Ikuti Kami

Semangat Trisakti: Cerminan Pribadi Bangsa Yang Tangguh

Oleh: Dr. Tantri Bararoh, Anggota DPRD Fraksi PDI Perjuangan Kabupaten Malang yang juga Ketua DPC ISRI Kabupaten Malang.

Semangat Trisakti: Cerminan Pribadi Bangsa Yang Tangguh
Dr. Tantri Bararoh, Anggota DPRD Fraksi PDI Perjuangan Kabupaten Malang yang juga Ketua DPC ISRI Kabupaten Malang.

Jakarta, Gesuri.id - Kemajuan zaman merupakan suatu keniscayaan dalam peradaban manusia. Zaman yang semakin maju tentu akan berdampak pula pada kemajuan suatu peradaban. Menghadapi hal tersebut, setiap bangsa harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi agar tidak tergerus dengan kemajuan yang terus menerus terjadi. Namun demikian, hal yang sangat penting untuk diingat serta dijadikan prinsip adalah kemampuan beradaptasi tersebut harus disertai dengan tertanamnya kepribadian yang kuat dalam kebudayaan bangsa. 

Hal ini karena, meskipun memiliki kemampuan beradaptasi yang baik atas terjadinya perubahan zaman, namun tanpa adanya kepribadian yang kuat dalam kebudayaan justru akan membuat bangsa tersebut terhanyut dalam kemajuan zaman. Dampaknya, bangsa tersebut hanya akan menjadi sebuah bangsa yang tidak memiliki karakter, prinsip, serta orientasi dalam membangun masyarakatnya. Bangsa yang hanya akan menjadi bangsa peniru dan pengikut dari kebudayaan bangsa lain. 

Pentingnya memiliki kepribadian yang kuat dalam kebudayaan telah jauh-jauh hari ditanamkan oleh para pendiri bangsa ini. Bung Karno melalui sebuah pidato yang beliau sampaikan pada tanggal 17 Agustus 1964, mengingatkan bahwa sebagai sebuah bangsa yang besar dan mandiri, bangsa Indonesia tidak boleh menaruh ketergantungan terhadap bangsa lain. Dalam pidato tersebut, Bung Karno menyebut tiga kekuatan yang harus dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Tiga kekuatan tersebut terangkum dalam sebuah konsep yang beliau beri nama “Trisakti”.

Trisakti merupakan tiga kekuatan yang berperan sebagai prinsip dan pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika konsep Trisakti ini benar-benar mampu diterapkan di tengah masyarakat, maka akan mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara besar yang disegani oleh negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini karena, di dalam Trisakti terkandung tiga paradigma yang menyentuh aspek-aspek penting bagi kemandirian dan kemajuan suatu bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, dan budaya. Tiga paradigma tersebut adalah berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaaan.

Bung Karno melalui ketiga konsep ini sangat jelas ingin meletakkan prinsip dasar dan kekuatan bagi bangsa Indonesia agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Sebagai bangsa yang baru merdeka, Bung Karno melalui konsep Trisakti ingin menumbuhkan semangat dan rasa kepercayaan diri yang tinggi kepada rakyatnya bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan segala potensi sumber daya dan kearifan bangsa yang dimiliki. Dengan modal tersebut, bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat dan mandiri, tidak tergantung dengan bangsa lain. Ketergantungan dengan bangsa lain justru akan membuat bangsa kita tidak akan mampu memaksimalkan seluruh potensi yang kita miliki. Akibatnya, bangsa kita tidak akan mampu berkembang menjadi negara yang maju dan akan sulit untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat.

Menghadapi perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus mampu mengikuti perkembangan tersebut tanpa melupakan jati diri kepribadian bangsa. Hal ini agar bangsa Indonesia tetap mampu berkembang menjadi negara yang maju dengan tetap memiliki karakter dan prinsip yang kuat. Di tengah arus ekonomi dan budaya global yang begitu pesat, karakter dan prinsip yang kuat dari sebuah bangsa adalah pilar penting agar bangsa tersebut tidak kehilangan jati diri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana pesan yang disampaikan oleh Bung Karno melalui konsep Trisakti, bangsa Indonesia harus memiliki kepribadian dalam kebudayaan agar mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain. Terkait dengan hal tersebut, budaya gotong royong adalah budaya yang harus dimaknai dan dilestarikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Gotong royong merupakan intisari dari falsafah bangsa kita yakni Pancasila yang mempunyai nilai yang sangat luhur. Keluhuran nilai yang terkandung dalam budaya gotong royong sangat perlu untuk dilestarikan agar bangsa Indonesia mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat.

Gotong royong sebagai budaya asli bangsa Indonesia memiliki makna yang sangat kompleks dan beragam, terutama dalam aspek pengamalannya. Pada aspek ekonomi, gotong royong dapat dimaknai sebagai budaya saling bahu membahu antar sesama masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan hidup. Sebagai contoh, masyarakat yang hidupnya berkecukupan, dapat meningkatkan kepedulian dengan membantu masyarakat yang nasib perekonomiannya kurang beruntung. Kepedulian yang terbangun antar sesama masyarakat adalah instrumen penting dalam menanamkan budaya gotong dalam masyarakat. Tanpa adanya rasa kepedulian, budaya gotong royong akan sulit untuk dilestarikan.

