Ikuti Kami

Pancasila, Ideologi Yang Benar Dalam Membangun Dunia Baru

Bagi bangsa Indonesia, ideologi tersebut bernama Pancasila (lima prinsip).

Pancasila, Ideologi Yang Benar Dalam Membangun Dunia Baru
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menerima gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) dari Soka University, Tokyo, Rabu (8/1). 

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengingatkan Pancasila adalah ideologi yang baik dan benar bagi Bangsa Indonesia untuk turut aktif dalam membangun dunia baru.

Hal itu, lanjut Megawati, karena setiap bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita, suatu 'way of live', yaitu ideologi. Ideologi yang baik dan benar, ujarnya, adalah ideologi yang selalu berakar, berbatang, berdaun, berbunga, dan berbuah kemanusiaan. Dan bagi bangsa Indonesia, Megawati menekankan ideologi tersebut bernama Pancasila (lima prinsip).

Baca: Gelar Doktor Kehormatan, Pengakuan Dunia Terhadap Megawati

"Tugas kita bukan untuk mempertahankan dunia ini, akan tetapi untuk membangun dunia kembali,” ungkap Megawati dalam pidatonya saat menerima gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) dari Soka University, Tokyo, Rabu (8/1). 

Mengutip pidato Bung Karno pada sidang tahunan PBB ke-25, 30 September 1960, Megawati mengatakan, dunia yang harus dibangun manusia adalah dunia yang bebas dari penindasan, bebas dari kemiskinan, bebas dari rasa takut, bebas secara konstruktif untuk menggerakkan aktivitas sosial, dan bebas mengeluarkan pendapat.

Lebih lanjut dalam pidatonya Megawati menggali kembali pernyataan Bung Karno tentang Pancasila yang tidak hanya mengandung makna nasional bagi bangsa Indonesia, melainkan sesungguhnya Pancasila juga mempunyai arti universal dan dapat digunakan secara internasional. 

Pancasila, lanjut Megawati, adalah falsafah kemanusiaan, dimana kemanusian adalah nilai yang tidak pernah usang meski terkadang dipinggirkan dan dilupakan dalam kehidupan. Namun, ujarnya, kemanusiaan akan selalu ada sebab kemanusiaan sejatinya selalu melekat pada diri setiap manusia. 

Bagi Megawati, manusia yang benar-benar manusia adalah manusia yang berperikemanusiaan.

"Saya yakin, hal tersebut pula yang melandasi pemikiran filsafat Bapak Daisaku Ikeda, pendiri Universitas Soka. Saya mengagumi perjuangan beliau yang menyebarkan semangat kemanusiaan untuk untuk seluruh umat manusia. Kemanusiaan yang membawa pelita perdamaian dunia," ungkapnya. 

Megawati juga mengingatkan bahwa kemanusiaan adalah syarat mutlak perdamaian. Gagasan ini, ujarnya, yang disampaikan Bung Karno, Bapak Bangsa Indonesia pada tanggal 30 September 1960, di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa ke-25, dengan judul To Build The World Anew. 

Saat itu, Bung Karno mengatakan “tugas kita bukan untuk mempertahankan dunia ini, akan tetapi untuk membangun dunia kembali. Dunia yang harus dibangun manusia adalah dunia yang bebas dari penindasan, bebas dari kemiskinan, bebas dari rasa takut, bebas secara konstruktif untuk menggerakkan aktivitas sosial, dan bebas mengeluarkan pendapat”.

Megawati juga mengangkat Pancasila bisa menjadi sebuah solusi atas fenomena baru yang membahayakan kemanusiaan di abad ke-21 ini, yaitu yang dikenal dengan istilah post truth. Post truth adalah suatu kondisi dimana kebenaran sengaja ditutupi hingga tidak relevan lagi. 

Dalam sosial politik, gejala ini ditandai dengan obyektivitas dan rasionalitas semu. Emosi dan hasrat menjadi prioritas, meski bertolak belakang dengan fakta dan mengabaikan kebenaran.

Dalam post truth, Megawati menjabarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya membawa enlightment, justru menjadi alat untuk melakukan penindasan dan melumpuhkan rasionalitas. Kefasihan menggunakan bahasa akademik pun menjadi legitimasi tindak kekerasan, menjadi alat menyebarkan paham-paham yang berupaya menghapuskan kemanusiaan. 

"Kemanusiaan akan hanya menjadi sebuah wacana belaka. Kondisi ini akan melahirkan “manusia banal”,
manusia yang tidak mampu lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang indah dan mana yang buruk. Manusia seperti ini tidak akan ragu untuk melakukan tindak kekerasan atas nama kebenaran. Kebenaran yang bersandar pada keyakinan pribadi atau kelompoknya saja," Mega mengingatkan.

Terkait itu, Megawati mengungkit kembali prinsip kedua dari Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagai nilai yang mampu menjadi tameng dalam menghadapi post truth. Adil dan beradab, kata Mega, akan membimbing kita sebagai manusia untuk melakukan fact checking, untuk selalu menuntut kebenaran yang dapat diverifikasi. 

Hal itu, ia menambahkan akan menghindarkan kita dari tindakan manipulatif. Sebab, kemanusiaan yang adil dan beradab lahir dari rasionalitas yang menyatu dengan rasa empati, persaudaraan, dan pembebasan.

Baca: Kesuksesan Megawati Buktikan Seorang Otodidak Berbagai Ilmu

Kemanusiaan yang adil dan beradab, lanjut Mega, juga melahirkan politik emansipatoris, politik yang membuka ruang bagi mereka yang terpinggirkan.

"Itulah keyakinan saya dalam berpolitik, yaitu Politik Kemanusiaan. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Bagi saya kemanusiaan bukan wacana, tetapi suatu tata nilai yang hidup, dan dapat dipertanggung-jawabkan secara moral dan etis. Kemanusiaan akan melahirkan manusia rasional yang bermoral dan memiliki etika, manusia yang benar-benar manusia," pungkasnya.

Quote