Ikuti Kami

Anton: Politisasi Penutupan Masjid, Sudutkan Pemerintah!

Menurut Anton adanya penutupan beberapa masjid saat ini sifatnya hanya sementara, yakni hanya dimasa PPKM saja. 

Anton: Politisasi Penutupan Masjid, Sudutkan Pemerintah!
Mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan

Tasikmalaya, Gesuri.id - Salah satu point penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali yang diberlakukan 3-20 Juli 2021 adalah penutupan tempat ibadah, termasuk masjid dan mushola.

Tak mengherankan, pro kontra pun muncul terkait penutupan sementara tempat ibadah tersebut. Begitu pun di kalangan umat Islam. Sebagian berpendapat bahwa penutupan masjid adalah bentuk diskriminasi bahkan penindasan terhadap umat Islam dari rezim yang saat ini berkuasa.

Menyikapi pandangan semacam itu, mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan menyatakan pro kontra soal kebijakan itu adalah hal wajar.

"Kalau soal penutupan tempat ibadah selama PPKM tersebut, setelah saya membaca point pointnya, ternyata bukan hanya masjid dan mushola saja, tapi juga gereja, pura, wihara dan klenteng, serta tempat umum lainnya yang difungsikan sebagai tempat ibadah ditutup sementara,”ungkapnya, baru-baru ini.

Baca: Pedagang Langgar PPKM Darurat, Hendi Borong Semua Gorengan

Jadi, menurut Anton adanya penutupan beberapa masjid saat ini sifatnya hanya sementara, yakni hanya dimasa PPKM saja. 

“Itupun juga tidak semua Masjid ditutup, hanya beberapa masjid masjid tertentu saja yang besar yang diperkirakan jamaahnya plural heterogen, sehingga berpotensi terjadinya kerumunan besar dari berbagai kalangan, bahkan yang  dari luar kota, yang dianggap rawan bisa  menularkan virus-virus seperti Masjid Agung Sumedang, banyak pengurusnya meninggal terkena Covid. Kalau tidak salah ada 15 orang “ujarnya.

Namun perlu dicatat juga,  Anton yang biasa blusukan ke pondok pondok pesantren ini menyatakan bahwa puluhan ribu masjid kampung /lokal yang ada di sekitar Mesjid Agung Sumedang itu tetap boleh buka.

"Sekali lagi tetap boleh dibuka. Kita semua tahu shalat di masjid fardu kifayah. Jaga kesehatan juga termasuk fardu ain. Jika ada sebagian umat yang belum bisa sholat di Masjid Agung, tidak perlu ribut, kita bisa cari masjid kampung/mesjid lokal yang tidak dilarang.Tetapi tetap dengan prokes yang ketat," papar Anton 

"Saya pribadi kemarin shalat Jum’atan di masjid kampung di belakang rumah yang tidak ditutup. Shalat jamaah di masjid kampung tidak ada yang melarang. Rumah saya di pusat Kota Tasikmalaya di Panglayungan Simpang Lima. Silakan jika ada yang mau shalat berjamaah datang ke Masjid Simpang Lima Panglayungan, Insya Allah buka 24 jam per hari. Apalagi yang di kampung saya di Batu Mahpar, Kampung Pangkalan, juga di Tegal Munding  Desa Sukamulih,  masjid tidak ada satupun yang ditutup, sama buka 24 jam per hari," tambah Anton 

Baca: Tak Ada Guna PPKM Darurat Jika Bandara Internasional Dibuka

Anton melanjutkan, Masjid masjid yang dilokalisir pun hanya beberapa masjid saja, dari ribuan masjid yang ada. Itupun hanya sementara saja untuk menjaga umat dari penyakit. Bisa dikatakan, hal itu merupakan ikhtiar menjaga umat dari kerusakan agar tidak tertular Covid-19.

"Dan menjaga kesehatan pun ,sekali lagi termasuk kategori fardu ain dalam agama. Jika memang mau niat ibadah di rumah pun sangat bisa untuk berjamaah," papar Anton yang juga Budayawan Sunda ini.

Anton menambahkan, bahwa KA' BAH yang merupakan kiblatnya seluruh masjid di dunia, demi mencegah COVID-19 sampai hari ini masih ditutup oleh Pemerintah Arab Saudi. Tapi masyarakat Arab Saudi sadar dan paham, tidak ribut seperti di Indonesia.

“Lalu apakah ketika Pemerintah Saudi menutup KA' BAH sehingga masyarakat dunia tidak bisa thawaf yang pahalanya ribuan kali shalat, sebagai sebuah bentuk kezaliman ?? Mohon maaf sekali ,masalah ini jangan dipolitisir dan dibesar-besarkan yang tujuannya hanya untuk menyudutkan pemerintah, agar umat Islam benci dengan pemerintahnya sendiri. Padahal banyak solusi yang sangat sederhana  yang bisa kita lakukan untuk atasi masalah ibadah ini," pungkas Anton.

Quote