Ikuti Kami

Ziarah ke Makam Sultan Banten, Maknai Tradisi Keindonesiaan

Ziarah dilakukan untuk mendoakan arwah leluhur sekaligus menjalankan proses kultural dalam menghormati para pahlawan di Banten.

Ziarah ke Makam Sultan Banten, Maknai Tradisi Keindonesiaan
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, bersama Ketua Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, dan rombongan Safari Politik Kebangsaan IV melakukan ziarah ke makam Sultan Maulana Hasanuddin dan Sultan Ageng Tirtasaya, di kawasan Banten Lama, Kota Serang, Jum'at (21/12). (Foto: Dok. Tim Safari Politik Kebangsaan)

Serang, Gesuri.id - Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, bersama Ketua Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, dan rombongan Safari Politik Kebangsaan IV melakukan ziarah ke makam Sultan Maulana Hasanuddin dan Sultan Ageng Tirtasaya, di kawasan Banten Lama, Kota Serang, Jum'at, (21/12). Hasto mengatakan ziarah itu dilakukan dengan maksud mendoakan arwah leluhur sekaligus menjalankan proses kultural dalam menghormati para pahlawan di Banten.

Baca: Hasto Sowan ke Abuya Muhtadi Serukan Persatuan

"Sesuai juga dengan tradisi keindonesiaan kita, kami melakukan ziarah ke Sultan Maulana Hassanudin dan juga Sultan Ageng Tirtasaya, pahlawan kita. Selain mendoakan beliau yang telah berjuang bagi kepentingan bangsa dan negara, ini juga sebuah proses kultural bagi kami untuk menghormati para pahlawan bangsa yang telah berjuang dengan tanpa pamrih menghadapi pemerintahan kolonial Belanda meskipun dengan jalan yang tidak mudah," ucap Hasto.

Sementara Djarot menuturkan dirinya mendapat cerita dari seorang keturunan Kesultanan Banten yang mengatakan gaya arsitektur dari Masjid Agung menunjukkan bahwa toleransi di Nusantara sudah ada sejak lama.

"Tadi beliau bercerita coba lihat arsitektur dari Banten Lama, dari Masjid Ageng ini, itu adalah gabungan antara arsitektur dari Cina, Jawa, Belanda dan dari Porto (Portugis).
Dan di dekat sini sudah ada vihara sejak zaman dahulu kala. Maka bagi kita semua, sebetulnya, pluralisme, kemudian rasa toleransi, dan harga-menghargai sesama warga bangsa itu adalah suatu nilai yang sudah ditanamkan oleh leluhur kita," ucap Djarot.

Karenanya, ia sangat menyayangkan apabila pluralisme dan rasa toleransi yang sudah dipupuk sejak lama di dalam masyarakat Indonesia menjadi hancur hanya karena berlangsungnya Pemilu.

"Kok sekarang kita hanya gara-gara pemilu, gara-gara Pileg, gara-gara Pilpres, menafikan itu?," sesal Djarot.

Baca: Hasto dan Djarot Kunjungi Museum Multatuli

Djarot pun mengimbau agar semua pihak kembali menengok sejarah bahwa Indonesia sejak dahulu telah menganut nilai-nilai toleransi, yang pada giliran selanjutnya dikristalisasi oleh Bung Karno menjadi ideologi Pancasila.

"Bangsa ini tidak meletek sekarang saja. Sejak zaman dahulu kala nilai-nilai itu sudah dipupuk, itulah yang kemudian dikristalisasi oleh Bung Karno menjadi Pancasila, menjadi ideologi kita," ucap Djarot.

Quote