Ikuti Kami

Rokhmin Nilai Pengusaha Miliki Peran Penting Atasi Corona

Rokhmin mengemukakan variabel pertumbuhan ekonomi adalah investasi, ekspor-impor, dan konsumsi.

Rokhmin Nilai Pengusaha Miliki Peran Penting Atasi Corona
Dewan Penasihat Himpunan Mahasiswa Pengusaha Muda Indonesia (Himapindo) Rokhmin Dahuri.

Jakarta, Gesuri.id - Dewan Penasihat Himpunan Mahasiswa Pengusaha Muda Indonesia (Himapindo) Rokhmin Dahuri menilai pengusaha memegang peranan krusial dan strategis di tengah pandemi COVID-19.

"Betapa krusial dan strategisnya entrepreneur dalam membangun sebuah bangsa di masa COVID-19 ini," ujar Rokhmin Dahuri dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (21/5).

Ia mengemukakan variabel pertumbuhan ekonomi adalah investasi, ekspor-impor, dan konsumsi. Syarat suatu negara bisa maju adalah investasi harus lebih besar kontribusinya dari ekspor-impor dan konsumsi.

Baca: PAC PDI Perjuangan Waru Bagikan Sembako di 17 Desa

"Sayangnya, dalam 5-10 tahun terakhir ini kita terbalik, konsumsinya masih lebih besar dari investasi dan ekspor-impor," ucapnya.

Menurut dia, untuk mendorong investasi lebih besar dari ekspor-impor dan konsumsi, dapat dilakukan oleh pengusaha. Maka itu, pemerintah diharapkan terus berupaya menciptakan pengusaha-pengusaha.

Saat ini, ia menyampaikan, jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar tiga persen atau sekitar 8,1 juta orang dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara salah satu syarat negara itu bisa maju dan makmur jika jumlah pengusahanya  mencapai minimal tujuh persen dari jumlah penduduk suatu negara.

"Pemerintah yang sukses adalah pemerintah yang bisa mendorong rakyatnya berwirausaha, berbisnis dan membangun industri. Kalau ada anak bangsa yang memiliki minat dan menunjukkan diri jadi entrepreneur buat saya itu pahlawan," ujar Rokhmin yang juga pernah menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri itu.

Indikator lain negara maju, katanya yakni berdikari terhadap teknologi. Saat ini, Indonesia masih dalam tahap teknologi adaptor.

"Teknologi adaptor, artinya 70 persen teknologi diproduksi dari impor. Pekerjaan rumah Indonesia untuk teknologi masih cukup mendaki," ucapnya.

Dari sisi produktivitas, ia mengatakan, Indonesia juga masih kalah dari negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

"Ini menjadi pelajaran bagi generasi muda, mungkin kurang skill dan kreatif sehingga produktivitas kita relatif rendah. Demikian pula di bidang inovasi, juga kita relatif masih rendah dibandingkan negara tetangga," ucapnya.

Baca: Ekonomi Nasional Saat Krisis: Mandek, Bangkrut atau Bangkit?

Ia mengharapkan generasi muda Indonesia memiliki semangat menjadi pengusaha karena dampaknya cukup besar bagi perekonomian nasional.

Menurut dia, entrepreneur memiliki kontribusi sekitar 80 persen terhadap pergerakan ekonomi nasional, sisanya dikontribusi oleh pemerintah melalui APBN.

"Di seluruh dunia yang namanya state budget atau APBN itu minimum 20 persen dari ekonomi negara itu atau PDB. APBN kita pada 2020 sebesar Rp2.600 triliun kalau tidak ada COVID-19, sementara PDB kita sekitar Rp19.000 triliun, artinya pergerakan ekonomi negara digerakkan oleh pemerintah rata-rata sekitar 20 persen," papar politisi PDI Perjuangan ini.

Quote