Ikuti Kami

Ansy Dukung FRESH Jadikan TTU Lumbung Pangan

"Karena merupakan teras depan Indonesia, maka empat kabupaten tersebut mesti diberikan perhatian optimal dalam pembangunan nasional".

Ansy Dukung FRESH Jadikan TTU Lumbung Pangan
Ansy Dukung Hendrikus F. Saunoah-Amandus Nahas (FRESH) Jadikan TTU Lumbung Pangan. (Foto: Istimewa)

TTU, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR-RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menyatakan, sejak dilantik sebagai wakil rakyat mewakili Dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) II, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) adalah salah satu kabupaten penting dan menjadi prioritas baginya. 

Ansy menyatakan, Kabupaten TTU, Belu, Malaka, dan Rote Ndao yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia adalah titik terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

"Karena merupakan teras depan Indonesia, maka empat kabupaten tersebut mesti diberikan perhatian optimal dalam pembangunan nasional," ujar kader PDI Perjuangan itu. 

Ansy mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan kader PDI Perjuangan pada periode pertama sukses memutar paradigma (shifting paradigm) tentang perbatasan. 

Jokowi mengubah perbatasan bukan sebagai daerah terisolasi, kuno, terbelakang, tetapi merupakan beranda negeri, teras depan, wajah negara. 

"Ini sejalan dengan instruksi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri kepada seluruh kader partai untuk membangun dari pinggiran, membangun perbatasan.  Perbatasan yang sebelumnya kumuh, kotor, dan tidak terurus kini ditata dan dipercantik," ujar Ansy. 

Ansy menjelaskan, perbatasan Indonesia-Timor Leste berubah signifikan sebagai pusat pariwisata dan sentra ekonomi UMKM masyarakat. 

Demikian juga TTU adalah daerah perbatasan. Bagi Ansy, TTU adalah wajah sekaligus beranda negeri yang perlu mendapat prioritas pembangunan, agar masyarakatnya sejahtera. 

"Saat ini, kemiskinan adalah problem akut di TTU.  Data BPS NTT mencatat angka kemiskinan TTU lebih tinggi dari angka kemiskinan provinsi NTT secara keseluruhan.  Pada 2018, angka kemiskinan TTU 22,31 persen, sedangkan NTT 21,03 persen," ujar Ansy. 

Ansy melanjutkan, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) TTU pun lebih rendah dari IPM NTT pada 2018. IPM TTU sebesar 62,65 persen. Sedangkan IPM NTT 64,03 persen. 

Data BPS juga menunjukkan, problem kemiskinan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi TTU yang berada pada posisi terendah, jika dibandingkan dengan 5 kabupaten di daratan Timor.  

"Pada tahun 2018, angka pertumbuhan ekonomi TTU berada pada 5,07 persen. Ironis, TTU dikalahkan dua kabupaten terbaru yakni Kabupaten Malaka 5,16 persen dan Kabupaten Sabu Raijua 5,10 persen!  Tidak heran, TTU adalah satu kabupaten dengan tingkat stunting (kekerdilan/gizi buruk) tertinggi di NTT," ungkap Ansy. 

Pada tahun 2019, sambung Ansy, ditemukan kasus bayi menderita stunting di 80 desa di TTU. 

Artinya, mayoritas desa di TTU pernah mengalami kasus stunting, akibat bayi kekurangan asupan gizi.   

"Lalu apa sesungguhnya akar penyebab kemiskinan di TTU? Ketika mendengar aspirasi para nelayan dan petani di Pantai Utara TTU, saya berkesimpulan bahwa akar dari problem kemiskinan di TTU adalah kemiskinan struktural," tegas Ansy. 

Baca: Gus Ipin Blusukan ke Desa Pinggiran Untuk 'Belanja Masalah'

Ansy pun memaparkan, kemiskinan struktural merupakan buah dari kebijakan  pemerintah daerah selama ini yang tidak memihak kepada petani, peternak, nelayan, dan pelaku UMKM di TTU. 

Rakyat TTU tidak mendapatkan intervensi konkret berupa program, kebijakan, permodalan yang cukup untuk berusaha. 

"Tingginya angka kemiskinan dan stunting di atas sangat kontradiktif dengan kekayaan potensi di TTU. Misalnya, potensi Pantura TTU sangat besar. Pasar perbatasan di Pantura sering dikunjungi warga Timor Leste, sehingga jadi pusat ekonomi warga yang perlu dimaksimalkan," ujar Ansy 

Ansy mengungkapkan, wilayah Pantura kaya hasil laut seperti ikan tembang, kembung, julung-julung, dan berbagai tangkapan lainnya. 

