Ikuti Kami

Membangun Kesadaran Gotong Royong Atasi Masalah Stunting

Berbagai kebijakan diambil temasuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Membangun Kesadaran Gotong Royong Atasi Masalah Stunting
Wawancara langsung jurnalis Gesuri.id, Haerandi, dengan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Rabu (18/5). (istimewa) 

Jakarta, Gesuri.id - Persoalan stunting mendapat perhatian khusus oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan ia menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% pada 2024 mendatang.

Berbagai kebijakan diambil temasuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, guna menurunkan angka stunting setiap tahun di Indonesia.

Lantas bagaimana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mewujudkan target tersebut, langkah-langkah apa saja yang diambil berikut petikan wawancara langsung jurnalis Gesuri.id Haerandi dengan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Rabu (18/5). 

1. Apa saja program-program strategis BKKBN?

Secara visi BKKBN memiliki 2 program yaitu menjaga penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, yang kedua adalah keluarga seimbang jadi tugas BKKBN. Secara visi adalah dua itu.  

Namun kemudian untuk tumbuh seimbang memiliki kaitan yang banyak misalkan ada namanya keluarga berencana, kontrasepsi kemudian ada indikatornya total fertility rate yaitu angka kelahiran pada wanita subur. Hal seperti itu perlu diukur setiap saat. Bagaimana kepesertaan KB (Keluarga Berencana)-nya. Inilah indikator-indikator menjaga penduduk tumbuh seimbang.

Jangan sampai juga penduduk itu makin berkurang akhirnya zero growth. Masalah kependudukan ini juga jangan sampai ada ledakan penduduk sehingga membuat beratnya agenda pembangunan yang menimbulkan banyak pengangguran dan yang produktif sedikit. Hal-hal seperti itu yang membuat kemudian kita harus mengawal bonus demografi. Sehingga bonus demografi ini harus betul-betul dimanfaatkan agar SDM unggul, yang kemudian berpengaruh pada kualitas keluarga. 

Salah satu program nasional ini berkaitan dengan penurunan angka stunting, kualitas tidak bagus sementara kita jumlah penduduk banyak. Seban yang stunting meskipun tidak bekerja tapi pasti makan sehingga inilah yang dikatakan menjadi beban, tidak menjadi modal pembangunan. 

Saat ini kualitas itu harus dikedepankan karena setelah BKKBN sukses menurunkan jumlah anak selanjutnya harus sukses dalam kualitas. 

2. Pencapaian program hingga saat ini seperti apa?

Jika indikatornya terkait tumbuh seimbang, ada yang namanya total fertility rate yaitu angka kelahiran pada wanita subur, dimana targetnya pada tahun 2024 adalah 2,1 artinya setiap perempuan rata-rata melahirkan anak 2,1. Misalnya ada 10 perempuan harapan saya yang 10 kali 2,1 itu jadi, jika yang sembilan memiliki 2 anak kemudian yang 1 anaknya 3 itu sudah bagus untuk cadangan, idealnya seperti itu. Saat ini sudah tercapai 2,2. Targetnya memang 2,1 di tahun 2024 ini. 

3. Kendala-kendala dalam merealisasikan program apa saja?

Secara umum tidak ada kendala yang berarti khusus masalah fertility rate ini, namun secara daerah masih ada daerah-daerah yang ekstrem karena dogmatis misalnya masih ada yang berkeyakinan bahwa banyak anak banyak rejeki, KB sulit. Di beberapa kabupaten yang ada di pulau Madura, NTT, Sulawesi Barat, dan daerah-daerah yang terletek di pinggir masih menjadi tantangan.

4. Dua tahun akhir periode, program yang sedang berjalan seperti apa?

Pertama adalah me-rebranding logo BKKBN ini lebih ke anak muda atau kekinian dimana logo yang lama dulu lebih menggambarkan 2 anak cukup dengan penggambaran orang tua menggandeng 2 anak itu menurut saya terlalu complicated. Sementara anak muda saat ini lebih tertarik dan senang dengan logo yang simple tapi maknanya dalam. Anak muda saat ini juga tidak ingin didikte misalnya harus 2 anak saja. 

Kita juga melakukan transformasi dimana BKKBN ini harus menjadi sahabat remaja dan juga harus memiliki sahabat remaja karena BKKBN harus menggerakkan teman sebaya dimana kunci suksesnya di situ remaja dengan remaja. Misalya tidak menikah usia dini, tidak putus sekolah, kemudian dia kerja dan hamil terus-terusan, tidak terlalu dini tidak terlalu tua, di situlah baru kita memiliki optimisme karena kuncinya ada di generasi muda. Jadi sahabat remaja kemudian ada orang yang harus menyampaikan dengan sebaya. Genre inilah yang kami buat setiap desa punya satu perempuan dan satu laki-laki.

Selain itu kami juga memiliki program utama adalah penurunan angka stunting, dimana program ini merupakan program yang sangat besar. Oleh karena itu ada perpres, dibentuk tim percepatan penurunan stunting dan membentuk satgas khusus stunting kurang lebih 500 orang setiap kabupaten/kota yang diberikan gaji, kurang lebih empat juta setiap bulannnya. Kita juga membentuk tim pendamping keluarga yang berjumlah 600 ribu seluruh Indonesia. 

