Ikuti Kami

Rokhmin: 75 Persen Kebutuhan IPTEK Masih Impor

Indonesia masih belum menjadi negara makmur (high-income country).

Rokhmin: 75 Persen Kebutuhan IPTEK Masih Impor
Pakar Perikanan dan Kelautan yang juga Kader PDI Perjuangan, Rokhmin Dahuri.

Bogor, Gesuri.id - Pakar Perikanan dan Kelautan Rokhmin Dahuri mengungkapkan bahwa Indonesia masih menjadi negara berpendapatan menengah bawah (lower - middle income country), dengan pendapatan nasional kotor atau Gross National Income (GNI) sebesar 3.870 dolar AS per kapita. Angka itu berdasarkan data Kemenko Perekonomian tahun 2019. 

Baca: Rokhmin: Krisis Rupiah, Momentum RI Jadi Bangsa Produktif

Dengan begitu, Indonesia masih belum menjadi negara makmur (high-income country). Sebab kriteria negara makmur adalah memiliki pendapatan nasional kotor diatas 12.165 dolar AS per kapita. 

Hal itu dikatakan Rokhmin ketika menjadi keynote speach pada acara seminar nasional bertajuk “Perubahan Paradigma Dunia Usaha Berbasis Transformasi Digital” di Kampus IPB Darmaga, Bogor, baru-baru ini. 

“Selain itu, berdasarkan pada kapasitas IPTEK, kita bangsa Indonesia pun belum berstatus sebagai negara maju. Karena, kapasitas IPTEK bangsa Indonesia sampai sekarang masih berada di kelas tiga. Artinya, lebih dari 75 persen kebutuhan IPTEK nasional berasal dari impor,” kata Rokhmin, yang juga Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Nelayan DPP PDI Perjuangan ini. 

Sedangkan, lanjut Rokhmin, negara maju adalah mereka yang kapasitas IPTEK nya mencapai kelas satu yaitu lebih dari 75 persen kebutuhan IPTEK nya dihasilkan oleh bangsanya sendiri. 

Selain soal IPTEK, Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menyebut sektor primer seperti pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pertambangan sebagian besar dikerjakan secara tradisional. Jadi sektor-sektor itu belum secara optimal dikembangkan menjadi industri berskala nasional.

“Sektor sekunder misalnya manufacturing, processing dan packaging itu produktivitasnya juga masih rendah, sementara akses UMKM terhadap lahan usaha permodalan sarana produksi juga minim,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Rokhmin mengajak insan perguruan tinggi mengasah jiwa kewirausahaan (entreprenuership), yaitu suatu kemampuan untuk merubah sesuatu yang tidak atau kurang ada gunanya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, bernilai tambah, dan bernilai ekonomi.

“Dalam bahasanya Pak Ciputra, seorang entrepreneur adalah yang mampu mengubah sampah menjadi berkah. “An entrepreneur is someone who spots an opportunity and acts to make it into a commercial success” ujarnya.

Baca: Genjot Ekspor Perikanan, Rokhmin: Perlu Deregulasi Kebijakan

Dalam kesempatan itu juga Prof Rokhmin Dahuri mengajak para alumni perguruan tinggi memanfaatkan tranformasi teknologi informasi yang ditandai oleh revolusi industri 4.0 untuk terjun ke dunia usaha. Para alumni diajak mengembangkan sektor produksi dan ekonomi real untuk menciptakan lapangan kerja.

“Seluruh rakyat Indonesia, termasuk Civitas Academica dan segenap alumni perguruan tinggi, sangat mendambakan segera terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang maju, adil-makmur, dan berdaulat sesuai dengan cita-cita Kemerdekaan NKRI. Seluruh alumni muda jadilah entrepreneur. PTN di Indonesia harus bersatu menjawab berbagai problematika diatas” pungkasnya.

Quote