Ikuti Kami

Derap Milenial, Cara KIK Hindari Kampanye Politik Artifisial

Demokrasi bagi PDI Perjuangan dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf adalah kerja politik yang bisa dirayakan dengan suka cita

Derap Milenial, Cara KIK Hindari Kampanye Politik Artifisial
Kegiatan Derap Milenial yang digelar Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf

PARTISIPASI anak muda Indonesia dalam politik begitu rendah. Wajar saja, anak jaman now memandang politik sebagai sesuatu yang picik dan kotor.

Politik bagi anak milenial,  ibarat mereka dipaksa kumpul arisan dengan emak-emak. Seperti remaja disuruh ikut pengajian yang isinya bapak-bapak.

Untuk itu, strategi yang dilakukan partai politik ialah mengemas gerakan politik dengan sebuah kemasan yang menarik. Kekinian dan gaul.

Hari ini, Minggu, (26/8/2018), Tim Kampanye Nasional Jokowi-KH. Ma'ruf Amin menggelar Derap Milenial: Demokrasi Rakyat Para Milenial. 

Kegiatan ini tentu untuk menghadirkan pesta demokrasi 5 tahunan, yang kreatif, inovatif dan menyenangkan. Demokrasi bagi PDI Perjuangan dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-KH. Ma'ruf Amin yang dikelola Koalisi Indonesia Kerja adalah kerja politik yang bisa dirayakan dengan suka cita, happy, dan partisipatif.

Kembali mengutip quote legendaris dari Bung Karno, yang punya makna mendalam: “Beri aku 1.000 orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Seribu orangtua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia."

Quote tersebut selalu digunakan untuk menggambarkan betapa dahsyatnya peran pemuda. Pepatah Arab, "Syubhanul yaum, rijalul ghod". Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan, juga menegasikan keistimewaan peranan pemuda.

Tengok saja tokoh bangsa kita. Bung Karno mendirikan PNI di usia 26 tahun dan Muhammad Hatta mendirikan Perhimpunan Indonesia pada usia 25 tahun.

Begitupun Sutan Syahrir menjadi Perdana Menteri termuda di dunia, merangkap Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri di usia 36 tahun.

Pesan Bung Karno terkait Sumpah Pemuda relevan untuk menjadikan anak muda sebagai  harapan bangsa ini. “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir."

Sepenggalan pesan Bung Karno tersebut tak pernah lekang oleh waktu. Sebagai generasi penerus, kita harus tetap menyalakan suluh perjuangan dan api pergerakan. 

Pergerakan untuk Indonesia Raya, mewujudkan masyarakat adil makmur.

Tercatat banyak negara dapat bangkit dari keterpurukan berkat etos kerja dan semangat pemudanya. Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 agustus 1945 adalah buah dari kerja keras seperti Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh yang berhasil mendesak Soekarno – Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan ditengah keadaan Indonesia saat itu sedang dalam Vacuum of power atau kekosongan kekuasaan. 

Salah satu contoh lain adalah revolusi kuba tahun 1954 hingga 1956, ada 2 tokoh pemuda yang menjadi tokoh utama dan pergerakan revolusi tersebut. Pertama adalah Fidel Castro yang kemudian menjadi presiden setelah revolusi. Kedua adalah Che Guevara, tokoh muda revolusioner yang secara langsung memimpin dan menjadi komandan tentara gerakan revolusi dan pada ahirnya kedua tokoh itupun kemudian menjadi tokoh dunia yang selalu dikenang sejarah.

Karena itu, melihat Maha pentingnya posisi anak muda dalam berbagai peranannya dalam merubah dunia yang penulis uraikan di atas, pesan dari kegiatan Derap Milenial ini patut diapresiasi.

Derap Milenial merupakan produk dari program kampanye yang telah didesain untuk menghadirkan hiburan dan menghilangkan kesan kaku dan 'angker' dari politik itu sendiri.

Target dari Derap Milenial ini jelas untuk menggaet suara kelompok milenial. Mereka para generasi Y tersebut adalah generasi muda yang terlahir antara tahun 1980-an sampai 2000,  di mana dunia modern dan teknologi canggih diperkenalkan publik seperti smartphone dan berbagai platform sosial media. 

Bagi generasi milenial yang gandrung dengan industri hiburan yang terpengaruh oleh Internet, mereka tidak akan tertarik dengan orasi-orasi politik yang berbusa-busa. Bagi mereka, jualan kecap tidak akan laku.  Anak jaman now hanya tertarik pada sosok yang mewakili ekspresi mereka yang apa adanya, otentik, tidak kaku, dan merakyat. Bukan yang artifisial atau dibuat-buat. 

Quote