Ikuti Kami

COVID-19 Masih Ada, Jangan Lengah & Terapkan Prokes Ketat!

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, kasus positif Covid-19 harian di Indonesia bertambah 4.15, Minggu (27/11).

COVID-19 Masih Ada, Jangan Lengah & Terapkan Prokes Ketat!
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo. Foto: Gesuri.id/ Nurdin.

Jakarta, Gesuri.id - Angka penambahan kasus COVID-19 di Tanah Air lamban laun beranjak naik

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, kasus positif Covid-19 harian di Indonesia bertambah 4.15, Minggu (27/11).

Dengan demikian, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi sejak diumumkan pertama kali pada Maret 2020 adalah 6.650.244 kasus.

Dari jumlah tersebut, Provinsi DKI Jakarta masih menjadi wilayah yang menyumbang kasus harian terbanyak, yakni 1.844 kasus.

Provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua dengan jumlah 774 kasus, Banten 452 kasus, Jawa Timur 376 kasus, Jawa Tengah 186 kasus, D.I. Yogyakarta 71 kasus, dan Sumatera Utara 77 kasus.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia akhir-akhir ini disebabkan oleh munculnya tiga subvarian baru.

"Jadi memang sekarang kasusnya naik disebabkan varian baru. Varian baru ada tiga, BA2.75, XBB dan BQ1. Yang banyak di Indonesia adalah BQ1, banyak di Eropa dan Amerika dan XBB ada di Singapura," katanya di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur.

Ia menyatakan bahwa subvarian baru itu memang ciri-cirinya ialah penularannya cepat sehingga mengakibatkan ada lonjakan kasus.

Beberapa waktu lalu, Gesuri.id berkesempatan bertemu dengan Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo untuk menggali lebih dalam penanganan COVID-19 di Tanah Air. Berikut petikan wawancarnya,

Sekarang situasi COVID-19 seperti apa?

Ya tentu rasa syukur  pada Allah ya kita  bersyukur setelah bergotong royong bersama- sama 3 tahun menderai, saya kira ini sebuah prestasi dari sebuah bangsa  atas kegotong royongan COVID-19 sudah kita lihat bersama  dampaknya ya, artinya dampak dari sisi penanggulangan, saya kira sungguh baik dan diapresiasi oleh WHO dan berbagai negara perlu belajar dan belajar ke Indonesia.

Namun  harus disadari bahwa saat ini COVID-19 belum selesai bahwa pandemi masih berbahaya bahkan pandemi masih mematikan  khususnya bagi saudara-saudara kita, rakyat kita yang sangat beresiko tinggi, siapa itu? ya saya kira dari saudara yang belum divaksin, teman-teman kita yang belum dibooster, para lansia yang punya komorbid.

Bahkan statistik disampaikan oleh pak Menkes bahwa cukup ironis memang  warga kita yang berada di rumah sakit saat ini  32% belum divaksin dan yang meninggal lebih dari 68% belum di booster artinya memang meskipun kondisi COVID-19 saat ini sudah cukup baik tetapi harus diingat COVID-19 saat ini mengalami satu trend, mengalami satu metaforsa artinya mengalami perubahan-perubahan varian-varian baru bermunculan  sehingga kita harus waspada dan terbukti betul di Asia Tenggara, Asia Selatan sub varian omicron baru ini juga menjadi salah satu yang kita waspadai karena hampir mayoritas  saat ini varian baru yang  mendominasi dan ini terbukti ya kasusnya mulai menanjak naik, kemudian masih ada puluhan yang meninggal dan masih banyak yang masuk rumah sakit, namun masih ada berita positifnya tanda petik ya.

Meskipun kasusnya naik memang tidak membebani rumah sakit juga kematiannya tidak terlalu banyak, meskipun tidak terlalu banyak masih puluhan yang meninggal sehingga kita harus waspada. Nah saya kira meskipun kondisi lebih baik tetapi trendnya sekarang ini lagi naik ya tinggal kita bagaimana menyikapi bersama. Ada beberapa catatan yang ingin saya sampaikan dalam momen yang baik ini ya, saya kira kita tidak boleh menganggap bahwa COVID-19 ini sudah tidak ada apa lagi menganggap COVID-19 sudah tidak berbahaya, salah. COVID-19 masih beresiko, masih mematikan bagi rakyat kita, saudara kita, warga yang belum divaksin, belum booster dan para lansia yang punya komorbid yang harus kita lindungi bersama-sama. 

Dengan cara apa mas? saya kira yang disampaikan oleh presiden tetap menggunakan protokol kesehatan, di luar negeri protokol kesehatan tetap dipakai di ruang tertutup, kemudian di mode transportasi, seluruh mode transportasi di luar negeri masih  pakai masker, apakah itu cukup? belum. Kalau protokol kesehatan itu fungsi kita terhindari dari  covid, tersebar dari COVID-19, tetapi untuk  yang sudah kena solusinya ya harus dikasih penguatan tubuh melalui vaksin booster.

Fungsi booster atau fungsi vaksin itu dalam rangka untuk menekan hospitaly rate atau menekan tingkat keparahannya, atau kita menekan tingkat vatalitas red atau kematiannya. Jadi satu dua langkah itu harus menjadi sampai sekarang harus kita lakukan protokol kesehatan, vaksin booster yang harus kita gelorakan, tetapi sayangnya rakyat kita sudah tidak begitu antusias kalau bahasanya antucias red untuk ke vaksin booster itu sangat rendah, bahkan beberapa waktu lalu saya sampaikan saya mengadakan vaksin booster yang datang seribu itu perlu waktu 3-4 hari untuk menghabiskan, artinya memang butuh gerakan lagi pemerintah pusat, daerah, tokoh masyarakat dan semuanya bahwa kayo kita vaksin yang belum divaksin booster. Karena nyatanya vaksin masih 30% atau 65 per jutaan, jadi masih sangat rendah, ini PR kita bersama untuk kita selesaikan.

