Ikuti Kami

PDI Perjuangan Tegaskan Revolusi Mental Bukan Program Instan

Hidayat harusnya paham Revolusi Mental bukan program instan dan harus didukung semua pihak.

PDI Perjuangan Tegaskan Revolusi Mental Bukan Program Instan
Ilustrasi. Revolusi Mental.

Jakarta, Gesuri.id - Politikus PDI Perjuangan Nasyirul Falah Amru menyayangkan pernyataan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid terkait revolusi mental. 

Menurut Falah, Hidayat harusnya paham program Revolusi Mental bukan program instan dan harus didukung semua pihak.

Baca: Bamusi Harap RUU Pesantren Mewujudkan Revolusi Mental

Hal itu terkait pernyataan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menilai Joko Widodo belum berhasil menjalankan revolusi mental. Dasarnya, dalam visi misi Jokowi-Ma'ruf, ada poin revitalisasi revolusi mental. Frasa revitalisasi itu yang disoroti Hidayat.

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Gus Falah menjelaskan, Revolusi Mental berakar dari narasi cinta Tanah Air, agar bangsa Indonesia hadir sebagai bangsa pelopor, berprestasi dan memiliki budi pekerti yang baik. Turunan dari pada itu adalah mewujudkan peningkatan taraf peradaban bangsa.

"Revolusi mental adalah fundamen di dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Revolusi mental bukan program jangka pendek lima tahunan. Program itu memerlukan jiwa dan rasa yang memahami amanat penderitaan rakyat," kata Gus Falah, kepada wartawan, Kamis (27/9).

Anggota Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI itu menjelaskan, ukuran sukses program Revolusi Mental bukanlah soal rasa personal. Akan tetapi, kesuksesan program Revolusi Mental harus dilihat dari cakupan yang lebih luas.

Sebagai contoh, kata Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini, kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 adalah salah satu bukti kesuksesan Revolusi Mental hingga banyak mendapat pujian dari dunia. Para atlet berlaga penuh semangat sebagai bangsa pemenang, masyarakat yang ramah pada kontingen negara lain, serta relawan yang bangga melayani.

"Revolusi Mental juga mengakar pada harkat dan martabat bangsa. Pak Jokowi menggelorakan itu. Pembukaan Asian Games yang penuh dengan tradisi kebudayaan itu adalah bagian Revolusi Mental," ujarnya.

Menurut Gus Falah, menjadi aneh jika Hidayat nampak tidak mendukung program Revolusi Mental. Padahal sebagai Wakil Ketua MPR RI, Hidayat seharusnya turut menyukseskan Revolusi Mental untuk Indonesia yang lebih baik.

Baca: Revolusi Mental Dikritik, Puan Sampaikan Terima Kasih

"Dengan segala hormat untuk Hidayat Nur Wahid, bukalah mata hati dan pikiran, jika negara lain memuji bangsa kita, kenapa Anda tidak?" ucap Gus Falah.

Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengkritisi visi misi pasangan capres-cawapres petahana Joko Widodo dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Khususnya yakni revitalisasi revolusi mental. Dia menilai, penggunaan kata revitalisasi menandakan bahwa program revolusi mental belum berhasil.

"Waktu 2014 dulu sih enggak ngomong dua periode, sekarang baru dimunculkan dua periode. Jadi kalau itu dimunculkan kembali bahwa ada semacam pengakuan memang kemarin belum sepenuhnya sukses," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/9).

Menurut Hidayat, janji-janji Jokowi juga banyak yang tidak terealisasi. Salah satunya adalah janji revolusi mental.

"Salah satu bentuk tidak suksesnya adalah belum terpenuhi janji janji. Kan revolusi mental di antaranya pasti untuk menghadirkan bangsa Indonesia yang memenuhi janji," ungkapnya.

"Di antara janji-janji Pak Jokowi kan banyak yang belum terpenuhi dan Anda semua tahu yang tidak terpenuhi itu," ucapnya.

Quote