Ikuti Kami

Ganjar Prihatin Akan Kesejahteraan Tenaga Pendidik Keagamaan & Guru Ngaji

Ganjar juga membahas pentingnya akses pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan daya saing SDM.

Ganjar Prihatin Akan Kesejahteraan Tenaga Pendidik Keagamaan & Guru Ngaji
Calon Presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.

Jakarta, Gesuri.id - Capres bernomor urut 3 Ganjar Pranowo prihatin kesejahteraan tenaga pendidik keagamaan dan guru ngaji. 

Keprihatinannya didasarkan dari hasil survei Kementerian Agama (Kemenag) yang menyebutkan 65 persen guru ngaji berpendapatan jauh di bawah upah minimum regional (UMR).

Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo

Untuk itu, capres yang diusung PDI Perjuangan ini bertekad memberikan apresiasi yang layak kepada guru ngaji dan tenaga pendidik keagamaan yang telah berperan besar membentuk karakter dan akhlak anak-anak.

"Saya sudah mengambil inisiatif di Jawa Tengah memberikan hibah lebih dari Rp1 triliun untuk insentif guru ngaji dan pendidik keagamaan lainnya. Kebijakan ini akan diluaskan secara nasional. Kelak, setiap guru ngaji dan pendidik keagamaan mendapat insentif Rp1 juta per bulan. Selain itu, mereka juga akan mendapat fasilitas BPJS Kesehatan,” ujar Ganjar saat berkunjung ke Kupang, NTT, Jumat (1/12).

Dia juga membahas pentingnya akses pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia. 

Baginya, akses pendidikan adalah peluang yang bisa diberikan kepada anak muda agar dapat belajar. 

"Contohnya, saya sendiri. Saya dari keluarga biasa-biasa saja. Saya berjuang, berjuang, tangga demi tangga, jatuh bangun, dalam sebuah proses yang sangat panjang. Tapi proses itu tidak demikian saja, ada doa dan air mata,” tuturnya.

Baca: Ganjar Pranowo Berpeluang Dapatkan Trah Gelar Wahyu Mataram

Di sisi lain, Ganjar tidak mempermasalahkan untuk memberikan bantuan sosial kepada rakyat miskin pada kurun waktu tertentu. Demikian juga bantuan untuk masyarakat lanjut usia dan pensiunan.

“Lalu, bagaimana dengan keluarga si miskin? Dibantu boleh, tapi kalau ada daya di sana, kasih pendidikan, akses kesehatan, dan modal yang baik. Kami menerima contoh anak usia muda yang tidak bisa sekolah. Nak, kamu sekolah ya negara yang biayai. Makanya di Jawa Tengah dibangun sekolah untuk orang miskin, 3 tahun mereka belajar, kemiskinan keluarganya terangkat,” ungkap mantan Gubernur Jateng itu.

Quote