Ikuti Kami

Mobil Esemka, dari Transfer Teknologi Jadi Mobil Rakyat

Dengan transfer teknologi tersebut tujuan utamanya memang ingin membuat mobil nasional atau mobil rakyat yang harganya bisa terjangkau.

Mobil Esemka, dari Transfer Teknologi Jadi Mobil Rakyat
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo.

Solo, Gesuri.id - Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo berharap Esemka yang berawal dari transfer teknologi buatan para siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo dapat menjadi mobil rakyat hingga nasional.

"Pembuatan mobil Esemka merupakan transfer teknologi, ketika itu, para siswa yang lulus dari SMK dilatih untuk membuat sparepart (suku cadang) untuk mobil Esemka pada 2011," kata Hadi Rudyatmo, di Solo, Rabu (24/10).

Baca: Arteria: Esemka, Lompatan Besar Industri Otomotif Nasional

Menurut Rudyatmo dengan adanya transfer teknologi tersebut tujuan utamanya memang ingin membuat mobil nasional atau mobil rakyat yang harganya bisa terjangkau. Meskipun, Esemka harganya lebih murah, kualitasnya harus terjamin sehingga tidak kalah dengan mobil merk Jepang yang banyak beredar di Indonesia.

Pada proses alih teknologi tersebut, kata Rudyatmo, Esemka dibuat ada empat jenis yakni Esemka Rajawali, Bima dan Pikap. Pihaknya yang mempunyai ingin ada mobil nasional itu, kemudian melakukan uji emisi, suspensi dan kelaikan jalan.

"Kami pada 2011 pembuatan mobil Esemka ada sparepart yang belum bisa memproduksi sendiri, antara lain ring piston dan dinamo stater. Dinamo ini, duhulu sebenarnya bisa membuat tetapi biayanya agak mahal," kata Rudyatmo.

Menurut dia, dengan transfer teknologi itulah yang sebenarnya awal dasar untuk membuat mobil nasional. Dirinya ketika itu, mengemudikan sendiri saat melakukan uji emisi ke Jakarta dan dilakukan dua kali lulus uji.

"Pada uji pertama berat mobil Esemka mencapai satu ton. Padahal, berat mobil seharusnya sekitar 800 kg, dan akhirnya diubah berat kendaraan sesuai harapan. Jadi dianggap mobil Esemka bohong-bohongan itu, salah. Mobil itu, memang sudah dirangcang untuk transfer teknologi," kata Rudyatmo.

Rudyatmo menjelaskan, salah satu cara untuk membuat mobil Esemka dengan harga murah dengan penggunaan konten lokal yang besar, dan sedikitnya harus di atas 80 persen. Harga mobil Esemka tidak akan terlalu terpengaruh dengan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Selain itu, lanjut dia, mobil Esemka diproduksi dengan menjalin kemitraan dengan industri komponen otomotif lokal. Misalnya, dengan industri cor logam di Batur Kabupaten Klaten yang membuat blok mesin, dan industri knalpot di Purbalingga selama ini banyak digandeng oleh produsen otomotif dalam menyediakan onderdil dan suku cadang kendaraan.

Rudyatmo mengatakan sekarang para siswa lulusan SMK yang home industri sudah diarahkan bisa membuat knalpot, dashboard, pengecoran blok mesin seperti diproduksi di Batur Klaten.

Baca: Kiai Ma'ruf Dukung Industri Mobil Nasional

Produksi Esemka tetap harus melibatkan para siswa dan lulusan SMK. Artinya, membuat Esemka melibatkan anak-anak pratek, begitu lulus nantinya akan bekerja di UKM atau vendor-vendor yang membuat kendaraan itu.

Namun, kata Rudyatmo, juga tidak mempermasalahkan jika produsen Esemka harus menggandeng pabrikan otomotif luar negeri dalam proses produksinya. Kerja sama dengan pabrikan besar merupakan sebuah kebutuhan, tetapi transfer teknologi tetap dapat berjalan.

Quote