Ikuti Kami

Jalan Panjang Karya I Ketut Kariyasa Adyana di PDI Perjuangan 

Saat ini I Ketut Kariyasa Adyana duduk di Komisi IX DPR RI.

Jalan Panjang Karya I Ketut Kariyasa Adyana di PDI Perjuangan 
Anggota DPR RI I Ketut Kariyasa Adyana.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI I Ketut Kariyasa Adyana paham betul bagaimana dirinya menaiki jenjang karir di PDI Perjuangan. 

Meski berasal dari Pulau Dewata, Kariyasa paham betul akan akar rumput, bagaimana tidak dirinya pernah merasakan sebagai Pengurus Anak Cabang. 

Jauh sebelum Kariyasa duduk sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024, Kariyasa juga pernah duduk sebagai Anggota DPRD Provinsi Bali selama tiga periode yakni 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019. Dan kursi di DPRD Kabupaten Buleleng 1999-2004.

Beberapa waktu lalu tim Gesuri.id berkesempatan menemui pria kelahiran Busungbiu Buleleng, 23 September 1969. Berikut petikan wawancaranya, 

Bisa diceritakan bagaimana bisa terjun di PDI Perjuangan?

Pertama adalah ketika saya masih kecil, masih remaja bapak saya adalah seorang kader marhaen sebagai kader PNI, pengurus PNI. Sehingga banyak sekali di rumah itu buku-buku tentang Bung Karno. Sehingga dari kecil saya sudah mulai belajar, melihat gambar-gambar Bung Karno, di rumah banyak gambar-gambar Bung Karno dan orang tua saya itu adalah sangat menghormati dan menghargai sekali Bung Karno, karena kita lihat sejarahnya juga di Bali itukan partai yang berkembang sebelum Orde Baru, Orde lama itukan PNI. PNI itu sampai merakyat itu awalnya dulu. Kemudian baru ketika itu baru saya mulai menjalani kuliah dan mulai masuk organisasi-organisasi kemahasiswaan terutama di GMNI. Saya sebagai kader GMNI sudah cukup senior, karena GMNI itu dengan visi pejuang pemikir-pemikir pejuang dan itu adalah didirikan oleh Bung Karno. Di sanalah mulai ajaran-ajaran Bung Karno itu sudah merasuk pada diri saya dan di organisasi GMNI itulah mulai paham tentang kebangsaan, kemudian bagaimana memberikan perlindungan terhadap kaum marhaen dan seperti itu. Kemudian ketika mahasiswa saya juga aktif berbagai organisasi lain baik organisasi formal maupun informal, baik di kampus maupun di luar kampus itu sendiri seperti tadi contoh tadi sendiri seperti GMNI. Seperti contohnya formal seperti Senak, ketua BPM kan seperti itu. Disanalah waktu itu kitakan sudah mulai lihat ketidakpuasaan dengan kepemimpinannya Soeharto yang otoriter, KKN dan sebagainya. Dari sanalah kita mendemo kebijakan-kebijakan, apalagi di Bali waktu itu banyak kebijakan yang diambil oleh kekuasaan seperti kasus Pecatu Graha itukan anaknya Soeharto Tommy memaksakan rakyat itu menjual tanah dengan segala cara, nah waktu itu kita mendemo kemudian juga BNR dan itu bagian semua kekuatan Orde Baru, sehingga ketika mahasiswa itu sudah mulai aktif tentunya kita tidak berpikir dulu waktu itu mau menjadi parlemen pada intinya kita pecinta Bung Karno kemudian karena sejarah juga Bung Karno itu ibunya istrinya itu kan dari Buleleng sehingga sangat cinta sekali rakyat Bali itu terhadap Bung Karno termasuk anak-anaknya termasuk Ibu Mega ketika terjadi waktu itu setelah kasus demo-demo Orde Baru kasus 27 Juli itukan terjadi apa penzaliman terhadap Ibu Mega. Dari sanalah saya sudah mulai ikut politik-politik praktis menjadi pengurus partai, waktu itu saya betul-betul merangkap jadi ketua ranting iya kemudian sekretaris Komcat PAC (Komisaris Kacamatan) kemudian menjadi Komcat pengurus kecamatan juga saya struktur partai itu dari bawah betul. Walau masih mahasiswa sudah menjadi pengurus partai, sehingga waktu itu sampai saya mengambil cuti kuliah, prestasi di kampus bagus dengan nilai akademik bagus, tapi karena aktif di organisasi terutama di PDI menjadi pengurus kita melawan orde Baru sebagainya waktu itu ya kuliah saya cukup lama selesai urusannya di skripsi itu ga saya urus. Karena saya sudah mulai organisasi, menggalang kaderisasi keliling waktu itu, karena waktu itukan masih susah sekali orang yang mau masuk PDI, bukan susah tidak berani, jaman itu siapa yang berani orang ga seperti sekarang ngantri berlomba-lomba masuk PDI, jaman itu orang baju merah aja ga boleh apalagi ada lambang PDI-nya seperti itu. Dari sanalah kita konsolidasi nah itu baru puncaknya ketika terjadi reformasi kemudian ada Pemilu tahun 99 nah itu karena kita sudah paham bahwa kita lihat masyarakat sebagian besar itu menginginkan perubahan menantang orde baru Soeharto. Waktu sampai itu kita susah betul tidak menyangka begitu besar harapan masyarakat atau kepercayaan masyarakat sehingga PDI waktu itu menang paling tinggi sampai saat ini sejarah kemenangan PDI.

