Jakarta, Gesuri.id - Pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD berkomitmen mempercepat pembangunan ekonomi berdikari berbasis pengetahuan dan nilai tambah. Komitmen itu dituang Ganjar-Mahfud dalam visi misi dengan tema besar 'Menuju Indonesia Unggul Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari'.
Dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia, Ganjar-Mahfud ingin mengupayakan agar Indonesia menjadi pusat industri halal global. Sehingga, menjadikan Indonesia sebagai pariwisata dan kuliner halal global.
"Optimalisasi pasar halal nasional yang terintegrasi dan berstandar internasional sekaligus mendorong ekspor produk halal dengan melibatkan UMKM dalam rantai pasok industri halal," bunyi visi misi Ganjar-Mahfud poin 3.
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengapresiasi komitmen politik Ganjar-Mahfud. Dia menekankan komitmen tersebut harus terealisasi.
"Sebagai sebuah komitmen politik layak diparesiasi. Tentunya ketika komitmen itu disampaikan terbuka ke publik pastinya siap diimplementasikan," kata Adi kepada JawaPoscom, Senin (7/11).
Menurut Adi, perlu aturan khusus dalam mengawal setiap program yang dicanangkan Ganjar-Mahfud. Terlebih, Ganjar-Mahfud juga mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah, serta penguatan sistem pelayanan jasa keuangan syariah, termasuk digitalisasi maupun dukungan untuk ekspansi dan keamanan industri keuangan syariah.
"Tinggal nanti dikawal, andai Ganjar-Mahfud terpilih menang pilpres janji dan komitmen politik semacam ini harus diwujudkan karena ini bagus buat bangsa," tegas Adi.
Sementara itu, Ganjar Pranowo pernah menceritakan pengalaman menerapkan ekonomi hijau atau berkelanjutan saat menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah. Hal itu disampaikan Ganjar Pranowo saat acara deklarasi Ganjar-Mahfud Untuk Indonesia, pada Rabu (18/10) malam.
Dia mengatakan, bicara ekonomi hijau maka ekonomi bersih. Demikian juga saat bicara energi, sehingga transisi energi bersih. Ganjar menceritakan pengalaman terkait transisi energi ketika menjabat gubernur Jawa Tengah.
"Kami mendorong desa-desa mandiri energi. Caranya tak terlalu sulit, ada waste energi yang kita fasilitasi, kita damping, latih mereka agar menggali potensi lokal,” ungkap Ganjar.
Ganjar mendorong instansi pemerintah agar pelan-pelan mulai memakai solar panel. Tak hanya itu, pihaknya juga melihat potensi energi lokal yang menjadi salah satu sumber energi alternatif, salah satunya gas rawa. Timbunan gas rawa tersebut dikelola dan disalurkan ke desa-desa di Sragen, Banjarnegara, Karanganyar.
"Pernah dengar gas rawa?Gas rawa, tumpukan sampah yang mungkin jutaan tahun. Maka orang desa ngebor tiba-tiba keluar air tapi bisa nyala, kemudian masyarakat bilang sakti benar, air bisa nyala, itu ada timbunan gas,” ujar Ganjar.
Pihaknya juga mengelola sumber daya air sebagai sumber energi alternatif bahkan menghasilkan uang. "Air yang kita miliki banyak sekali dari gunung mengalir begitu saja. Insinyur bisa “jebak” air, bisa terjun dengan rekayasa kecil sehingga bisa terjun jadi energi,” kata Ganjar.
Ganjar menceritakan, kalau sejumlah pondok pesantren mengelola hal itu menjadi pembangkit listrik tenaga hidro dan hasilkan uang. Ganjar menuturkan, pembangkit listrik tersebut tidak hanya menghasilkan uang tetapi energi ramah lingkungan sehingga ekonomi sirkular dapat berjalan.
“Banyak pengalaman, kami dorong kompetisi itu stimulan agar bisa berinovasi. Desa mau dan mempraktikkan baik, yang jadi cerita Kabupaten Banyumas mencoba nol kan sebuah proses pengolahan sampah yang selesai di lingkungannya. Mereka buat aplikasi, cara mengolah, masing-masing terpisah. Ada di re-use, recyle, ada dimanfaatkan di tempat lain. Bupatinya pergi ke PBB, Jepang dapatkan banyak grand karena cerita sukses ini," pungkas Ganjar.