Ikuti Kami

Berperang Lagi Melawan Covid-19

Oleh: Dr. Harris Turino, Politisi PDI Perjuangan, Doctor in Strategic Management.

Berperang Lagi Melawan Covid-19
Dr. Harris Turino, Politisi PDI Perjuangan, Doctor in Strategic Management.

Jakarta, Gesuri.id - Beberapa hari terakhir kondisi penyebaran Covid-19 di Jakarta amat mengkawatirkan. Kasus positif harian mengalami peningkatan dari 1.371 pada tanggal 7 Juni 2021 menjadi 2.769 pada tanggal 14 Juni 2021. 

Ini menjadikan angka penambahan kasus aktif juga mengalami kenaikan dari kisaran 11.500 menjadi 17.500 hanya dalam sepekan terakhir. Akibatnya tentu saja bed occupancy ratio (BOR) juga mengalami peningkatan dari 45% menjadi 75%. Angka ini sudah tergolong lampu merah bagi kemampuan fasilitas pemerintah dalam menangani pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit. 

Fenomena di Jakarta ini menarik, karena di satu sisi Jakarta adalah barometer penanganan Covid-19 di Indonesia, sekaligus memiliki kemampuan testing jauh lebih tinggi dibandingkan dengan syarat minimal kemampuan testing yang ditentukan oleh WHO, yaitu sebesar 1.000 orang per minggu per 1 juta penduduk. 

Dengan menggunakan standar WHO jumlah penduduk Jakarta yang 10 juta jiwa membutuhkan 10.000 testing per minggu. Padahal jumlah testing di Jakarta sebelumnya sudah 40.000 dan saat ini bahkan ditingkatkan menjadi 80.000 testing per minggu. 

Dengan angka testing yang sangat tinggi, ternyata positivity ratenya tetap juga mengalami peningkatan dalam seminggu terakhir dari level mingguan 9% menjadi 17%. 

Jelas artinya memang telah terjadi adanya peningkatan kasus yang amat signifikan. Kemungkinan ini berkaitan dengan munculnya varian baru Delta asal India yang terbukti sangat menular.

Ini adalah gelombang baru peningkatan Covid dari klaster lebaran. Bukan hanya dialami Jakarta saja, tetapi juga kota-kota besar lain di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa. 

Pembatasan mudik lebaran memang mampu mengurangi dampak munculnya gelombang baru Covid-19, tetapi tidak mampu mencegahnya secara total. Lonjakannya baru mulai dirasakan hari-hari ini. 

Dikawatirkan bahwa ini masih pada tahap awal. Jika tidak dilakukan langkah-langkah drastis, maka dikawatirkan kondisi akan semakin memburuk ke depannya. 

Inilah dilematisnya. Jika diberlakukan kembali penginjakan rem darurat secara ketat maka kondisi ekonomi akan semakin berat. Daya tahan masyarakat, terutama lapisan paling bawah sudah semakin ringkih dan rentan. UKM juga sudah banyak yang kembang kempis. 

Celakanya kemampuan daya pikul anggaran negara tidak sekokoh sebelum terjadinya goncangan pandemi. Tingkat Debt to GDP ratio secara nasional sudah mendekati angka 40%. Masih tergolong aman, tetapi menanjak secara gradual dan pasti. Ini yang perlu diwaspadai.

Jalan satu-satunya menurut saya adalah kerja sama yang erat antara pemerintah dan aparat serta masyarakat. Penegakan protokol kesehatan harus ditingkatkan dan kembali dilakukan operasi-operasi pengawasan oleh aparat dengan pemberian sanksi yang cukup tegas, termasuk pembatasan kerumunan dalam kegiatan budaya, kegiatan keagamaan atau kegiatan masyarakat. 

Ini harus benar-benar dibatasi dan tidak dikeluarkan ijin kerumuman yang berpotensi menjadi sumber penularan. Ketegasan tanpa kompromi demi kemaslahatan bersama. Pembatasan jumlah pengunjung kegiatan usaha, rumah makan dan kegiatan budaya juga harus ditaati. 

Dalam hal ini tentu tidak bisa diharapkan hanya dari dari para pelaku, tetapi harus dibarengi dengan kegiatan operasi, pengawasan dan penegakkan hukum. 

Di Jakarta sendiri sebenarnya tingkat kepatuhan penggunaan masker sudah cukup bagus. Perlu dilakukan operasi justisi besar-besaran agar tingkat kepatuhan masyarakat ini semakin meningkat. Tentu saja harus diimbangi dengan pembagian masker gratis kepada kelompok yang membutuhkan. Ini jauh lebih murah dibandingkan dengan penginjakan rem darurat yang ongkos sosialnya sangat mahal. 

Fenomena lain yang menari adalah angka kematian akibat Covid-19 tidak mengalami peningkatan yang signifikan di Jakarta. 

Tingkat angka kematian Covid-19 di Jakarta di level 1,7%, masih di bawah angka nasional di 2,8% dan rerata dunia di 2,2%. Tentu ini adalah akibat suksesnya pelaksanaan vaksinasi di Jakarta. 

Vaksinasi orang tua sudah mencapai angka 65%. Untuk tenaga kesehatan, pelayan publik dan petugas publik bahkan sudah mendekati 100%. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. 

Data dari beberapa rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 bergejala menunjukkan bahwa tingkat keparahan pasien yang sudah menjalani vaksinasi penuh 2 kali suntik secara signifikan jauh lebih rendah, potensi kesembuhannya bahkan mendekati 100% dengan beberapa kematian yang hanya terjadi pada pasien dengan kondisi komorbiditas tinggi. 

Laju kecepatan vaksinasi di Jakarta harus terus ditingkatkan dan kali ini menyasar ke kelompok umur 18 tahun ke atas, sehingga  kekebalan massal segera tercipta. Pembelajaran tentang kesuksesan vaksinasi ini harus dicontoh oleh kota-kota besar lain di seluruh Indonesia. 

Hal lain yang perlu dilakukan adalah penambahan ruang-ruang isolasi bagi pasien tidak bergejala atau bergejala ringan. Ini diperlukan untuk menghindari munculnya klaster rumah tangga akibat mereka tidak memiliki ruang yang memadai untuk melakukan isolasi mandiri di rumah tanpa menularkan ke orang-orang di sekitarnya. 

Apalagi dengan ditemukannya varian baru Delta yang sangat menular. Konversi ruang perawatan isolasi di rumah sakit bagi pasien Covid-19 juga perlu ditingkatkan. 

Angka BOR 75% sudah tergolong sangat mengkawatirkan dan ini bisa ditekan dengan menambah konversi ruangan untuk sementara digunakan sebagai ruang perawatan pasien Covid-19. 

Intinya jangan sampai terjadi ada pasien yang mengalami kegawatan akibat ketidak tersediaan fasilitas ruang rawat yang memadai. 

Terpapar Covid-19 adalah sebuah keniscayaan ibarat orang mendapatkan arisan, tetapi kematian karena tidak tersedianya fasilitas kesehatan adalah kegagalan negara dalam melindungi rakyatnya. Jangan sampai ini terjadi. 

Mari kita sama-sama berperang lagi melawan Covid-19. Hanya dengan bersama, maka kita bisa menang.   

Quote