Baca: Begini Sejarah Bali Jadi Basis Soekarnois

Bali dari 9 kursi waktu itu kita dapat 7 kursi DPR RI dan itu adalah kemenangan terbesar. Di tingkat propinsi ya juga dari 55 kita dapat mayoritas diatas hampir 40an sampai waktu itu begitupun di tingkat kabupaten sehingga waktu itu yah banyak juga kader kader kita yang ngajak berjuang waktu itu tidak yakin. Karena dulu pengurus partai preman. Zaman itu siapa sih yang mau masuk PDI kalau tidak orang berani, sehingga orang-orang itu ya tak jujur saja bukan seorang PNS, bukan orang pensiunan bukan orang berpendidikan itu betul betul anak jalanan, orang-orang marhaen, petani konsolidasinya juga kita bawa pedang namanya juga Santi Aji dulu kita jaga betul pemimpin kita kan begitu karena waktu itu kita lawan orde baru itu kita lawan tentara, lawan birokrasi, PNS dan sebagainya, tentu juga melawan birokrasi yang ada di desa itu dari kepala desa dan sebagainya. 

Lantas apa yang menyebabkan bapak siap berjuang bersama PDI Perjuangan? 

Saya sebenarnya awalnya itu bukan cita-cita menjadi anggota DPR kita senang itu karena Bung Karno ingin perubahan waktu itu, waktu itu malah saya tidak tertarik yang terpenting Soeharto tumbang dan kemudian apa yang selama ini kita perjuangkan berhasil. Jujur saja saya malah injuri time mencalonkan diri, karena waktu itu saya udah dapat ikatan dinas sebenarnya prestasi saya cukup bagus saya dapat beasiswa ikatan dinas TID waktu itu, tapi karena merasa waktu itu kita memusuhi PNS orde baru saya ga ambil jadinya lari di pengurus partai. Menjadi DPR itu kan tidak seperti sekarang sistemnya saya melewati tiga sistem yang tahun 1999 itu adalah melalui pengurus partai di tingkatan menunjuk anggota DPR-nya kemudian tahun 2004 itu mengambil nomor urut tertutup, setelah itu baru reformasi dan saya sudah melewati semua sistem yang pernah diterapkan waktu itu karena kita itu menunjuk setelah partai itu menang calon itu sekitar 200% itu tinggal mengambil saja siapa yang mau jadi oleh pengurus tingkatannya,. Tapi waktu itu juga kita melihat kalau tiga orang, karena saya jujur saja saya menyadari bahwa tentu di DPR itu bukan politis saja tapi tehnis kalau sudah menjadi petugas partai baik di eksekutif atau di legislatif 70% sudah tehnis penyusunan anggaran sehingga perlu orang-orang yang punya kemampuan minimal mereka pernah ikut organisasi punya pendidikan. Terbukti kita jujur saja setelah reformasi itukan kita di habisin betul kita berkuasa tahun 1999 setelah itu rontok kita kena di kerjain lah karna kasus hukum dan sebagainya akhirnya kalah itulah sehingga orang orang waktu itu mau belajar intelektual itu masih bisa bertahan tapi yang waktu itu mereka tidak menyadari bahwa mereka suatu saat harus menjadi pemenang itu waktu tahun 99 itu banyak kader yang belum siap maka kader kader yang senior itu dia bertarung di tingkat bawah kabupaten saja padahal itu ada di provinsi kita jujur saja kita sampai orang yang baru habis pendidikan di Jepang siapa namanya Pak Oles itu itu tidak pernah masuk PDI sebelumnya baru kita bawa minyak dua saja kita calonin akhirnya lolos juga tingkat provinsi banyak juga dapat angin runtuh waktu itu karena, waktu itu tidak menyangka menang sebesar itu itulah sehingga saya kebetulan dari Buleleng dan itu tempat lahirnya ibu srimen yang paling senior sampe saat ini masih setelah reformasi salah satu saja dari 45 anggota DPR kabupaten yang masih hanya satu saja hanya saya saja.

