Ikuti Kami

Adu Jempol di Era Disruptif Media

Ganjar menjadikan akun tersebut sebagai tempat bagi warga Jateng untuk menyalurkan suara, aspirasi, keluhan mapun kritikan secara langsung

Adu Jempol di Era Disruptif Media
Cagub Jateng Ganjar Pranowo selalu menyempatkan diri untuk memosting kegiatannya ke media sosial

DUNIA sudah berubah. Tak ada lagi sekat ataupun batas yang memisahkan. Semua bisa didapat dengan mudah dan terasa dekat. Hal ini berkat kehadiran media sosial. Siapapun kini bisa memproduksi berbagai pesan komunikasi dengan mudah dan cepat serta dalam sekejap terkirim ke berbagai akun pemilik media sosial.

Tal pelak, fenomena media sosial ini ikut melahirkan pula budaya baru di masyarakat kita termasuk para politisi, pejabat hingga pasangan calon kepala daerah yang saat ini sedang berlaga di Pilkada serentak. Ambil contoh yang paling aktual ketika akun twitter Presiden Jokowi mendadak mengirimkan postingan tentang band Korea. Tentu publik dibuat bingung dengan isi postingan tersebut. Dan usut punya usut rupanya admin Jokowi yang lupa melakukan logout akun tersebut sehingga postingan yang bersifat pribadi tersebut terlanjur viral.

Terlepas dari blunder yang dilakukan oleh admin tidak terpuji tersebut, belakangan para paslon kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan juga menjadikan media sosial sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan kaum milenial. Sebut saja akun @ganjarpranowo yang memiliki 1,1 juta pengikut di twitter. Ganjar sudah menggunakan akun twitter sejak menjadi Gubernur Jawa Tengah periode yang lalu.

Ganjar menjadikan akun tersebut sebagai tempat bagi warga Jateng untuk menyalurkan suara, aspirasi, keluhan mapun kritikan kepada dirinya secara langsung. Tak jarang di akun tersebut juga muncul permintaan bantuan dana atau proposal kegiatan. Namun dengan cara yang bijak pula Ganjar berhasil menanggapinya secara baik. Bisa dibilang akun Ganjar ini memiliki tingkat eksposure yang sangat tinggi di Jateng.

Ini bisa dilihat dari jumlah retweet dan coment yang muncul dari beberapa postingan yang dibuat. Ganjar pun berhasil mencitrakan dirinya di media sosial dengan tidak terpancing oleh berbagai isu-isu negatif yang beberapa waktu lalu gencar disuarakan. Dan sekarang Ganjar menjadi pemenang di media sosial.

Dalam mengelola akun twitter tersebut, Ganjar tidak jarang melakukan posting secara langsung terutama terhadap fenoma yang aktual seperti misalnya ekspresi duka cita Ganjar atas tragedi bom bunuh diri di Surabaya. Terlihat beberapa kali Ganjar membuat postingan. Jika tidak sempat, Ganjar mempercayakannya pada seorang admin yang khusus mengelola akun Ganjar tersebut.

Beranjak ke akun @gunturputi yang tidak lain adalah kepunyaan dari Cawagub Jatim Puti Guntur Soekarno. Semenjak menjadi cawagub, akun ini terlihat sangat aktif dalam melakukan berbagai sosialisasi kampanye saat melakukan blusukan ke berbagai tempat di Jawa Timur.

Meski belum seaktif akun Ganjar, namun akun Puti ini secara berkala memberikan update aktivitas Puti Guntur saat bertemu masyarakat pemilih di Jawa Timur. Pun demikian dengan akun instagram @puti_soekarno yang memiliki 53,2K follower yang sangat aktif dalam memberikan update harian. Di akun instagram itu, banyak pula komentar-komentar bermunculan dari para pengikutnya tersebut.

Berikutnya adalah akun Tubagus Hasanuddin, calon gubernur Jabar dengan akun @tbhasanuddin. Akun twitternya masih terbilang kecil bila dilihat dari jumlah followernya yaitu sekitar 2600 pengikut. Tingkat keaktifan akun tersebut baru terlihat manakala Kang Hasan, sapaan akrabnya, banyak melakukan kegiatan blusukan.