Tapi kan ketersediaan vaksin sendiri di daerah-daerah seperti apa sekarang pak?

Kalau kemarin di beberapa waktu lalu sebulan, dua bulan yang lalu kondisinya stok kita terbatas ya, tapi begitu saat ini sudah datangkan lima juta oleh pemerintah dan di luar negeri termasuk 2 hari lalu presiden sudah disuntik booster hasil dari karya anak bangsa ya  indovac dan inavec ini menjadi menambah kekuatan kita perbendaraan  stok vaksin kita secara nasional sehingga jangan khawatir lagi soal stok vaksin. Vaksin saya kira ada sudah cukup banyak tinggal bagaimana kita menggelorakan membawa anak-anak kita, saudara kita orang tua kita untuk dibawa ke fasilitas vaksin booster.

Berarti kalau prediksi Pak Luhut kan katanya  gelombang ketiga itu kan prediksi anatara desember januari datang, apa itu benar pak?

Ya saya kira apa yang disampaikan oleh Para ahli-ahli edimolog, para ahli-ahli kesehatan  akademisi termasuk pemerintahan ya prediksi kita nanti kemungkinan januari ya, Januari itu akan menjadi momentum kita untuk melihat bagaimana sikap kita, nah yang penting rakyat sudah dikasih tau jauh-jauh hari bahwa COVID-19 masih ada, COVID-19 masih mematikan, masih beresiko bagi orang yang beresiko. Caranya ya itu tadi vaksinasi dan protokol kesehatan, nah kita akan lihat trendnya sampai januari seperti apa.

Kalau ternyata Januari  itu terus masih naik kemudian saya kira ya potensi untuk dinaikkan levelnya kenapa tidak gitu loh. Tetapi ini memang harus sering kita ingatkan, kita sampaikan pada masyarakat bahwa saat ini COVID-19 masih beresiko sehingga, kita sebenernya ngga ingin ada namanya pengetatan ya, tapi kalau masyarakat dikasih tau pemahaman bahwa COVID-19 masih mematikan, konser-konser seperti beberapa waktu lalu masih luar biasa dan sangat menakutkan bagi sisi kesehatan itu harus kita hindarkan. Silahkan beraktivitas ekonomi, silahkan melakukan suatu konser musik, tetapi juga harus menggunakan kaidah-kaidah ilmu dari sisi kesehatan ini masih perang, meskipun trend tingkat resiko dari COVID-19 ngga seperti yang awal-awal dulu, resikonya sudah mengalami penurunan, tetapi masih tetap mematikan.

Untuk itu kita harus saling bergotong royong ya, orang yang cukup sehat harus kita lindungi yang ada di rumah kita, ada orang tua yang punya komorbid yang belum divaksin, yang tidak berani divaksin, dengan cara apa? ya kita harus orang-orang yang protokol kesehatan kita harus kita jaga.

Kalau dari Komisi IX DPR sendiri pak apakah ada intervensi  langsung ke pemerintah daerah?

Sebenarnya kasus di Indonesia dengan di luar hampir mirip ya, terutama soal vaksin, kalau di soal protokol kesehatan kita media sosial terbuka dimana negara sudah bebas. Tetapi memang  di luar negeri antusias di vaksin termasuk bangsa Indonesia juga sama antusias bahwa covid sudah tidak begitu berbahaya, tidak seperti dulu lagi ini yang menjadi beban psikologi, sehingga apa? sudah protokol kesehatannya sudah longgar antusias untuk dibooster juga sangat rendah, bahkann malas untuk menuju ke fasilitas kesehatan, nah itu ga boleh lagi, nah saya kira yang kita dorong kepada pemerintah tidak hanya pusat y, pusat hanya menyediakan  vaskin tapi yang menyuntikkan sampai ke masyarakat itu ya pemerintah daerah, ya para tokoh-tokoh masyarakat juga ikut  bertanggung jawab membantu, untuk menggerakkan kembali  antusias rakyat untuk menuju fasilitas kesehatan, kalau kita serahkan hanya pemerintah pusat ngga akan mungkin sehingga tokoh keagamaan, tokoh adat, pos-pos kesehatan, puskesmas, walikota, bupati ayo kita gerakkan kembali ada kegiatan aktivitas, salah satu prasyarat booster loh, disitu ada kegiatan kerumunan atau vaksin booster yang disiapkan itu salah satu strategi agar antusias rakyat itu kembali lagi, meskipun agak berat kembali dulu untuk berbondong-bondong untuk ke fasilitas kesehatan, karena tadi rakyat stigmanya kan COVID-19 sudah tidak berbahaya.

Tetapi memang harus kita tidak boleh lelah harus dikapitalisasi sesering mungkin diingatkan melalui media sosial, media televisi, media live stream yang akhirnya agar ayo kita ke pos kesehatan, pelayanan kesehatan untuk vaksin, karena vaksin tujuannya utama adalah menghindarkan kematian, penyakit yang bersiko tinggi terutama bagi rakyat kit, saudara kita yang punya  resiko komorbid itu saya kita harus kita lindungi, dengan apa? dengan vaksin booster gitu.

Quote