Ikuti Kami

Soal Visum Petugas KPPS, Prabowo Lakukan Politisasi Kematian

Keluarga korban menolak kematian dikaitkan dengan politik group Prabowo.

Soal Visum Petugas KPPS, Prabowo Lakukan Politisasi Kematian
Ilustrasi. Visum.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menegaskan Calon Presiden Nomor 02 Prabowo Subianto semakin menyedihkan. Hal ini terkait dengan tuntutan Prabowo pada pihak berwajib untuk melakukan tes visum dan pemeriksaan medis terhadap ratusan petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang meninggal dunia. 

Baca: Petugas KPPS Wafat, Megawati Minta Evaluasi Pemilu

Eva mengatakan, Prabowo telah melakukan politisasi kematian. "Sementara banyak keluarga korban menolak kematian almarhum/almarhumah keluarga mereka dikaitkan dengan politik group Prabowo. Jadi dewasalah, terimalah kekalahan jangan menciptakan masalah dan penderitaan baru bagi keluarga yang kehilangan," tegas Eva kepada Gesuri, Senin (13/5). 

Apalagi, lanjut Eva, visum adalah hak keluarga. Sehingga pihak manapun tak bisa memaksa untuk membongkar kubur mereka kembali. 

"Penelitian Kementerian Kesehatan di Makasar menunjukkan bahwa ada 13 jenis penyakit yang memicu kematian 200 an petugas pemilu di sana yang usianya 50-59 tahun. Jangan lupa, Makasar yang menang 02, jadi tidak ada unsur kesamaan yang menunjukkan kesengajaan atau rekayasa, kecuali kematian itu sendiri," ungkap Eva.  

Eva juga meminta agar Prabowo dan kelompoknya berhenti membelah masyarakat. Dia mengatakan pemilu sudah usai, dan saatnya elit mempersatukan rakyat untuk bekerja bersama.

Baca: Presiden Sampaikan Duka Cita Bagi Petugas KPPS yang Wafat

Menurut Eva, hal yang penting saat ini dan ke depannya adalah perbaikan atau pengetatan prasyarat untuk menjadi petugas pemilu terkait kesehatan sehingga insiden kematian bisa diperkecil. Karena untuk dihilangkan tidak mungkin karena setiap pemilu ada kematian dari petugas pemilu dan menurut Perludem kenaikannya di tahun 2019 pun proporsional sesuai tambahan TPS. 

"Semoga pak Prabowo memunculkan sikap dewasa dan kenegarawanan, rakyat membutuhkan model pemimpin yang memenangkan kepentingan bangsa daripada individu dan golongan, apalagi di luar koridor konsensus atau hukum yang disepakati bersama,"pungkas Eva.

Quote