Ikuti Kami

Warga Banjiri Semarak Jenang Sala di Surakarta

Semarak Jenang Sala untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Surakarta ke-274 di Plasa Sriwedari.

Warga Banjiri Semarak Jenang Sala di Surakarta
Festival yang dilaksanakan pada Minggu (17/2) tersebut diikuti oleh ratusan peserta yang mewakili kecamatan, kelurahan, dan berbagai instansi pemerintahan di Pemkot Surakarta.

Surakarta, Gesuri.id - Masyarakat berebut ribuan jenang pada kegiatan Semarak Jenang Sala untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Surakarta ke-274 di Plasa Sriwedari.

Festival yang dilaksanakan pada Minggu (17/2) tersebut diikuti oleh ratusan peserta yang mewakili kecamatan, kelurahan, dan berbagai instansi pemerintahan di Pemkot Surakarta.

Baca: Hadiri Pagelaran Budaya, Presiden Ajak Jaga Kerukunan

Seperti di Kecamatan Banjarsari menyediakan jenang sepasaran yang berupa Jenang Merah Putih. Perwakilan dari Kecamatan Banjarsari Doni mengatakan pada kesempatan itu menyediakan lebih dari 100 porsi Jenang Merah Putih.

"Biasanya jenang (bubur, red) ini disediakan pada saat orang tua mau membuatkan nama untuk bayinya yang baru lahir," katanya.

Peserta lain dari Kelompok PKK Kecamatan Jebres Eli mengatakan kelompoknya menampilkan Jenang Krocot. Ia bersama anggota kelompok lain juga menyediakan lebih dari 100 porsi.

"Jenang Krocot ini terbuat dari tepung beras, santan, dan gula jawa. Sebagai pelengkapnya ada irisan pisang raja yang diletakkan di atas bubur," katanya.

Salah satu warga yang ikut meramaikan festival, Dirga, mengatakan sudah dua kali ini datang ke Semarak Jenang Sala.

"Tahun kemarin datang, ini datang lagi. Saya tadi cari Jenang Grendul, alhamdulilah dapat," kata warga Colomadu, Kabupaten Karanganyar ini.

Sementara itu, pada kegiatan tersebut Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan Semarak Jenang Sala bertujuan agar masyarakat memahami bahwa manusia tidak lepas dari filosofi jenang, mulai dari lahir hingga meninggal dunia.

"Ada juga Jenang Majemukan, jadi itu campuran dari bermacam-macam jenang. Memiliki arti menyatukan berbagai pendapat yang ada di Kota Solo ini," katanya.

Baca: Puan Apresiasi Pargelaran Budaya 60 Tahun Indonesia-Kamboja

Meski demikian, ia menampik keberadaan Jenang Majemuk dihubungkan dengan tahun politik. Menurut dia, Jenang Majemuk sudah ada sejak festival di tahun sebelumnya.

"Yang pasti jenang ini memberikan pesan bahwa meskipun beda warna, beda rasa, nama tetap satu," katanya.

Quote