Ikuti Kami

Komitmen Nyata Vita Ervina Tingkatkan Kesejahteraan Pelaku Perikanan Lewat Bioflok

Vita: Dengan teknologi Bioflok mereka bisa menghasilkan 3000 perkolam dimana bentuk kolamnya bulat-bulat dengan rotasi 3 bulan sekali.

Komitmen Nyata Vita Ervina Tingkatkan Kesejahteraan Pelaku Perikanan Lewat Bioflok
Wawancara khusus Jurnalis Gesuri.id Haerandi bersama Anggota DPR RI Komisi IV Vita Ervina, SE., MBA. (istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Penerapan inovasi teknologi budidaya ikan sistem bioflok di masyarakat terus didorong oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) karena telah terbukti dapat menggerakkan perekonomian dan produktivitas masyarakat.
 
Tercatat sepanjang tahun 2020, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), KKP telah menyalurkan 421 paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok kepada 379 pokdakan di 32 Provinsi, 190 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Untuk tahun 2021, KKP menargetkan untuk kembali menyalurkan 304 paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok dengan komoditas ikan lele atau nila.
 
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, mengungkapkan bahwa bantuan budidaya ikan sistem bioflok dapat menjadi solusi pemenuhan pangan masyarakat Indonesia yang terus mengalami peningkatan hingga mencapai 271 juta jiwa penduduk menurut data sensus terakhir.

Bagaimana program Bioflok ini berjalan dan hal apa yang perlu di evaluasi dari program ini, berikut petikan wawancara khusus Jurnalis Gesuri.id Haerandi bersama Anggota DPR RI Komisi IV Vita Ervina, SE., MBA.

Bisa dijelaskan terkait program Bioflok Teknologi yang sedang dijalankan?

Kalau dengan teknologi Bioflok ini mereka bisa menghasilkan 3000 perkolam yang dimana bentuk kolamnya sendiri bulat-bulat itu per kolam ya itu dengan perputaran 3 bulan sekali yang cukup menambah nilai ekonomisnya yang tinggi.

Program Bioflok itu sendiri udah berjalan berapa lama?

Progran kita ini sudah berjalan sejak dari awal 2020 udah banyak menurunkan program-program Bioflok Itu udah ada sekitar 5 dari awal dan meningkat sekarang terus setiap tahun itu sekarang sudah 10  dan bisa lebih hingga  sekitar 12-an di tahun ini akan turunkan.

Untuk progran Bioflok sendiri bagaimana perkembangan yang terjadi di lapangan?

Kita sudah beberapa kali melakukan pengecekan ulang dan mereka masih terus antusias berproduksi 3 bulan panen.

Untuk evaluasi dan kendala dari program Bioflok apa saja?

Evaluasi dari program BFT sendiri soal PH airnya memang kadang bibit sama ini kan beda cuaca, apalagi kalau di daerah-daerah yang atas itu yang agak dingin ini ternyata ikan lele itu enggak bisa terlalu dingin, jadi ternyata jadi rawan apalagi kondisinya bibitnya masih terlalu kecil jadi masih belum kuat.

Kalau mau besok-besok kalau memang bibitnya agak sedikit lebih besar supaya bisa tahan hidup. PH air memang harus kita lakukan pengecekan karena memang beda-beda setiap lingkungan daerah suhu udara dan ternyata sangat berpengaruh.

Untuk budidaya perikanan ini sendiri difokuskan di wilayah-wilayah khususnya di Dapilnya daerah mana saja?

Kalau di Daerah Pemilihan itu seluruhnya saya bagikan termasuk di Purworejo memiliki perikanan laut, tapi juga budi dayanya juga kita ikut gerakkan supaya mereka  lebih tidak cuma berfokus kepada perikanan laut, karena kita maunya hanya dihulu saja budidayanya tapi sampai hilirisasi dari pengolahan kemudian juga pemasarannya kita terus melakukan pendampinga.

Untuk pemasaran hasil produk sendiri kendala yang dihadapi masyarakat seperti apa?

Kalau untuk kendala dalam pemasaran oleh masyarakat itu banyak karena masyarakat yang biasanya dengan cara tradisional. Misalnya, masyarakat bertanya saat panen produk ini mau di jual kemana, nah kita dorong mereka untuk mengolah sehingga tidak cepat kemudian harus segera dijual sehingga kalau lama nanti harga akan mengalami penurunan sehingga kita mengajarkan untuk mengolah, dimana hasil olahan ini bisa bertahan lama sehingga memiliki nilai tambah enonomisnya.

Misalnya, ada contoh didaerah Magelang misalnya dia memulai bahkan bukan hanya budidaya laut langsung misalnya seperti Bioflok itu tetapi tetapi dia langsung dari pembijahannya sampai dengan olahan airnya bahkan sampai pemasarannya dia udah pegang karena dia sudah saking banyak peminat akhirnya dia bisa berkoneksi berjaring.

Dia bikin contohnya olahan nuget, pangsit dan ada juga masakan-masakan yang sudah jadi atau setengah matang itu sudah banyak peminatnya.

Kalau untuk aturan atau kebijakan baik dari daerah maupun pusat, apakah memiliki kendala?