Kini wilayah Pantura Wini pun sering dikunjungi wisatawan yang hendak mengunjungi Tanjung Bastian, PLBN Wini, dan pelabuhan. 

"TTU juga memiliki potensi hortikultura dan perkebunan yang besar. Daerah Eban-Miomaffo Barat, misalnya, terkenal akan kesuburan tanahnya. Selain potensi Kopi Eban, produk bawang putih, jeruk, tomat, dan sayur-sayuran dari Eban sangat berkualitas, layak dikembangkan dan dipasarkan," ungkap Ansy. 

Jika ditangani dengan baik, lanjut Ansy, daerah Eban dapat menjadi sentra pangan di Timor sekaligus sebagai pusat pariwisata karena pesona Cagar Alam Gunung Mutis. 

Dalam diskusi bersama pakar pertanian Elsje Manula, Ansy juga mengungkapkan TTU memiliki potensi pertanian organik yang berkualitas ekspor. 

"Lalu bila TTU kaya potensi, mengapa angka kemiskinan masih tinggi? Itulah alasannya saya merasa terpanggil, ingin turut berkontribusi untuk membangun-memajukan TTU," ujar Ansy. 

Namun, lanjut Ansy, selama ini dirinya sulit mendapatkan akses dari pemerintah daerah TTU untuk menyalurkan bantuan. Padahal besar kerinduan Ansy untuk terus membantu petani, nelayan dan peternak di TTU. 

"Ada program bantuan untuk TTU yang merupakan aspirasi anggota Komisi IV DPR RI, namun jumlah dan jenisnya sangat terbatas, jika dibandingkan dengan bantuan saya untuk kabupaten lainnya.  Alhasil, untuk menepati tenggak waktu, berbagai bantuan seperti ratusan alat mesin pertanian, ternak sapi, dan lain-lain dialihkan ke Kabupaten lainnya, karena kerja cepat pemimpin yang sangat ingin bersinergi dan membantu rakyatnya," ujar Ansy. 

Ansy menegaskan, TTU maju jika berubah. Perbedaan politik lumrah ada, tetapi kepentingan masyarakat TTU harus dinomorsatukan. 

Maka, sambung Ansy, pemilihan kepala daerah (Pilkada) di TTU harus menjadi momentum yang menghadirkan pemimpin baru yang punya hati dan kebijakan yang pro rakyat. 

Baca: Bupati Eka Terima Penghargaan dari PLN Karena Ini

"Perubahan daerah sangat bergantung pada hati, visi, dan kerja pemimpinnya. 
Kata Bos Ahok: 'Kalau pemimpin kepalanya lurus, anggotanya pasti tegak lurus'" ujar Ansy. 

Untuk pilkada TTU, ujar Ansy, PDI Perjuangan mencalonkan kader partai Hendrikus F. Saunoah-Amandus Nahas dengan tagline FRESH. 

Sesuai nama tagline, FRESH identik dengan kebaruan, perubahan, kemajuan, inovasi dan kreativitas dan semangat membangun daerah. 

"Keduanya adalah simbol generasi muda Biinmafo yang menawarkan pendekatan, program, dan kebijakan yang baru untuk mewujudkan visi TTU BERSINAR: Bermartabat, Sejahtera, Inovatif, Adil dan Responsif. Salah satunya dengan melakukan reformasi birokrasi berbasis meritokrasi," ungkap Ansy. 

Reformasi birokrasi berbasis meritokrasi memiliki makna, seleksi dan suksesi kepemimpinan birokrasi harus berdasarkan kinerja dan rekam jejak (track record). Bukan karena alasan etnosentris dan politis. 

Dalam satu programnya, ungjal Ansy, pasangan FRESH ingin mewujudkan TTU sebagai lumbung pangan NTT. 

"Saya siap bersinergi dengan pasangan FRESH untuk mendatangkan berbagai bantuan berupa alat mesin pertanian, ternak, dan berbagai jenis bantuan lainnya, serta meneruskan aspirasi masyarakat TTU di Senayan," ujar Ansy. 

Pemerintah Daerah, lanjut Ansy, tentu memiliki keterbatasan dana untuk membiayai seluruh agenda dan program pembangunan dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 

"Dalam konteks itu, sinergi dan kerja sama antara pemerintah kabupaten TTU dengan anggota DPR RI perlu diperkuat dan ditingkatkan," ujar Ansy. 

"Ayo dukung FRESH, mari kita wujudkan TTU BERSINAR," pungkasnya.

Quote