Ikuti Kami

Ono: Nilai Tukar Petani Terus Naik, Bukti Makin Sejahtera

NTP naik menunjukkan kondisi positif yang menggambarkan petani telah mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya.

Ono: Nilai Tukar Petani Terus Naik, Bukti Makin Sejahtera
Politikus PDI Perjuangan, Ono Surono.

Jakarta, Gesuri.id - Berdasarkan hasil analisis Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2018, Nilai Tukar Petani (NTP) naik menjadi 103,17 atau 0,59 persen lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. 

Baca: Ono: Jurus Jitu Kuatkan Rupiah, Genjot Ekspor Pertanian

Kenaikan itu dinilai sebagai buah dari terobosan Pemerintah di sektor pertanian yang terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

“Tentunya, NTP yang naik itu menunjukkan kondisi positif yang menggambarkan bahwa petani telah mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya. Harga-harga hasil produksinya bagus. Ini akan berpengaruh pada daya beli mereka menjadi bagus pula,” kata Anggota Komisi IV DPR Ono Surono, baru-baru ini.

Kenaikan NTP tidak lepas dari indeks harga yang diterima petani yang meningkat sebesar 0,26 persen dan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,33 persen. Secara keseluruhan, subsektor NTP mengalami yang kenaikan seperti tanaman pangan, perkebunan rakyat, perikanan. Ada pun sektor yang masih mengalami penurunan adalah hortikultura dan peternakan.

BPS juga mencatat, pada September 2018 terjadi deflasi di pedesaan sebesar 0,59 persen yang disebabkan kelompok bahan makanan yang tersedia banyak. Akhirnya, terjadi penurunan harga. Barang-barang yang turun antara lain daging ayam ras, bawang merah, ikan segar, telur, beberapa jenis sayuran, cabe rawit, telur ayam, dan berbagai jenis produk hortikultura dan peternakan lainnya.

“Penurunan harga bahan pangan tentunya direspons positif rakyat. Arti dari semua itu, telah terjadi kondisi yang menunjukkan stabilitas harga pangan,” Ono melanjutkan.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menjelaskan, stabilitas pasokan dan harga pangan utama tidak lepas dari terobosan pihaknya memastikan petani tetap bisa berproduksi walau di musim kemarau atau paceklik.

Mentan Amran mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) kini sudah memiliki rumus mengatasi masalah paceklik. “Kami analisa 20 tahun data pertanian kenapa ada paceklik. Intinya, rumus strategi menghilangkan paceklik kita sudah temukan,” jelas Amran.

Menurut Amran, paceklik terjadi karena minimnya lahan tanam yang bisa dipakai. Jumlahnya hanya sekitar 500.000 sampai 600.000 hektare. Masalahnya karena kekurangan air. Untuk mengatasi itu, Kementan telah melakukan penanaman mencapai 1,5 juta hektare. Dengan begitu, produksi pangan tetap mencukupi.

“Kami evaluasi luas lahan tanam (LLT). Pada September, alhamdulillah tanamnya mencapai 1,5 juta hektare. Ini lah capaian tertinggi pada September selama kita merdeka,” jelas Amran.

Baca: APBN 2017 Maksimal, Ono: Petani Tidak Lagi Kesulitan Pupuk

Dirjen Hortikultura Kementan Suwandi ikut memberi penjelasan. Menurutnya, Kementan kini tengah mendorong program konsumsi pangan lokal dan mencintai produk petani ke berbagai kalangan.

Program tersebut bertujuan agar konsumsi pangan impor semakin berkurang dan produksi pangan lokal semakin bergairah. “Minat masyarakat mengonsumsi pangan lokal akan menggairahkan petani kita memproduksi lebih banyak dan lebih bagus lagi,” ujar Suwandi.

Quote