Ikuti Kami

Anton Sampaikan Amanat Galunggung

Hal itu disampaikan Anton saat melantik para panglima Baranusa Kabupaten dan kota se Jawa Barat.

Anton Sampaikan Amanat Galunggung
Majelis Dewan Pembina Baranusa (Barisan Raja Nusantara) Pajajaran Jawa Barat, Anton Charliyan.

Cirebon, Gesuri.id - Majelis Dewan Pembina Baranusa (Barisan Raja Nusantara) Pajajaran Jawa Barat, Anton Charliyan menghadiri prosesi pelantikan para panglima Baranusa Kabupaten dan kota se Jawa Barat di Keraton Kanoman Cirebon, baru-baru ini.

Dalam kesempatan itu, Anton Charliyan memberikan pesan atau amanat  khusus, yang dikutip dari Naskah Lontar Amanat Galunggung dan Prasasti Kawali Astana Gede Ciamis.

Salah satu pesan tersebut adalah agar para Panglima Kabupaten dan Kota dalam melaksanakan kepemimpinannya wajib melaksanakan  beberapa hal.

"Hal pertama yang harus dilaksanakan, sesuai Amanat Galunggung adalah 'Jaga ieu Kabuyutan ulah tepi ka dikuasai ku Asing. Lamun Rajaputra teu bisa ngajaga ieu Kabuyutan, rajaputra leuwih hina ti Batan Lasun/ Bangke Nu aya di Jariyan'," ujar Anton.

Baca: Puan Minta Dukungan Promosi Pariwisata RI

Amanat itu memiliki arti sebagai berikut.

"Jaga ini Kabuyutan, tempat suci, Tanah air, jangan sampai dikuasai orang Asing. Jika kita putra putri sebagai pewarisnya tidak bisa menjaga dan mempertahankannya , kita lebih hina derajatnya dari seekor bangkai yang ada di tempat sampah".

Anton melanjutkan, dari amanat itu tersirat bahwa dari Naskah Sunda lah  salah satu konsepsi Nasionalisme dan Cinta Tanah Air muncul. 

"Sehingga dengan demikian berbicara tentang Nasionalisme dan Cinta Tanah Air, manusia Sunda harus berada di barisan yang paling depan. Apabila ada manusia Sunda yang punya ideologi lain , dan ingin keluar dari bingkai NKRI , Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika,  itu artinya dia pengkhianat dan bukan sebagai  manusia Sunda lagi," ujar Anton, yang juga Ketua Forum Silaturahmi  Sunda Sadunya ini. 

Amanat kedua, sambung Anton, adalah harus hormat kepada orang tua, dan orang yang dituakan terutama kepada para pemimpin dan teramat khusus kepada para leluhur dan para pendahulu kita. Sebab mereka sudah mampu membangun peradaban Sunda Nusantara yang sangat luhur ini.

Anton menegaskan, ciri-ciri budaya yang peradabannya tinggi adalah  mampu menghormati para leluhur nya . 

Anton pun mengutip amanat Galunggung, bahwa tidak akan ada hari ini tanpa ada dahulu, makanya para anak cucu harus ingat kepada para pendahulu dan leluhur kita.

"Karena tidak akan ada cabang tanpa pohon. Tidak akan ada ranting tanpa cabangnya, untuk itu kita wajib hormat dan taat kepada kedua orang tua, yang lebih tua dan yang dituakan, serta para pimpinan kita di tingkat manapun, sebagai perwujudan hormat pada leluhur," ujar Anton. 

Kemudian amanat ketiga, adalah menjaga kesempurnaan agama, tapi tetap harus menghormati dan melestarikan budaya adat tradisi ajaran leluhur.

Anton menyatakan, agama dan budaya harus seimbang saling mengisi dan saling hormati  satu sama lain. Agama dan budaya leluhur tidak boleh saling bertentangan.