5. Apa program yang belum berjalan?

Adapun program yang masih perlu mendapatkan dorongan yang kuat khususnya stunting ini adalah menggerakkan masyarakat untuk makan dengan gizi seimbang, produk lokal yang sampai saat ini menurut saya sangat sedikit yang jalan, makanya saya mengharapkan kita tidak membagikan makan pabrik untuk kemudian desa-desa itu bisa masak sendri gotong royong dapur umum untuk stunting dan memasak produk lokal, karena sumbernya itu penanganan stunting cukup dengan produk lokal.

6. Terkait penanganan stunting, langkah-langkah strategisnya seperti apa?

Kita ini membentuk namanya Rencana Aksi Nasional (RAN) salah satunya adalah melakukan frame terhadap birokrasi misalnya dengan merekrut 500 orang untuk satgas stunting menjadi framenya birokrasi, kalau birokrasinya lelet akan dipecut terus untuk jalan harus bergerak. Kemudian di bawahnya lagi punya deadline namanya tim pendamping, keluarga yang melekat pada keluarga. 

Saya merasa sedikit percaya diri karena punya pasukan satgas yang di bawahnya ada tim pendamping keluarga, kemudian mereka ini satgas mendapatkan gaji dan pendamping keluarga yang sifatnya volunter atau relawan. Memang mereka ini sibuk di desa yang diberikan 100ribu perbulan, namun biaya ini juga cukup besar karena terdiri dari 600ribu orang. Itu juga merupakan anggaran yang cukup besar yang harus dikeluarkan agar program ini terkawal hingga ke desa-desa.

Kemudian ada sistem elektronik yang berfungsi merekap, misalnya ada yang ingin menikah mesti mengisi data-data seperti hemoglobin, lingkar lengan, berat badannya berapa dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi indikator ideal tidaknya pasangan yang akan menikah sehingga saat ini saya mampu mendapatkan laporan setiap hari secara update. Sehingga kami mampu memonitor jumlah persentase penduduk di suatu desa, baik dari segi umur yang terlalu muda atau terlalu tua untuk menikah, disamping langkah-langkah lain yang harus kita lakukan.

7. Target penurunan stunting yang ditetapkan berapa persen?

Target yang diberikan oleh pemerintah adalah 14% hingga tahun 2024 selama pandemi yang kurang lebih berlangsung selama 2 tahun ini. Pencapaian kita 3,4%, jadi dulu sebelum pandemi angka stunting pada tahun 2019 itu sebesar 27,67% sementara saat ini 24,24% sehingga turunnya 3,3%. Kita ditargetkan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2022 ini harus turun 3% sehingga hasil survei akhir tahun ini harus mencapai target. Kami harus optimistis untuk mencapai itu karena di masa pandemi kami berhasil menurunkan 1,65%, jadi apabila tidak pandemi muda-mudahan bisa dua  kali lipatnya.

8. Daerah-daerah mana saja angka stunting tertinggi & terendah?

Tertinggi stunting itu di wilayah NTT kemudian Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara juga termasuk tinggi, Aceh, NTB termasuk Sulawesi Selatan masih agak masih tinggi dan Kalimantan Barat.

9. Apa penyebab daerah-daerah tersebut memiliki angka stunting tertinggi?

Penyebabnya, pertama, rata rata di daerah NTT misalnya fasilitas air bersih kurang, jamban, rumah yang kurang sehat dan kumuh sehingga menyebabkan terjangkit penyakit diare sangat mudah dan juga TBC. Kedua, makanan yang kurang seimbang dimana ada daerah-daerah tertentu yang makanannya hanya singkong lauk seadanya yang seharusnya misalnya telur, ikan dan sebagainya. Memang terdapat daerah-daerah tertentu yang tidak mengutamakan protein hewani. Serta pola asuh yang kurang baik misalnya orang tua memberikan ancaman kepada anaknya untuk memaksa makan dan lain-lain yang menyebabkan anak mengalami stres karena tertekan yang akhirnya anak tidak bahagia dan makannya tidak bisa banyak.

10. Apa saja kendala dalam penurunan angka stunting?

Pola pikir orang zaman ini lebih memilih makanan praktis dikarenakan penyajian yang lebih mudah dan cepat inilah yang menjadi tantangan nyata di depan mata. Jadi jika kita ingin mangajak masyarakat banyak untuk tekun memanfaatkan lahan pangan agar menjadi produsen dan itu yang sulit. 

11. Bagaimana evaluasi program penangan stunting?

Menurut saya yang perlu dievaluasi adalah capaian program itu harus betul-betul dicek antara treatment dan output. Misalkan di suatu wilayah melakukan apa hasilnya bagaimana, apakah di suatu wilayah tersebut yang sudah dilakukan, itu tepat atau tidak. Karena sebabnya tidak hanya persoalan makanan tapi juga ada penyebab lainnya.

Quote