantangan bangsa saat ini."Peran anak muda selalu sangat penting. Kami mengajak kita semua untuk melahirkan komitmen baru, peran baru, bagi anak muda Indonesia," ujar Sukur dalam kata sambutannya.

Sukur juga mengajak hadirin, yang kebanyakan adalah generasi milenial, merefleksikan arti Sumpah Pemuda. "90 tahun yang lewat, anak-anak muda bangsa ini memiliki kesadaran bahwa saatnya telah tiba, bahwa mereka bersatu, mereka bersepakat, melalui sidang mereka 27-28 Oktober, melintasi batasan teritorial, batasan suku, batasan keyakinan, hanya satu cara untuk membuat bangsa ini merdeka, yaitu menjadi Indonesia," tutur Sukur.

"Apakah kita akan menghancurkan kesepakatan yang dibangun dengan darah dan air mata? Apakah kita akan membiarkan bangsa ini tercerai-berai? Apakah kita apatis, tidak mau membangun dan mengisi kemerdekaan kita?," Sukur menambahkan.