Lalu akun @dr_karolin yang tidak lain adalah kepunyaan dari dr Karolin Margret, Calon Gubernur Kalbar yang sama sekali tidak aktif meskipun akun ini sudah dibuat sejak Februari 2016. Sedangkan untuk Cawagub Sumsul Giri Ramanda Kiemas lebih memilih aktif di facebook ketimbang bermain di platform media sosial yang lain. Sedangkan Cagub Sulsel Prof Nurdin Abdullah lebih senang bermain di instagram dengan akun bernama @nurdin.abdullah yang sudah memiliki 44,9 K follower dan akun facebook yang bernama @nurdin.abdullah. Kemudian untuk paslon lain seperti Cagub Bali Wayan Koster, Cawagub Lampung Sutono, masih belum terlalu optimal menggarap akun akun media sosialnya.

Menilik dari preferensi tersebut, terlihat bahwa paslon yang berasal dari Jawa dan Sumatera mulai merasakan manfaatnya bermain di media sosial. Sulawesi Selatan juga baru muncul ke permukaan. Sedangkan wilayah lain seperti Kalimantan, Bali, Maluku dan Papua, tidak terlalu aktif berkampanye dan bersosialisasi di medsos. Beratnya medan seringkali menjadi alasan bahwa mereka kesulitan untuk mendapatkan sinyal wifi.

Sebagai media baru, kemunculan media sosial disatu sisi berhasuk membuat media konvensional menjadi goyang. Atau dalam istilah komunikasinya terjadi pergeseran atau disrupsi. Era ini kemudian melahirkan generasi baru yang disebut dengan generasi milenial karena diidentikan dengan penggunaan media sosial secara massif.

Oleh karena itu, paslon yang berlaga di Pilkada jika ingin meraih simpati generasi milenial tentunya harus aktif bermain media sosial. Hanya saja dalam bermain media sosial, sebaiknya menghindari muatan pesan yang berbau ideologi karena pesan-pesan tersebut justru menjauhkan paslon dari generasi milenial itu sendiri.  

Pakar sekaligus peneliti media, Maria E. Grabe dan Eric P Bucy menyebut media sosial punya andil besar dalam melahirkan pencitraan seorang politisi.  Hal ini dikarenakan netizen cenderung lebih mudah menangkap dan mengingat lebih lama kesan daripada perkataan yang terucap di media konvensional.

Sedangkan pakar komunikasi lainnya Kire Sharlamanov dan Aleksander Jovanoski menyebut bahwa selain sebagai alat pencitraan, media sosial juga menjadi alat komunikasi yang efektif. Apalagi media sosia bisa mempercepat waktu penyampaian pesan kepada netizen. Tentunya, dengan pengertian tersebut, kini para politisi bisa bebas berkampanye kapan saja tidak perlu menunggu acara formal seperti forum-forum seminar atau pidato khusus yang sejenis lainnya. Pun demikian tidak perlu pula menanti muncul di televisi.

Dan yang menjadi kekuatan media sosial tersebut adalah bagaimana jaringan atau networking yang dapat terbentuk didalamnya sehingga melahirkan komunitas yang besar. Nicholas Holt dalam Harvard Business Review, bahkan menulis bahwa para tokoh utama tidak jarang terhubung satu sama lain dalam satu interaksi yang mudah dan cepat. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas share postingan yang memungkinkan jaringan tersebut terhubung satu sama lain. Inilah yang dinamakan dengan enggament

Sehingga saat komunitas itu semakin besar, maka sudah waktunya untuk menunjuk admin pribadi yang dipercaya untuk mengelola semua akun-akun media sosial tersebut. Pasalnya bila dikelola langsung dikuatirkan terjadi blunder seperti yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump yang memilih mengelola sendiri akun-akun media sosialnya tersebut.

Maka tak jarang jika postingan Trump terlihat emosional dan cenderung reaktif terhadap berbagi isu yang muncul. Kondisi ini tentunya memberikan peluang bagi netizen untuk melakukan bullying terhadap Trump dengan berbagai penciptaan meme, dan komentar-komentar yang bernada negatif hingga sarkastik.

Ali Imron H, M I Kom
Dosen Komunikasi Massa

 

Quote