Ikuti Kami

Gus Falah Minta Shell Hormati Upaya Indonesia Wujudkan Ketahanan Energi

Hal itu terkait proses pelepasan hak partisipasi sebesar 35% di Blok Masela ke Pertamina yang masih belum tuntas hingga kini.

 Gus Falah Minta Shell Hormati Upaya Indonesia Wujudkan Ketahanan Energi
Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru (Gus Falah).

Jakarta, Gesuri.id – Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) mendukung pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bahwa Shell berpotensi mengganggu ketahanan energi nasional.

Hal itu terkait proses pelepasan hak partisipasi atau participating interest (PI) sebesar 35% di Blok Masela ke Pertamina yang masih belum tuntas hingga sekarang. 

Baca: Gus Falah Dukung Pemerintah Setop Ekspor Mineral Mentah

Gus Falah menyatakan, Shell seharusnya menghormati upaya bangsa Indonesia untuk mewujudkan ketahanan energi. 

"Mereka (Shell) khan sudah ratusan tahun berinvestasi di nusantara, seharusnya mereka nggak pasang harga yang terlalu tinggi untuk lepaskan saham ke Pertamina sebagai representasi Indonesia," tegas Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/6/2023). 

Politisi PDI Perjuangan itu melanjutkan, harga pengalihan hak partisipasi 35% Blok Masela ke Pertamina yang dipatok Shell, yakni sebesar US$ 1,4 miliar atau Rp 20,95 triliun memang terlalu tinggi.

Gus Falah mengingatkan, Shell memperoleh hak partisipasi 35% di Blok Masela senilai US$ 700 juta. Oleh karena itu, tak sewajarnya apabila Shell memasang harga tinggi.

Baca: Gus Falah Dukung Kementerian ESDM Revisi Aturan Gross Split

Gus Falah menegaskan, bangsa Indonesia sudah memiliki harapan pada blok Masela, sejak cadangan di blok ini sudah diketahui pada tahun 2000. Tapi justru produksi diperkirakan 'molor' dari target semula tahun 2027, menjadi 2029 karena mundurnya Shell. 

"Dan apabila pelepasan hak partisipasi ke Pertamina ini terus macet, entah harus molor berapa tahun lagi produksi di Masela ini. Jadi seharusnya Shell bersikap wajar, jangan pancing kemarahan bangsa Indonesia," tegas Gus Falah. 
 

Quote