Ikuti Kami

Surabaya Kota Pahlawan yang Dibangun Masyarakatnya Sendiri

Oleh: Aldian Dwi Pamungkas, Ketua GMNI Cabang Surabaya 2018-2020 yang juga Mahasiswa Pascasarjana ITS.

Surabaya Kota Pahlawan yang Dibangun Masyarakatnya Sendiri
Aldian Dwi Pamungkas, Ketua GMNI Cabang Surabaya 2018-2020. (Foto: Istimewa)

Surabaya, Gesuri.id - Sebuah kota yang terletak di timur pulau Jawa adalah salah satu kota tertua di Indonesia yang sudah ada sejak abad ke-13 Masehi. Kota ini memiliki nilai sejarah yang sangat kental sebagai kota maritim dan sebagai alur pelayaran sejak masa kerajaan Majapahit sebagai wilayah pesisir tempat lalu lintas kapal berkat Sungai Kalimas yang membentang dari Surabaya hingga wilayah Majapahit di Trowulan Mojokerto, perpanjangan dari Sungai Brantas.

Kota ini dikenal dengan nama Ujung Galuh sebagai Pelabuhan Agung kerajaan Majapahit. Pelabuhan utama, gerbang utama untuk memasuki ibukota Majapahit dari lautan Bermula dari sebuah desa kecil dipesisir Sungai Brantas.

Di tahun 1910, pelabuhan baru dibangun oleh Belanda yang kini dikenal sebagai Pelabuhan Tanjung Perak. Pembangunan pelabuhan ini menjadi jantung baru bagi perekonomian Surabaya Sebagai kota pelabuhan yang tumbuh pesat di sektor maritim yang kemudian berkembang menjadi ibukota wilayah Jawa Timur pada tahun 1926. Kota ini telah berevolusi menjadi sebuah kota pelabuhan dengan didukung oleh sektor-sektor industri perkebunan dari seluruh Jawa Timur. 

Kala itu, Surabaya sudah menjadi kota terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia yang kini dikenal sebagai Jakarta. yang hingga kini berevolusi menjadi poros pelabuhan kedua terbesar untuk sebuah negara kepulauan Indonesia. 

Hal ini mempertegas bahwa kota Surabaya adalah kota maritim dimana banyak kita temui rakyat Surabaya yang menopang hidupnya di sektor kelautan perikanan baik sebagai nelayan, olahan hasil tangkap ikan maupun sentra pasar hasil tangkap ikan. Dengan memiliki pelabuhan Tanjung perak sebagai pusat alur pelayaran Indonesia timur. 

Hal ini bukan tidak mungkin dimasa depan menjadi pelabuhan internasional yang strategis dengan didukung adanya program nasional Tol laut yang dicanangkan oleh pemerintah.

Menurut ejaaan Jawa Kuno atau Jawa Kawi, Sura berarti Berani, dan Bhaya berarti Bahaya.dimana Surabaya memiliki arti berani menghadapi segala bahaya yang datang. Hal ini menjadikan kota Surabaya lahir dari sebuah keberanian dalam medan pertempuran. 

Di kota ini, sekitar abad 13 (1293 Masehi), pasukan Majapahit dibawah pimpinan Raden Wijaya, yang terdiri dari pasukan gabungan Jawa dan Madura, berhasil memukul mundur pasukan Tiongkok dinasti Yuan yang hendak menjajah tanah Jawa dan Nusantara. 

Perang besar berdarah-darah dengan kekuatan yang tidak seimbang, bisa disiasati dengan taktik penghancuran para pimpinan pasukan Yuan terlebih dahulu. Sesudah itu, seberapapun besarnya kekuatan musuh menjadi sangat mudah untuk dihancurkan. 

Bagi pasukan Yuan, Surabaya adalah mimpi buruk. Disini, mereka menyaksikan sendiri kehebatan dan keberanian orang-orang Majapahit. Tiga ribu pasukan terbunuh, sisanya melarikan diri kembali ke Tiongkok. Selang tujuh abad kemudian dimana pertempuran paling dahsyat sesaat setelah Perang Dunia II terjadi di sebuah kota di Nusantara, di Surabaya. 

Tepatnya pada 10 November 1945 dua bulan usai bangsa Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka dalam naungan Republik Indonesia. 

Perang 10 November menjadi saksi betapa masyarakat Surabaya dan sekitarnya memiliki genetika perjuangan yang mendarah daging. Sehingga kota Surabaya lebih dikenal sebagai kota Pahlawan, sebuah julukan yang tidak mudah untuk disandang oleh kota manapun bahkan oleh warganya sendiri dan di kota ini adalah kota kelahiran seorang pendiri negara Indonesia, Ir.Soekarno sekaligus menjadi presiden pertama Republik Indonesia.

Semangat Kebersamaan dan Persatuan

Surabaya kota yang kental dengan budaya Arek Suroboyo menekankan pada kultur masyarakat yang mengurangi penekanan terhadap titel dan adat tradisi, dan lebih mengedepankan kesuksesan ekonomi dan politik individu. Ciri khas yang dimiliki budaya ini adalah keterbukaan, cenderung kasar, egaliter, dan bondo nekat (bonek). 

Sehingga budaya arek dengan bahasa suroboyoan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Surabaya memiliki semangat kebersamaan dan semangat persatuan dalam berjuang baik suka maupun duka yang terjadi bagi kota Surabaya.

Pena sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat Surabaya memiliki semangat kebersamaan dalam membangun kotanya sendiri dan memperjuangkan kotanya sendiri apabila segala bahaya datang mengancam di kota ini salah satunya di era sekarang terlihat semangat gotong royong masyarakat Surabaya dalam melawan pandemi Covid-19 dengan bersatu melawan Covid-19 terasa hingga sudut kampung kota dan dan bersatu menentang kepentingan politik yang memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 di kota Surabaya. 

Budaya ini masih sangat kental dan melekat sebagai jatidiri masyarakat Surabaya.Sudah seharusnya masyarakat Surabaya memiliki rasa percaya diri serta tidak terpengaruh dengan citra politik kekuasaan yang semu dengan menciptakan narasi-narasi kesuksesan membangun kota Surabaya. 

Semoga pemimpin kota Surabaya kedepan dapat mendalami nilai historis dan memahami budaya arek Suroboyoan sehingga mampu melibatkan sinergitas yang baik antara masyarakat dengan pemerintah kota dalam membangun kota Surabaya.

Surabaya adalah Kota Pahlawan yang dibangun oleh masyarakat nya sendiri dengan semangat heroik mempertahankan kota Surabaya dari segala ancaman yang datang. 

Melihat perubahan dunia yang semakin pesat ini sudah seharusnya masyarakat Surabaya bersatu dan bersama-sama mencari solusi untuk menguatkan jiwa wirausaha dan membangun berbagai sektor bisnis yang dimulai dengan usaha mikro kecil, menengah sebagai semangat perjuangan yang membara dalam membangun kota pahlawan Surabaya.

Selain itu juga menjadi teladan sebagai kota dapurnya nasionalisme cinta Tanah Air dengan memulai membangun jiwa wirausaha sebagai wujud nasionalisme baru dalam menghadapi perubahan zaman yang sudah selayaknya menjadi prioritas utama bagi pemerintah kota Surabaya menggalakan perencanaan tersebut dalam membangun mental wirausaha masyarakat Surabaya tanpa meninggalkan kearifan lokal budaya maupun nilai historis kota Surabaya.

Quote