"Jadi dalam menjalankan syariat agama, agama apapun harus selaras, bergandeng tangan dengan budaya, tidak boleh saling bertentangan satu sama lain," ujar mantan Kapolda Jabar itu.

Lalu amanat keempat adalah membangun kekuatan dengan kedamaian, serta membangun kekuatan dengan kerendahan hati. 

Anton pun mengutip isi Prasasti Kawali, bahwa jika ingin jaya didunia harus membangun kekuatan dengan kedamaian, serta membangun kekuatan dengan kerendahan hati. Tidak diperbolehkan untuk serakah karena akan celaka, dan dilarang keras untuk sombong karena akan tersingkir.

"Syarat mutlak agar suatu bangsa maupun Negara kuat, adalah harus mampu menciptakan dulu suasana damai. Kalau  suasana sudah damai, aman dan tentram, baru negara tersebut bisa melaksanakan program-program pembangunannya," papar Anton. 

"Karena tidak mugkin pembangunan dilaksanakan dalam suasana rusuh. Sehingga dengan demikian manusia Sunda adalah manusia-manusia yang Cinta Damai dalam menciptakan masyarakat yang rahmatan lil Alamin, silih asih, silih asah dan silih asuh," tambah mantan Kadiv Humas Polri itu.

Kemudian, sambung Anton, membangun kekuatan dengan kerendahan hati. Dalam arti seseorang bisa kuat dan hebat bukan karena keunggulan fisik atau kekuatan materinya, tapi justru bisa menjadi kuat dan hebat itu karena akhlak dan perilaku nya  yang  rendah hati, ramah, santun, respek , tahu diri, dan tidak arogan dalam bersikap maupun bicara.

"Itulah ciri wanci manusia Sunda sehingga bisa diterima dimana-mana karena kesantunan, keramahan dan kerendahan hatinya. Maka kenapa orang-orang Sunda senantiasa pakai Iket Kepala, adalah untuk sebagai pengingat agar kepalanya tidak menjadi 'besar' dan lupa diri. Jadi apabila ada manusia Sunda yang suka petantang petenteng adigung adiguna, itu sejatinya bukan orang Sunda," ujar Anton. 

Amanat selanjutnya, ujar Anton, adalah menjadi Pertapa yang utama. Yang dimaksud pertapa yang utama itu bukanlah tapa berpuasa  mengurung diri didalam Goa, tapi seorang manusia yang paling banyak neninggalkan  karya nyata  bagi masyarakat, bangsa, agama maupun budaya.

Baca: Anton : Sunda Wiwitan Agama Samawi, Bukan Animisme!

Maka, ungkap Anton, prasasti-prasasti Sunda sering ditandai dengan lambang telapak kaki. Hal itu menandakan bahwa yang paling banyak 'tatapakannya', adalah yang paling banyak amal atau karyanya. 

Anton melanjutkan,  masyarakat Sunda sejak dahulu percaya bahwa Galunggung adalah salah satu Pusat Spiritual Nusantara. Hal itu berarti  setiap raja, ratu , rama, resi, atau para pemimpin Sunda lainnya  bila mau sukses sebagai pemimpin harus mendapat restu dari Galunggung.

"Setelah dapat restu dari Galunggung, baik lahir maupun batin, baru lah  'gerbang' akan terbuka sebagai dasar, bekal, semangat baru untuk menuju  kesuksesan, keberhasilan dan kejayaan," papar Anton 

"Hanya dengan keberhasilan lah yang akan mampu mengangkat bangsa dan negara, dan hal tersebut baru bisa tercapai apabila Rajanya punya bekal kekuatan lahir maupun batin yang matang, mumpuni, adil dan bijaksana  sehingga bangsa dan negara namanya pasti akan harum mewangi ke seluruh pelosok negeri bagaikan wanginya bunga melati. Itulah salah satu filosofi Siliwangi, uga dari Galunggung" tambah mantan Kapolwil Priangan itu.

Quote