Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI Darmadi Durianto, mendorong Perum Perhutani memaksimalkan pengelolaan hutan eko wisata sebagai sektor pendukung laba perusahaan.
Sejatinya Perhutani mengelola 116 hutan eko wisata. Hanya saja, keuntungan yang diterima dari pengelolaan hutan eko wisata ini belum terlalu optimal.
Darmadi menjelaskan, pendapatan perusahaan dari pengelolaan hutan eko wisata ini belum memuaskan. Jika pada tahun 2022, pendapatan yang diperoleh dari bisnis pengelolaan eko wisata ini sebesar Rp 347 miliar. Namun turun signifikan di 2023 sebesar Rp 190 miliar.
“Cuma tahun 2024 ini saya nggak tahu pendapatannya. Tapi ini menunjukkan kemungkinan ekowisata tidak maksimal pengelolaannya,” kata Darmadi di Jakarta, Minggu (4/5).
Darmadi menilai, hal ini cukup disayangkan. Apalagi dua tahun lalu, Perhutani berencana agar pengelolaan hutan eko wisata ini dapat menjadi salah satu sumber pendapatan besar dari perusahaan.
“Tapi kelihatannya ini nggak jalan-jalan atau bagaimana? Malah 2023 turun signifikan,” bilangnya.
Karena itu, dia berharap Perum Perhutani dapat menyerahkan laporan keuangan ke 116 objek wisata tersebut kepada Komisi VI DPR.
Laporan tersebut diperlukan sebagai bahan analisis DPR untuk meneliti seperti apa pengelolaan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan seluruh hutan eko wisata sebagai pengungkit pendapatan perusahaan.
“Kami bisa memetakan, karena ini mestinya menjadi sumber pendapatan. Kami mau serius kan di sana supaya tambahnya kalau bisa Rp 1 triliun gitu,” dorong Darmadi.
Darmadi mencatat, nilai wajar aset pada tahun 2022 sebesar Rp 4,8 triliun, tapi tahun 2023 turun menjadi Rp 4,77 triliun. Tahun 2024 menjadi Rp 4,56 triliun. Di sisi lain, utang Perhutani terus bertambah.
“Tahun 2023 saja bertambah Rp 500 miliar dari Rp 5,4 triliun menjadi 5,82 triliun utang total,” bilangnya.
Karena itu, Darmadi mendukung setiap upaya Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengambil langkah-langkah strategis mendongkrak kinerja perusahaan.
“Saya itu ingin Pak Wahyu ini prestasinya naik terus gitu loh. Supaya bisa naik kelas gitu ya,” ujarnya.
Dia juga menyoroti laba Perhutani yang mengalami stagnan di bawah Rp 500 miliar. Jika pada tahun 2022, Laba Perhutani sebesar Rp 480 miliar, tahun 2023 turun menjadi Rp 323 miliar. Begitu juga tahun 2024 menjadi Rp 301 miliar.
“Turun terus ini, stagnan. Utang jangka pendek naik dari Rp 69 miliar ke Rp 110 miliar (tahun 2022). Akhirnya beban keuangan jadi naik, Rp 24,2 miliar ke Rp 51,9 miliar tahun 2023,” ungkapnya.
Karena itu, dia berharap ada terobosan dari Direksi Perum Perhutani untuk mendongkrak kinerja perusahaan. Dia tidak ingin utang perusahaan terus naik, sementara laba yang diperoleh tidak maksimal.
“Bagaimana Direksi Perhutani mengatasi ini. Karena ini kan suatu yang bertentangan. Pendapatannya turun, utangnya naik, yang lainnya stagnan. Itu dari sisi keuangan saya melihatnya,” tambahnya.
Dirut Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan, beberapa kawasan eko wisata milik Perhutani dilepas ke anak perusahaan. Jadi, walau kelihatan pendapatan perusahaan induk turun, sebenarnya pendapatan anak perusahaan meningkat.
Wahyu menjelaskan, khusus untuk pengelolaan hutan eko wisata ini, pembukuannya dibagi dua. Yang pertama eko wisata yang dikelola Perum Perhutani sebagai perusahaan induk dan yang dikelola oleh anak perusahaan.
“Kemudian, 116 tadi, 190 itu wisata yang kami spin off ke anak perusahaan, yaitu Perhutani alam wisata. Jadi kami sampaikan, khusus untuk ekonik yaitu anak perusahaan kami yang mengelola wisata itu revenue naik sangat drastis,” ungkapnya.