Ikuti Kami

Ansy Minta Subsidi Pembukaan Lahan Diberikan Pada Petani

Berbicara tentang NTT tidak terlepas dari masalah kemiskinan yang telah lama menjadi masalah serius.

Ansy Minta Subsidi Pembukaan Lahan Diberikan Pada Petani
Anggota DPR RI Dapil NTT II, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema/paling kanan) menggelar diskusi dan konsultasi publik dengan tema “Kemiskinan dan Pola Pengembangan Lahan Kering NTT” di Aula DPD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kota Kupang, Selasa (7/1). (Foto: Istimewa)

Kupang, Gesuri.id - Anggota DPR RI Dapil NTT II, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menggelar diskusi dan konsultasi publik dengan tema “Kemiskinan dan Pola Pengembangan Lahan Kering NTT” di Aula DPD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kota Kupang, Selasa (7/1). 

Baca: Ansy Lema Ungkap Lima Masalah Agroforestry Kopi

Acara ini digelar dalam rangka mengisi masa reses DPR RI guna menyerap aspirasi dan masukan masyarakat NTT.

Menurut Ansy, berbicara tentang NTT tidak terlepas dari masalah kemiskinan yang telah lama menjadi masalah serius. Saat ini tingkat kemiskinan di NTT mencapai 21,09 persen  tahun 2019, jauh di atas tingkat kemiskinan nasional yang hanya mencapai 9 persen. 

Kemiskinan di NTT ini tidak bisa dilepaskan dari persoalan para petani, khususnya petani lahan kering.

“Kemiskinan NTT merupakan kemiskinan para petani. Untuk itulah saya ingin mendengarkan masukan dan analisis para akademisi, praktisi dan masyarakat NTT guna mencari akar persoalan dan solusi yang tepat,” demikian Ansy yang merupakan Anggota Komisi IV DPR RI ini.

Ansy menjelaskan, dirinya turun berdialog dengan para petani di Desa Oefafi, Kabupaten Kupang pada 6 Januari 2020. Dia menemukan tanah di sana sangat subur karena berwarna hitam. 

Baca: Ansy Lema Puji Jokowi Yang Telah Bangun NTT

Namun, para petani lebih sering membuka lahan dengan mencangkul yang menguras waktu dan tenaga. Akibatnya, banyak lahan tidur yang tidak digunakan karena keterbatasan tenaga.

Ia melanjutkan, para petani membenarkan karakteristik tanah di Timor keras, kaku, berbatu dan berlapis-lapis. Karena itu, petani Oefafi mengusulkan agar pembukaan lahan dilakukan dengan excavator.

 Excavator dapat membongkar dan menyingkirkan lapisan batu-batu dan tanah putih. Selain itu, tanah yang telah digemburkan dengan excavator punya kemampuan menanam atau menahan air. Di sisi lain, waktu pembukaan lahan lebih efektif. 

Akan tetapi, penggunaan excavator bukan tanpa kendala. Kendalanya adalah memakai excavator membutuhkan dana atau modal yang tidak dijangkau petani. Biaya sewa excavator Rp 4 juta per jam.

“Setelah belajar masalah bersama masyarakat, saya berkesimpulan bahwa selama ini petani tidak tidur atau ada lahan tidur, tetapi negara yang tidur. Artinya, negara tidak memberikan perhatian kepada petani lahan kering di NTT. Karena itu, pemerintah harus memberikan subsidi pembukaan lahan kering kepada petani lahan kering untuk menyewa excavator. Setelah itu negara harus menyuplai benih, anakan, juga pendampingan literasi pertanian kepada para petani,” jelasnya.

Quote