Ikuti Kami

Ada Soekarno Dibalik Kecerdasan BJ Habibie

Salah satu prestasi Habibie yang monumental adalah pesawat N250, yang diluncurkan dalam uji coba terbang pada 10 Agustus 1995.

Ada Soekarno Dibalik Kecerdasan BJ Habibie
Presiden ketiga Republik Indonesia (RI), BJ Habibie.

Jakarta, Gesuri.id - Wafatnya Presiden ketiga Republik Indonesia (RI), BJ Habibie,  mengingatkan publik akan sederet prestasi yang ditorehkan putra kelahiran Parepare itu. 

Salah satu prestasi Habibie yang monumental adalah pesawat N250, yang diluncurkan dalam uji coba terbang pada 10 Agustus 1995.

Baca: Ganjar Terkenang Tepukan Habibie di Pundaknya

Dan karya monumental itu lahir dari karya Habibie lainnya yang tak kalah monumental, yakni PT Indonesia Pesawat Terbang Nurtanio. 

Perusahaan yang pada 1985 itu berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) memang didirikan Habibie pada 1976.

Dan yang perlu dicatat, PT Indonesia Pesawat Terbang Nurtanio, adalah satu-satunya pabrik pesawat di Asia Tenggara kala itu. Kini perusahaan tersebut dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia.

Karya BJ Habibie lainnya adalah pesawat CN235 yang dikembangkan sejak 1979 bersama CASSA Spanyol. Pesawat ini diperkenalkan kepada publik untuk pertama kali pada September 1983. Dalam perkembangannya, pesawat tersebut telah digunakan sejumlah negara.

Namun, dibalik segudang prestasi Habibie itu, ada sosok lain yang berperan penting dalam pembangunan kecerdasan seorang BJ Habibie. Sosok itu adalah Soekarno, Presiden pertama RI. 

Ya, Soekarno lah yang mengirim Habibie untuk belajar menimba ilmu teknologi di Jerman. Tokoh muda PDI Perjuangan Amilan Hatta mengungkapkan, di masa pemerintahannya, Soekarno memang banyak mengirim generasi muda Indonesia untuk belajar ke berbagai negeri Eropa guna menimba berbagai macam disiplin ilmu. 

“Soekarno, dengan dilandasi semangat Berdikari, memang ingin agar generasi muda bangsa menjadi ujung tombak pembangunan semesta dalam jangka panjang,” ujar pria yang akrab disapa Milan ini. 

Sejak, 1950 Soekarno mengirim putra-putri terbaik negeri untuk sekolah ke mancanegara. Dan Habibie adalah salah satu putra terbaik negeri tersebut. 

Habibie dikirim ke Jerman untuk mendalami ilmu pembuatan kapal terbang. Dia menjadi pelajar Indonesia gelombang empat yang mempelajari  ilmu pembuatan pesawat terbang pada 1954.

Habibie pun berhasil menyelesaikan strata 1 pada usia 22 tahun, serta strata dua pada usia 24 tahun.

Selesai menimba ilmu di Jerman, Habibie ingin pulang ke Indonesia. Namun, Soekarno melarangnya.  Sang Proklamator ingin Habibie  tetap tinggal di Jerman untuk masuk dan mendalami dunia industri negeri itu. 

Habibie diperbolehkan pulang apabila dibutuhkan Indonesia.

Baca: DPC Ketapang Terima Yudo Sudarto, Ramaikan Pilkada 2020

Jadi, menurut Milan, sederet prestasi Habibie di bidang teknologi itu, merupakan “produk” pengembangan sumber daya manusia (SDM) di era Soekarno. 

“Sehingga, bisa dikatakan bahwa pak Habibie adalah produk pengembangan SDM era Bung Karno,” kata Milan, yang juga Wasekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)  Pusat itu.
 

Quote