Ikuti Kami

Said Abdullah Tegaskan Perjuangan Kartini Layak Dapat Nobel

Said menilai bahwa Kartini pantas mendapat Nobel berkat pikiran dan perjuangannya. 

Said Abdullah Tegaskan Perjuangan Kartini Layak Dapat Nobel
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Jatim MH Said Abdullah.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Jatim MH Said Abdullah menilai bahwa Raden Ajeng (RA) Kartini layak mendapatkan penghargaan Nobel berkat perjuangannya dalam emansipasi dan kesetaraan kaum perempuan. 

“Perjuangan Kartini menggetarkan dunia. Surat-suratnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Belanda, Inggris, Prancis, Spanyol, Cina, Rusia, dan Arab. Sudah sepantasnya pemerintah atau sastrawan Indonesia memperjuangkan agar Ibu Kartini mendapatkan penghargaan Nobel,” ujar Said dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (21/4). 

Said mengatakan, Nobel umumnya diberikan kepada orang yang masih hidup. Namun, penghargaan ini juga pernah diberikan kepada imunologi asal Kanada, Ralph Steinman, saat ia sudah mangkat. Steinman mendapatkan penghargaan Nobel di bidang fisiologi pada 3 Oktober 2011. 

BaCa: Ganjar-Mahfud Siap Hadapi Sidang Perdana PHPU di MK

Saat itu, Komite Nobel tidak menyadari bahwa Steinman sudah meninggal beberapa hari sebelumnya. Meski demikian, penghargaan itu tetap diberikan kepada ilmuwan tersebut. 

Berkaca dari kisah itu, Said menilai bahwa Kartini pun pantas mendapat Nobel berkat pikiran dan perjuangannya. 

“Bayangkan, Kartini hanya mengenyam pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) atau setara Sekolah Dasar (SD). Itu pun tidak tuntas. Temannya juga terbatas. Namun, dia mampu menjadi kolumnis hebat di berbagai media besar di Belanda dan Hindia Belanda kala itu,” tutur Said. 

Sebagai perawan keturunan Jawa yang harus dipingit, lanjut Said, akses Kartini terhadap dunia luar pun terbatas. 

“Ia hanya diberi satu buku oleh sang ayah. Buku itulah yang mengubah cara berpikir Kartini menjadi revolutif. Kartini dipingit dari bilik kamar, tetapi tetap mampu menerjang arus besar praktik feodalisme Jawa,” kata Said. 

Di sisi lain, Kartini harus menjalani pernikahan poligami sebagai istri kedua. Kontradiksi ini dinilai Said sebagai sumber energi pemikiran Kartini. Dari situ, lahir surat-surat dengan narasi penuh “nyawa” yang menyerukan kemajuan perempuan, baik dalam pikiran, kiprah sosial, maupun berbagai peran publik. 

BaCa: Todung Optimistis Dua Petitum Kubu Ganjar-Mahfud Dikabulkan MK

Menurut Said, Kartini merupakan sosok pemikir sekaligus pejuang. Pengalaman mahal sebagai “korban” ketidakadilan menjadi dorongan untuk memperjuangan nilai-nilai kesetaraan. Said mengatakan bahwa dunia memberi tempat tersendiri bagi Kartini atas surat-surat “antropologisnya”. 

Namun, bangsa Indonesia justru belum mendapatkan endapan mendalam dari surat-surat berharga itu. 

“Pendidikan kita terhadap pemikiran Kartini dan tokoh tokoh pergerakan perempuan masih sangat dangkal. Walau sangat terlambat, saatnya arsip itu dipelajari lebih dalam. Selamat Hari Kartini! Perjuangan kaum perempuan belum usai,” imbuh Said.

Quote