Pada kondisi pandemi seperti sekarang ini, persatuan yang kokoh antar sesama rakyat Indonesia adalah sebuah kewajiban yang harus diamalkan. Salah satu upaya untuk mewujudkan persatuan tersebut adalah dengan cara mengamalkan budaya gotong royong di tengah masyarakat, terutama dalam aspek perekonomian. Dengan bergotong royong dalam perekonomian, masyarakat dapat saling membantu dan saling menguatkan agar tetap mampu bertahan hidup di tengah kondisi sulit yang sedang dialami sekarang ini. Masyarakat yang kaya dapat membantu masyarakat miskin yang terdampak penyebaran wabah. Di tengah kondisi serba sulit ini, masyarakat miskin tentu merasakan dampak buruk yang berlipat dalam perekonomian keluarga mereka. Maka dari itu, peran masyarakat kaya untuk membantu kondisi masyarakat miskin perlu untuk dilakukan agar masyarakat miskin tersebut dapat bertahan hidup melewati kondisi sulit akibat pandemi ini.

Selain itu, menerapkan budaya gotong royong dalam kehidupan sehari-hari akan melatih kepekaan kita dalam melestarikan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia. Gotong royong dapat semakin mempererat tali solidaritas antar sesama rakyat. Hal ini akan bermuara pada semakin tergugahnya rasa nasionalisme dan persatuan diantara masyarakat. Jika persatuan antar sesama masyarakat telah kuat, maka kondisi sesulit apapun yang dihadapi bangsa ini akan mampu dihadapi oleh masyarakat sebagai sebuah bangsa yang satu dan tangguh.

Budaya saling membantu dan saling menguatkan akan membuat perekonomian bangsa kita semakin kuat. Sebagaimana konsep Trisakti yang disampaikan Bung Karno, berkepribadian dalam kebudayaan dan berdiri di kaki sendiri dalam ekonomi adalah nilai yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling menguatkan dan saling mempengaruhi. Kemandirian bangsa dapat terwujud ketika bangsa ini telah memiliki kepribadian yang tangguh dalam kebudayaan dan saling menguatkan dalam perekonomian.

Konsep besar para pendiri bangsa ini harus senantiasa diamalkan dan dilestarikan oleh seluruh generasi penerus bangsa tanpa terkecuali. Generasi terkini, yakni generasi milenial, juga harus memaknai dan mengamalkan konsep besar ini. Peran generasi milenial dalam melestarikan kepribadian bangsa sangatlah besar karena generasi inilah yang memasuki usia produktif di tengah kemajuan zaman yang begitu pesat. Generasi milenial yang memasuki usia produktif pada masa sekarang ini adalah generasi yang paling banyak bersentuhan langsung dengan digitalisasi dan modernisasi dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam aspek perekonomian dan kebudayaan.

Oleh karena itu, berkepribadian dalam kebudayaan sangat penting dimiliki oleh generasi milenial agar dalam beradaptasi dengan kemajuan zaman yang terjadi, tetap tidak meninggalkan nilai-nilai kepribadian bangsa, yakni bergotong royong, saling bahu mambahu, dan saling menguatkan antar sesama masyarakat. Kehidupan yang telah berkembang dengan memasuki era yang serba modern dan serba digital sangat berpotensi untuk menciptakan sikap individualisme di tengah masyarakat, khususnya generasi milenial yang memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi umur lainnya dalam masyarakat.

Sebagai bangsa yang memiliki kepribadian luhur yakni gotong royong, saling menguatkan, dan saling menopang satu sama lain, sikap individualisme jelas sangat bertolak belakang dan dapat memicu terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat. Hal ini tentu sangat kontraproduktif dengan cita-cita yang ingin dicapai oleh bangsa ini yaitu menjadi negara yang tangguh, merdeka, dan mandiri dalam segala bidang kehidupan. Masyarakat yang individualistik justru akan melahirkan sekat-sekat pemisah di antara masyarakat. Dampaknya, rasa kepemilikan terhadap bangsa Indonesia akan semakin tergerus dan persatuan nasional akan sulit untuk diwujudkan.

Konsep Trisakti Bung Karno harus benar-benar diamalkan di tengah masyarakat. Konsep ini merupakan desain besar dari para pendiri bangsa agar bangsa Indonesia dapat tumbuh menjadi negara yang besar, kuat, dan mandiri tanpa harus selalu tergantung dengan bangsa lain. Berkepribadian dalam kebudayaan harus diwujudkan dalam masyarakat di tengah arus kemajuan zaman yang begitu deras. Tanpa memiliki kepribadian dalam kebudayaan, bangsa Indonesia yang memiliki potensi sumber daya dan kearifan nilai luhur yang begitu melimpah, justru akan terhanyut dan tenggelam dalam kemajuan zaman. Meskipun mampu beradaptasi dengan kemajuan yang terjadi, bangsa yang tidak memiliki karakter dan kepribadian dalam kebudayaannya belum dapat dikatakan sebagai bangsa yang kuat, mandiri dan merdeka seutuhnya. (Dilansir dari nusadailycom)

Selamat Memperingati Bulan Bung Karno Untuk Seluruh Rakyat Indonesia!

Quote