Ikuti Kami

Ganjar Pranowo Ajak Masyarakat Budayakan Kata Maaf, Tolong dan Terima Kasih

Membiasakan diri dengan hal tersebut akan menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati ke sesama.

Ganjar Pranowo Ajak Masyarakat Budayakan Kata Maaf, Tolong dan Terima Kasih
Calon Presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.

Jakarta, Gesuri.id - Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, mengajak masyakarat membudayakan berucap kata maaf, tolong dan terima kasih dalam berkomunikasi.

Menurut Ganjar Pranowo, membiasakan diri dengan hal tersebut akan menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati ke sesama.

Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri ramah tamah dengan tokoh masyarakat dan lintas agama Kota Balikpapan, Selasa (5/12).

Baca: Ganjar-Mahfud Bersilaturahmi ke Kantor KWI

"Nilai-nilai yang mesti kita berikan ketika kita hidup bersama di bumi Indonesia. Menghormati orang, menghormati saudara kita yang berbeda apa pun. Tidak bisa kita memaksakan kehendak sendirian. Itu nilai-nilai," kata Ganjar.

Dalam kampanye pemilu 2024 itu, Ganjar kemudian bercerita ketika bertemu dengan guru-guru. Dia menitipkan pesan untuk mengajarkan anak didik mengucapkan kata-kata terima kasih, maaf dan permisi.

"Ajarilah anak-anak kita untuk sering mengucapkan terima kasih ketika diberi. Seringlah ajarkan kepada anak-anak kita untuk minta maaf ketika keliru," ujar Ganjar.

"Ajarkan anak-anak kita untuk menghormati dengan sekadar bilang permisi saya mau lewat. Sederhana sekali," sambung dia.

Bukan tanpa sebab, Ganjar mengaku pernah suatu ketika bertemu dengan seorang pelajar. Saat itu, dia berdialog untuk mengetahui kebiasaan si anak.

"'Nak, kamu tiap hari kalau berangkat sekolah pamit enggak sama orang tuamu'," tanya Ganjar.

"'Oh pamit, Pak'," jawab si anak.

"'Gimana caranya kamu pamit'," tanya Ganjar.

"'Whatsapp'," ujar si anak.

Baca: Lima Kelebihan Gubernur Ganjar Pranowo

Ganjar kemudian tertawa takala menceritakan kembali ke para tamu yang hadir.

Capres yang diusung PDI Perjuangan, PPP, Perindo, Hanura itu pun berpendapat, perkembangan teknologi tidak serta-merta menciptakan perasaan leluhur meskipun literasi dan referensi bisa dibaca melalui teknologi.

"Inilah dibanyak negara sekarang mencoba merevisi kembali ketika teknologi sudah menguasai, ternyata membangun perasaan luhur tidak bisa semua dengan teknologi meskipun literasi referensi bisa kita baca dengan teknologi itu," kata Ganjar.

Quote