Ikuti Kami

Manfaat Sensus Pertanian 2023 Bagi Pelaku Usaha Pertanian

Oleh: Muhammad Irvan Mahmud Asia, Kader Banteng Muda Indonesia

Manfaat Sensus Pertanian 2023 Bagi Pelaku Usaha Pertanian
Muhammad Irvan Mahmud Asia, Kader Banteng Muda Indonesia.

Jakarta, Gesuri.id - Jumlah petani Indonesia (Sensus 2013) sebanyak 31,7 juta orang, dengan subsektor tanaman pangan penyumbang terbesar di angka 20,40 juta orang dan paling sedikit subsektor perikanan-penangkapan ikan hanya 0,93 juta. Dan rumah tangga petani gurem (Sensus 2013) ada 14,25 juta (55,33%) dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, turun 4,77 juta rumah tangga (25,07%) dibandingkan tahun 2003. Sektor pertanian juga menjadi penyedia lapangan kerja terbanyak, menyerap 38,7 juta dari 135,3 juta tenaga kerja di Indonesia (BPS, Agustus 2022).

Dari sisi kontribusi terhadap PDB, data BPS tahun 2022 menunjukan sektor pertanian menyumbang 12,4% yang menjadikannya diurutan ketiga setelah industri (18,3%) dan perdagangan (12,8%). Angka ini jelas turun dari tahun 2021 yang mencapai 13,28%. Yang pasti sektor ini tetap menjadi salah satu leading sektor pertumbuhan ekonomi nasional dan sangat kuat menghadapi goncangan krisis seperti krisis moneter tahun 1997-1998, krisis keuangan global 2008 dan terbaru pandemi Covid 19. 

Data-data diatas memperlihatkan kondisi pertanian kita disatu sisi berkontribusi besar baik tenaga kerja maupun PDB tetapi petani kita sebagian besar hidup miskin. Tentu ini menjadi paradoks. Dan harus segera ditemukan jalan keluar. Dasar utama untuk itu adalah ketersediaan data yang akurat. Disinilah letak pentingnya sensus pertanian 2023. Data hasil sensus ini dapat membantu pemerintah untuk merumuskan kebijakan, program, dan pendanaan yang tepat. Bagi pelaku usaha pertanian (agribisnis)-UMKM pertanian, data tersebut akan membantu mereka membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan usahanya.

Sensus Pertanian 2023 harus memotret sampai satuan terkecil dari dinamika usaha tani-agribisnis-UMKM pertanian, sehingga terkumpul informasi yang utuh apasaja hambatan dan tantangannya. Dengan informasi tersebut, para pelaku dapat mengoptimalkan produksi, meningkatkan efisiensi terutama operasional, memahami trend pasar (permintaan pasar). 

Lebih jauh, data hasil sensus pertanian 2023 juga harus mampu menjawab neraca komoditas sehingga kemitraan antara UMKM dengan petani dan industri besar denagn petani sebagai pemasok bahan baku terjalin. Hal ini penting untuk memastikan proses penyerapan komoditas dalam negeri dapat berjalan optimal. Juga memotret penggunaan teknologi dan inovasi sudah sejauh mana sebab ditengah kompetisi yang makin besar, hanya sumber daya manusia yang inovatif yang bisa bertahan.

Terkhusus inovasi, sensus pertanian diharapkan memberikan data sudah sejauh mana UMKM pertanian kita memanfaatkan pemasaran secara digital (market place, media sosial), dan e-katalog. Lebih jauh inovasi yang dibutuhkan usaha pertanian-UMKM pertanian bukan saja inovasi produk, inovasi proses, inovasi posisi tetapi juga inovasi paradigma yaitu perubahan mental yang mendasari apa yang mesti dilakukan oleh suatu organisasi dalam hal ini kelembagaan pemerintah yang mengurusi UMKM dan termasuk pelaku UMKM itu sendiri.

Mengingat dalam sistem agribisnis terdapat lima sub-sistem yang harus diperhatikan yaitu: sub – sistem hulu, sub – sistem produksi (on farm), sub – sistem pengolahan, sub – sistem pemasaran, dan sub – sistem penunjang, maka dalam usaha pertanian misalnya agribisnis kedelai tantangan utamanya adalah akurasi data produksi dimulai dari luas tanam-luas panen; swasembada vs kesejahteraan petani; fasilitas pasca panen dan penyimpanan; rencana jangka panjang (roadmap) yang memuat kebijakan dan strategi percepatan pengembangan kedelai.

Singkatnya, hasil sensus pertanian 2023 akan memberikan statistik pertanian yang lebih rinci bagi pemerintah dan pelaku usaha pertanian untuk mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada. Data dalam konteks usaha tani adalah seluruh pelaku baik perorangan, kelompok, dan perusahaan pertanian berbadan hukum.

Menjawab Kemiskinan Perdesaan

Masalah mencolok di sektor pertanian adalah perihal kesejahteraan petani yang masih jauh di bawah rata-rata kesejahteraan pekerja non pertanian. Persentase orang miskin di perdesaan, selalu lebih besar dari angka kemiskinan perkotaan. Hal ini akibat dari produktivitas pertanian yang lebih rendah daripada produktivitas sektor lain. Artinya, nilai tambah yang dihasilkan relatif kecil bila dibandingkan input produksi. Pertanyannya adalah kebijakan publik seperti apa yang harus diterapkan untuk memecahkannya?

Tentu basisnya adalah data, berdasarkan bukti empiris yang valid. Dalam konteks itulah Sensus Pertanian 2023 menjadi sangat penting. Kalau kita lihat pengalaman banyak negara maju, mereka sukses mencapai pendapatan rata-rata yang tinggi karena berhasil melakukan transformasi struktural. Artinya, produktivitas sektor pertanian ditingkatkan dengan cara adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi baru kemudian secara bertahap menggeser tenaga kerja pertanian ke sektor lain terutama manufaktur. Atau menggeser kegiatan produktif dari subsektor subsisten seperti tanaman pangan ke subsektor yang menghasilkan output tinggi seperti hortikultura dan perkebunan.

Sensus ini harus menghasilkan satu data terintegrasi yang kemudian menjadi rancang bangun kebijakan untuk menjawab masalah kemiskinan di perdessan yang di dominasi pertanian. Dengan ini berjalan, ada harapan masalah kemiskinan petani terjawab.

 

Kurator; Fransiska Silolongan

Quote