Aturannya kalau di perikanan saya pikir semua mendukung ya, tidak ada yang kemudian jadi menghambat kelihatannya dengan program-program yang bahkan ini langsung turun dari pusat bahkan masyarakat merasa sangat senang dan sangat terbuka, kita juga sering menjalin kerjasama dengan Dinas bagaimana kemudian kita mulai mengembangkan bukan hanya di sektor perikanannya saja tapi juga bisa berkembang menjadi suatu industri perikanan misalkan seperti itu.

Ini lagi sedang kita coba bicarakan minimal mereka bukan nanti hanya soal pemasaran sesama dan online, tetapi bagaimana ini juga bisa seperti ikan kaleng yang memiliki daya tahan lama dan awet, itu yang masih kita dalam tahap diskusi bersama Dinas.

Program BFT sendiri sasaran pemberiannya kemana?

Program budidaya ini memang harus berkelompok persyaratannya terdaftar di Dinas atau khusus Bioflok itu bisa dengan yayasan, misalnya seperti Pondok Pesantren saya juga banyak karena kan mereka memiliki santri yang banyak jadi kalau bisa sekaligus menjadi ajang belajar mereka. Untuk bagaimana nantinya setelah keluar dari pesantren juga punya keahlian sendiri seperti membudidayakan ikan lele.

Tahun ini kita juga memberikan ke Yayasan SMP dan Yayasan difabel kita dorong mereka juga anak-anak SMP dimulai dari sekarang belajar bagaimana budidaya ikan kemudian dari difabel juga kita dorong agar mereka memiliki upaya dan daya untuk melihat nilai ekonomisnya untuk mereka.

Apakah ada pendidikan atau bimbingan kepada kelompok-kelompok ini sebelum diberikan bantuan budidaya ini?

Kita memberikan pendidikan ke mereka kemudian mereka mengembangkan dan kita memberikan misalnya seperti Bimbingan Teknis (Bimtek) bagaimana caranya mengembangkan teknologi Bioflok ini kan suatu yang baru dimana mereka cuma biasanya dengan tradisional buka kolam kasih makan selesai.

Tetapi dengan teknologi yang baru ini mereka harus punya pendidikan sendiri tinggal bagaimana mereka mereka kembali mengajarkan ke teman-temannya di sana dan kita terus dampingi dan jika ada kendala-kendala yang terjadi mereka bisa sharing-sharing dikelompok atau langsung kepada pendampingnya di BPPT, kita terus mendampingi mereka jika ada kendala-kendala bisa akan segera didapatkan solusinya.

Untuk kendala teknis sendiri untuk melatih kelompok-kelompok ini seperti apa?

Kadang karena mereka baru ya jadi mungkin ketidaktahuan terkait soal suhu udaranya. Mereka kan antusiasmenya tinggi tapi terkadang terkendala tidak cocok antara. Misalnya di daerah Sukabumi sama daerah misalnya yang di Temanggung atau di daerah Magelang tinggi itu ternyata suhu udaranya berbeda. itu yang mungkin mereka masih kesulitan, padahal mereka selalu bilang (saya tuh biasa ngurusin ikan red) karena memang mereka bergerak lebih bidang itu.

Tapi ketika ada teknologi bioflok ini satu hal yang baru kadang membuat berkali-kali mereka mati, tapi kita dorong terus kita untuk terus ada seperti di wilayah Tawangan berjalan jadi tahun kemarin selalu berkali-kali dan mengganti Ikan Nila karena lebih cocok.

Jadi itu hal-hal yang kendala-kendala teknis yang di lapangan yang memang kita setiap daerah berbeda-beda dalam pendampingan, dirubah dari ikan lele sebenarnya bisa-bisa saja asalkan kita melakukan pendampingan.

Harapan untuk program BFT ini kedepannya seperti apa?

Ya, harapannya kita bisa  mendorong sektor perikanan di Daerah Pemilihan (DAPIL) terutama dan bisa mengajak anak-anak muda karena sektor perikanan ini juga banyak disukai oleh anak-anak muda sehingga mereka bisa mendorong salah satunya dalam mengkonsumsi ikan, karena tingkat konsumsi ikan masih rendah termasuk program GEMAR IKAN kita dorong agar mereka banyak mengkonsumsi ikan Jawa Tengah tengah khususnya di DAPIL, sekaligus mendukung program nasional dalam penurunan angka stunting.

Hasil dari program ini lebih kepada ikan fresh dalam kondisi hidup karena budidaya ikan, tapi kita juga terus mendorong nantinya langsung dengan pengolahannya. Misalnya, bagaimana mereka mengolah ikannya, packegingnya karena mengkonsumsi ikan tidak mesti dalam bentuk fresh. 

Jadi kita berharap melalui program ini tingkat konsumsi ikan di Jawa Tengah khusunya di wilayah Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo serta Kabupaten Purworejo, karena Jawa Tengah tingkat konsumsi ikan masih rendah jauh dari Maluku. Kita masih 39 ya presentasinya, jadi kita mendorong itu.

Melalui program ini kita juga bisa membangun UMKM dengan salah satunya kita memberikan peralatan pengolahan ikannya. Jadi mereka kita berikan pelatihan juga salah satu juga sudah ada UMKM yang menjdi binaan kita ya di daerah kota Magelang, di Kabupaten Purworejo mereka sudah menghasilkan produk salah satunya misalnya sambal yang merupakan produk olahan ikan.

Quote