Ikuti Kami

Mercy Dorong Abon Taminye Latuhalat Rambah Pasar Digital

Mercy berharap produk abon ikan yang dihasilkan warga Latuhalat tidak dipasarkan secara konvensional saja.

Mercy Dorong Abon Taminye Latuhalat Rambah Pasar Digital
Anggota DPR RI Dapil Maluku Mercy Chriesty Barends berdialog dengan anggota kelompok Merdeka bergiat yang mengembangkan

Ambon, Gesuri.id - Anggota DPR RI dapil Maluku Mercy Chriesty Barends mendorong pemasaran abon ikan yang diproduksi kelompok Usaha kecil Mikro (UKM) Merdeka Bergiat di Dusun Tupa, Desa Latuhalat, Kota Ambon, dapat merambah pasar digital.

Baca: Puan Dorong Kadin Perkuat UMKM Agar Jadi Tuan Rumah

"Walaupun baru terbentuk tetapi saya berharap produk abon ikan yang dihasilkan warga Latuhalat ini tidak dipasarkan secara konvensional saja, tetapi juga masuk ke marketpace (lokapasar-Red)," kata Mercy Barends saat mengunjungi kelompok UKM itu, belum lama ini.

Abon ikan yang diberi nama Abon Taminye Latuhalat (ATL) memiliki tiga varian rasa dan dikemas dalam kemasan 100 gram seharga Rp35.000. Kelompok usaha itu baru didirikan sejak lima bulan terakhir.

Mercy mengaku akan membantu memasarkan abon yang diproduksi melalui olahan daging ikan cakalang atau tenggiri yang dicampurkan dengan "tai minyak" atau ampas gorengan kelapa sangrai yang sudah dipisahkan minyaknya, kepada para koleganya.

Sebagai kelompok usaha yang baru terbentuk, menurut Mercy, mereka perlu menentukan stategi pemasaran yang tepat, sehingga produk yang dihasilkan bisa diminati masyarakat baik di kota Ambon, Maluku maupun secara nasional.

Dia menyarankan, mereka untuk lebih memperhatikan segi kemasan agar lebih menarik perhatian sehingga konsumen tidak ragu untuk membelinya.

"Tolong perhatikan dan perbaiki kemasan serta ukurannya. Bisa melihat model dan contoh berbagai kemasan produk yang dipasarkan secara daring. Walaupun sedikit mahal tetapi jika kemasannya sangat menarik pasti konsumen tertarik untuk membeli," katanya.

Selain kemasan, kelompok yang terdiri dari para ibu rumah tangga itu juga diminta untuk memperhatikan masalah cita rasa, disamping izin halal dari MUI dan Dinas Kesehatan Kota Ambon terutama masalah kesehatan pangan sebagai sebagai salah satu syarat resmi untuk mendukung pemasarannya secara luas serta pengembangan usaha.

Mereka juga diminta menyiapkan tenaga khusus yang bertanggungjawab untuk mempromosikan abon hasil produksi melalui platform digital, terutama memanfaatkan keberadaan dan jaringan luas media sosial seperti instagram, facebook, whatsApp maupun lainnya untuk meningkatkan pemasarannya.

"Kondisi pandemi COVID-19 saat ini, segala sesuatu dipasarkan dan dipublikasikan secara online. Jadi tidak perlu buka toko atau lapak khusus untuk memasarkan dan menjual produk, tetapi bisa dijual secara online," katanya.

Mercy juga menyarankan Pemerintah daerah untuk memperhatikan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mulai dari hulu hingga hilir, sehingga usahanya berkembang dan maju. "Jangan hanya sekedar beri bantuan tetapi tidak diawasi dan didampingi, pada akhirnya usaha kelompok tidak berkembang dan mati," ujarnya.

Salah satu anggota kelompok Senthya Latumeten, mengakui kendala yang dihadapi saat ini yakni pemasaran yang berkembang, karena baru terbentuk lima bulan terakhir.

Dia mengaku mereka mampu memproduksi tiga kilogram abon ikan taminye dengan masa produksi selama 24 jam, memiliki tiga varian rasa yakni original, pedas dan bawang goreng.

Baca: Jokowi: Inflasi hingga Pupuk Langka Hantui Semua Negara

Mereka menyampaikan terima kasih atas kepedulian anggota DPR-RI Dapil Maluku itu yang ikut memberikan dikungan, mulai dari pembentukan, dukungan anggaran hingga dan pemasaran.

"Kami sementara mengusahakan pemasarannya ke sejumlah mall maupun bandara dan pusat perbelanjaan lainnya yang ada di Kota Ambon. Diharapkan ke depan hasil produknya abon ikan ini semakin diminati masyarakat," katanya.

Quote