Ikuti Kami

Islam Menurut Sang Proklamator

Oleh: Bonnie Triyana, Pemimpin Redaksi Majalah Historia

Islam Menurut Sang Proklamator
Bung Karno

Kekuasaan negara tidak bisa dicampur aduk dengan agama, kalau tidak nanti penguasa bisa memiliki tafsir tunggal, jadi bisa memukul siapapun, itu tidak baik, jadi harus dipisah.

Harus kita akui semakin sekuler sebuah negara, semakin berkembang ilmu pengetahuan dan logika serta rasionalitas, maka rakyatnya semakin maju. Semakin negara menyatukan kekuasaan agama dengan politik, maka akan semakin banyak ributnya. Itu yang terjadi di Eropa, Eropa ini kan pengalaman agamanya dan hubungannya dengan negara itu jelas lebih panjang sampai mungkin ada masa inkusisi.

Sebetulnya Soekarno atau yang akrab disebut Bung Karno itu sudah mulai belajar Islam mulai dari Sukamiskin, beliau memulainya dengan membaca banyak buku, kemudian ia lebih mendalami lagi ketika berada di Ende, Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Diketahui Bung karno memiliki beberapa problem di kalangan umat Islam di indonesia, berikut beserta kutipan dari Bung Karno, di antaranya adalah;

1. Takhyul
Umat Islam mundur, "Karena percaya kepada azimat-azimat, tangkal-tangkal dan keramat-keramat". Pada zaman dulu, Muhammadiyah melakukan kampanye itu dengan melawan TBC (Tahayul, Bid'ah, Khurofat), ini menurut Bung Karno menjadi salah satu penghalang kemajuan Islam.

2. Taqlid
"Semenjak ada aturan taqlid, di situlah kemunduran Islam cepat sekali. Tak hairan! Di mana genius (pemikiran) dirantai, di mana akal pikiran diterungku, di situlah datang kematian".

Taqlid ini menurut Bung Karno merupakan penghalang kemajuan umat muslim, jadi selama ada taqlid, selama ada pengekangan terhadap kebebasan (cara berpikir) itu membuat Islam menjadi melempem.

3. Jumud (kebodohan)
"Bagaimanakah orang bisa mengerti betul-betul firman Tuhan, semuanya itu karena kurang penyelidikan histori, kurang scientific feeling". Ini kritik Bung Karno terhadap ulama-ulama yang menurutnya tidak mau belajar sejarah, jadi kalau pun belajar sejarah itu bukan sebagai cara untuk refleksi dan bergerak kedepan, tapi justru balik lagi ke belakang. Dalam beberapa tulisannya Bung Karno mengkritik khilafah. Ini kenapa harus balik lagi ke sistem yang dulu, karena selama ribuan tahun manusia telah dibutakan sistem-sistem yang jauh lebih baik.

Jadi, kalau sekarang ada ide khilafah lagi, Bung Karno tahun 30-an itu sudah menentang. Menurutnya, bagaimana seseorang bisa mengerti betul-betul firman Tuhan semua itu karena kurang pendidikan histori, kurang sensitif, tidak punya perasaan cara berpikir yang rasional yang logis. Jadi ini kritik Soekarno terhadap masyarakat umat muslim pada waktu itu. Sebenernya tidak hanya di Indonesia, tapi Soekarno bilang itu di dunia.

4. Minder (orang Islam itu minder)
"Pengetahuan barat, kafir! Radio, kafir! Kedokteran, kafir!! Dasi dan topi, kafir! Bergaul dengan bangsa yang bukan Isllam, kafir!! Kafir, kafir, kafir...!!"

Menurut istilah Bung Karno, umat Islam mengalami kemunduran karna royal kafir, mengkafirkan, mengharamkan semua hal yang menurut dia tidak datang dari dirinya, padahal bukan itu.

Ada cerita yang mungkin ini sudah sangat umum, Bung Karno pernah akan gagal menikah dengan Siti Utari putri sulung HOS Cokroaminoto gara-gara penghulunya tidak mau menikahkan Soekarno karena ia memakai jas dan dasi. Jadi ketika menikahi Utari, Bung Karno pakai pakaian modern (peci, jas, dasi). Penghulunya bilang, "Saya gak mau nikahin kamu, karena pakaianmu kafir". Menjawab hal itu, Bung Karno berkata, "Mendingan gak jadi nikah daripada saya ganti baju". Kejadian seperti itu dijadikan cerita sebagai contoh bagaimana terbelakangnya orang Islam. Sampai melihat baju saja dikafir-kafirkan.

Berikut ini kerangka pemikiran Soekarno dalam Islam:

Menurut Soekarno, sebetulnya "Islam menekankan persamaan" (egalitarian) jadi kalau kita lihat surat pertamanya Bung Karno untuk Ahmad Hassan, beliau sangat tidak menyukai Syahid, pengkeramatan orang. Menurutnya tidak boleh ada yang istimewa dalam Islam ini seseorang yang punya gelar syahid. Mungkin dia mutlak pemegang kebenaran. Hal ini dikritik sama Bung Karno, karena ini salah satu pakar terbitnya pikiran taqlid.

Menurut Bung Karno juga "Tidak ada agama selain Islam yang lebih sederhana dan rasional", aspek ini yang terus didengung-dengungkan oleh Bung Karno. Dalam tulisanya di masyarakat 'Kapal Terbang dan Masyarakat Onta', ia ingin membenturkan Islam yang menurutnya terlalu kolot. Islam yang tidak mau mengadakan perubahan yang antiperbaikan, antiperubahan itu ketinggalan zaman. Padahal Islam menganjurkan perubahan, menganjurkan untuk melakukan perubahan, jadi menurut dia Islam harus rasional, Islam itu progres, Islam itu kemajuan," kata Bung Karno.

Jadi waktu tahun 36-37 Bung Karno banyak berdebat dengan para ulama, soal donor darah. Waktu itu berkembang isu bahwa donor darah itu haram, terlebih karena darah yang didonorkan itu datang dari orang yang beragama lain (kafir). Bung Karno sudah melawan itu, menurutnya donor darah itu untuk kepentingan kemanusiaan, tidak bisa dikatakan haram, ini kebutuhan kemanusiaan. Terlebih Islam itu juga mendukung persaudaraan antarmanusia.

Kasus lain perihal anjing. Hewan ini najis haram. Suatu kali ada anjing di rumahnya Bung Karno menjilat air dalam panci, anak angkatnya Bung Karno bertanya kepada Bung Karno, "Pancinya harus dicuci pakai tanah atau bagaimana?". Soekarno bilang, "Buang airnya, panci dicuci pakai sabun". Di zaman Rosul belum ditemukan sabun, makanya di bilas pakai tanah sampai 7 kali. Zaman sekarang sudah ada sabun.

Inilah cerita tentang bagaimana kita harus menafsirkan perkembangan zaman, dan Islam harusnya seperti itu menurut sesuai dengan pandangan Bung Karno. Cara-cara lama itu sebaiknya tidak perlu lagi dilakukan, karena sekarang sudah ada perkembangan. Contoh lain, misalnya seorang jika pergi-pergi dengan jarak tempuh 80 kilometer, itu di izinkan untuk tidak puasa, tapi sekarang berbeda ceritanya, sekarang ada pesawat yang dapat menempuh jarak lebih cepet. Hal seperti inilah menurut Bung Karno yang harus diterobos dalam Islam supaya maju.

Quote