Ikuti Kami

Pemukiman Padat, Sulitkan Penanganan Corona di Surabaya

Penanganan setempat kini berfokus pada pemberdayaan pada tingkat komunitas demi meningkatkan efektivitas penanganan.

Pemukiman Padat, Sulitkan Penanganan Corona di Surabaya
Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Baktiono.

Surabaya, Gesuri.id -. Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Baktiono menilai padatnya permukiman di sekitar kota dan juga fasilitas kebersihan yang digunakan oleh beberapa keluarga secara bersamaan,  menciptakan kondisi menyulitkan untuk menekan penyebaran Covid-19 di Surabaya.

"Jadi, satu MCK (mandi, cuci, kakus) digunakan oleh beberapa kepala keluarga. Nah di situ kalau ada warga yang memang terinfeksi Covid-19 itu mudah untuk tertular. Jadi memang untuk di Kota Surabaya ini tidak semudah yang kita bayangkan," ujar Baktiono.

Baca: PSBL Jakarta Perlu Kerahkan Perangkat Keamanan Ketat

Anggota fraksi PDI Perjuangan itu menjelaskan bahwa penanganan setempat kini berfokus pada pemberdayaan pada tingkat komunitas demi meningkatkan efektivitas penanganan.

"Di setiap RW sekarang ini kan sudah dibentuk 'Kampung Wani (Berani)' untuk melawan Covid ini. Mereka sudah yang mengisolasi kampungnya sendiri-sendiri. Jadi kalau ada warga yang masuk kampung, itu ada desinfektan seperti sprayer , ada juga alat untuk cuci tangan," tutur Baktiono.

Namun, ia mengatakan bahwa pergerakan tiap warga juga tidak bisa dipastikan sehingga masih rentan terjadi penularan.

Seperti diketahui, Surabaya dijuluki sebagai "zona hitam" oleh warganet lantaran warna zona kota itu dalam peta penyebaran kasus Covid-19 terlihat paling gelap.

Kategori zona dalam peta penyebaran kasus terbagi mulai dari warna hijau yang menandakan zona aman.

Seiring meningkatnya jumlah kasus, warna zona menjadi kuning dan kemudian merah untuk menandakan zona dengan jumlah kasus yang tinggi.

Baca: Tabanan Siap 'New Normal' dengan Spirit Tri Sakti Bung Karno

Sebelumnya, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menampik jika peta Surabaya berwarna hitam atau telah menjadi zona hitam. Ia menjelaskan peta tersebut berwarna merah tua karena tercatat ada lebih dari 2.000 kasus.

"Kemudian ada yang tanya, itu (di peta) kok ada yang hitam. Itu bukan hitam tapi merah tua. Seperti Sidoarjo yang angka kasusnya 500 sekian merah sekali, kalau angkanya dua ribu sekian (seperti di Surabaya) merah tua," ujar Khofifah.

Quote