Selama di PDI Perjuangan nilai-nilai apa saja yang didapatkan? 

Pertamanya adalah dasar kebangsaan kami yakin selama ini kalau tidak PDI Perjuangan yang berkuasa yang menang kita menjadi sangsi terhadap keutuhan bangsa dan bernegara ini karena di PDI Perjuangan pertama ideologinya jelas, PDI Perjuangan itu identik dengan apa yang menjadi paham-paham Bung Karno Pancasila, NKRI, Kebinekaan undang undang dasarnya sudah jelas sekali bagaimana itu paham-paham pemikiran Bung Karno itu di tetapkan untuk kepentingan rakyat kepada marhaen atau masyarakat kecil itu dari sanalah sehingga kami yakin itu adalah partai yang paling tepat terbukti PDI Perjuangan inikan kekuatan ada di rakyat kecil ada di gotong royong situasi apapun PDI Perjuangan itu pasti hadir pada rakyat kecil. Saya hampir sudah cukup lama lah PDI Perjuangan kita lihat sekarang ada kader PDI Perjuangan ini masa COVID-19 kemarin itu bergotong royong turun membantu rakyat, membantu sembako kemudian pengobatan dan sebagainya itu betul betul kita lihat dan jelas proses sekarang sudah mulai jenjang kaderisasinya sudah mulai bagus ada kader Pratama, kader madya, dan ada kader utama. Sehingga sekarang dengan struktur yang bagus itu punya visinya jelas ideologinya jelas tentu PDI Perjuangan ini adalah partai yang paling siap terutama bagaimana menjadikan Indonesia menjadi Indonesia hebat terbukti banyak juga kita berhasil mengangkat kader yang luar biasa salah satunya Pak Jokowi kemudian menteri-menterinya Ibu Risma, Pak Ganjar termasuk juga putra-putra beliau Mbak Puan kemudian Mas Prananda.

Mas Pranada sekarang sangat luar biasa sekali banyak konsep konsep yang dialirkan menjadi partai modern seperti bagaimana dia itu konsep ajaran ajaran Bung Karno itu diterapkan dan itu kalau diterapkan secara murni kami yakin negara ini menjadi maju, mengembalikan model GBHN itu masih jadi PR sebenarnya. jangan sampai pergantian pemerintah pergantian pijakan visi misi akhirnya negara ini tidak akan maju maju sehingga yang dulu konsepnya ada dari Bung Karno dan sekarang sudah di terapkan oleh Mas Pranada.

Sedangkan suka dan duka selama di PDI Perjuangan seperti apa? 

Suka dukanya yang pertama adalah tentu kita awalnya itu kita harus bermusuhan dengan lingkungan kita, dulu waktu itu karena saya aktif di organisasi tau aturan dan sebagainya itu banyak juga korban korban dukanya dulu teman teman kita ini jadi korban dari orde baru itu termasuk bagaimana waktu itu dia ga berani neror rumah saya tetangga dibakar rumahnya kemudian keluarga diasingkan karena waktu itu kan orde baru itukan sampe ke sel-selnya itukan menguasai dari aparat sampai kepala desa camat, tentara dan PNS. Kita harus melawan itukan kasihan juga kan keluarga kita orang tua kita tapi kalau kita kader PNI jadi sudah biasa seperti itu apalagi bulan puasa itu adalah kan ketua satgas yang namanya tameng dulu. Banyak juga paling parah itu kan terjadi setelah reformasi itu karena perlawanan itu banyak juga kader kader kita yang korban meninggal. Waktu itu yang paling parah itu terjadi di Buleleng sehingga kita waktu itu terpancing karena menderita di daerah atas Baliage di daerah sidatuk disana itu masih kuat kaderan Golkarnya tapi disana diteror kita punya ketua ranting sasana kita ngasih banton tapi karna itunya daerah rusuh jadi kita banyak juga di serang pake tombak korban waktu itu.

