Ikuti Kami

Bang Dhin Ajak Masyarakat Cegah "Stunting"

Kalsel yang kini berpenduduk lebih empat juta jiwa tersebar pada 13 kabupaten/kota angka stuting masih tinggi.

Bang Dhin Ajak Masyarakat Cegah
Wakil Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Muhammad Syaripuddin atau yang akrab dengan sapaan Bang Dhin. (antara)

Banjarmasin, Gesuri.id - Wakil Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Muhammad Syaripuddin atau yang akrab dengan sapaan Bang Dhin mengajak masyarakat di provinsinya bersama-sama mencegah atau menghindari stunting yaitu kekerdilan tumbuh kembang balita.

Baca Hasto: KPU Harus Betul-Betul Jadi Wasit Dalam Pemilu 2024

"Pasalnya Kalsel yang kini berpenduduk lebih empat juta jiwa tersebar pada 13 kabupaten/kota angka stuting masih tingggi," ujar politikus muda yang cukup energik dan visioner itu melalui WA-nya, Selasa (14/6) malam.

Dengan mengutip data kesehatan, Bang Dhin mengatakan stunting tersebut pengendaliannya dengan air susu ibu (ASI) eksklusif.

Ia mengungkapkan berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 prevalensi stunting di negaranya saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.

"Sementara Kalsel menempati urutan ke-6 kasus stunting tertinggi di Indonesia dengan angka 30 poin," kutipnya.

"Enam kabupaten dengan angka stunting lebih tinggi dari rata–rata provinsi, yaitu Kabupaten Tanah Laut (Tala), Balangan, Barito Kuala (Batola), Tapin dan Kabupaten Banjar," lanjutnya.

Mantan anggota DPRD Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel itu menyatakan prihatin dengan keadaan stunting di provinsinya.

"Keprihatinan tersebut semakin besar karena belum kuatnya persamaan persepsi terkait penanggulangan stunting di Kalsel," ujarnya.

Pemerintah Kalsel berencana memberikan susu formula sebagai tambahan asupan gizi.

"Saya berharap itu harus tepat sasaran, umur berapa yang dikasih? harus diawasi benar-benar. Libatkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)," sarannya.

Menurut pakar gizi dan nutrisi, Prof Soekirman SKM, MPS-ID, Ph.D, pemberian susu formula pada anak-anak bukanlah solusi tepat mengatasi stunting yang tengah menjerat Indonesia terhadap pertumbuhan baik dan sehat bagi generasinya. 

"Pemberian susu formula bahkan menjadi salah satu penghambat masyarakat memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya. Padahal ASI adalah nutrisi terbaik yang sangat dibutuhkan oleh anak" ujarnya mengutip pakar gizi dan nutrisi itu.

"Saya lebih ke arah bagaimana menggalakkan pemberian ASI ekslusif untuk bayi, selain murah meriah ASI adalah nutrisi paling hebat ciptaan Allah. Jangan dikira yang kena stunting itu adalah orang dari ekonomi miskin saja," tegasnya.

Menurut dia, orang yang berkecukupanpun anaknya bisa kena stunting. Kenapa? ini berkaitan dengan pola asuh dan budaya memberi ASI.

Ia menambahkan, jika dikaitkan dengan rekomendasi WHO dan UNICEF, bahwa pemberian ASI eksklusif harus dilakukan sampai bayi berumur enam bulan. ASI ekslusif artinya bayi tidak mendapat asupan lain kecuali ASI.

Masih menurut WHO, lanjutnya, risiko stunting GT dapat meningkat jika bayi menerima makanan pendamping ASI, atau melepas ASI eksklusif terlalu dini. 

Baca Reshuffle Menguat, Akankah Olly Dondokambey Masuk Kabinet?

Oleh sebab itu, kutipnya lagi, saat bayi mulai dikenalkan dengan makanan sebelum usia enam bulan akan membuat bayi lebih tertarik dengan makanan tersebut dibandingkan ASI.  
Akibatnya, bayi kehilangan nutrisi penting yang terdapat pada ASI sehingga pertumbuhannya jadi terhambat.

"Bagaimana caranya agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan? Inilah gunanya posyandu yang sudah ada sejak 70 tahunan lalu. Aktifkan kembali Posyandu-Posyandu yang mati suri. Atau kalau cakupannya terlalu luas bisa dilakukan pengkaderan," demikian ungkap Bang Dhin.

 

Kurator: Syahrul

Quote