Di Bali, PDI Perjuangan dikatakan tidak punya lawan yang signifikan, bagaimana bapak menyikapinya? 

Memang kita lihat sekarang mulai PDI inikan memang kita ketahui kadang kadang menjadi tantangan itu adalah ketika kita tidak punya musuh ini sering sekali kita berantem sama teman. Apalagi sekarang jujur saja jama dulu jaman saya waktu DPR kabupaten itu saya hanya dapat gajinya Rp300 ribu, Rp400 ribu enjoy tidak ada beban begini, tapi sekarang gajinya besar sehingga banyak juga orang sasaran itu bukan lagi 'beberapa orang yang punya modal' dan sebagainya itu mereka itu pingin menjabat karena sellerinya yang besar. Sehingga ini terjadi akhirnya terjadi pertarungan di internal kalau dulu itu tidak, kita berjuang itu adalah memperkenalkan idielisme melawan orde Baru. Ketua DPR pertama itu gaji sekian itu kecil sekali tapi kita merasa enak dan enjoy turun ke masyarakat. Sekarang gajinya DPR kabupaten itu sudah puluhan sudah gede, sehingga inilah yang menjadi tantangan, ini kaderisasi itu betul betul jangan sampai nanti masuk disusupi oleh orang orang yang berduit, kapitalisme karena sekarang ini PDI Perjuangan pasti dapat kursi tinggal sekarang orangnya siapa tapi kalau sekarang orang yang berduit kan pasti dapat dia karena kursinya udah dapat. Ini tantangan di PDI Perjuangan tentu kalau kita lihat juga di Bali karena kekuasaan itu mengiurkan tentu ini harus dimanajemen dengan bagus harus melakukan pemerataan bagaimana posisi itu tidak musti harus eksekutif dan legislatif. Kalau saya contoh di kecamatan saya itu menang tidak pernah kalah tiap helatan malah sekarang hampir kepala desa itu rata-rata dari kader PDI Perjuangan, lulusan satgas saja kita ambil contoh kita jadikan kepala desa, kita jadikan kepala desa adat dan dinas dan sebagainya nah ini harus mulai berpikir bagaimana mengatur kemenangan ini dengan baik sehingga posisinya dapat tidak berantem dan kadernya berjenjang.

Baca: Ketika Koster dan Ganjar Menjaga Bali

Berarti sistem gotong royong itu benar-benar diterapkan? 

Sistem gotong royong itu betul betul harus di terapkan karena itu adalah rohnya daripada Bung Karno dan PDI Perjuangan kalau itu di terapkan kami yakin tidak terjadi karena sekarangkan orang ngantri mau masuk PDI Perjuangan. Contohnya kecamatan saya dari kepala desa kemudian pimpinan adat, kemudian kepala dusun semua itu kita kader samai ke bawah sehingga pasti akan kuat PDI Perjuangan. Cuma sekarang ini harus jangan sampai orang orang yang punya kepentingan yang berduit tidak punya idealisme itu masuk, nanti sasaran yang kita tuju tidak tercapai.

Berarti ini bisa dikatakan pentingnya sekolah partai? 

Sekolah partai sangat penting dan bagus, bila perlu sekolah partai jangan sampai tingkat pusat saja itu sampai tingkat daerah sehingga paham itu apa lahirnya PDI Perjuangan, Ideologinya PDI Perjuangan kemudian visi kedepannya apa dengan tantangan yang begitu kuat. Dulukan kita melawan orde baru sekarang tantangan ini kan kemiskinan tantangan ini kita melawan global yang persaingan antar negara cukup berat. Kita di DPR RI ini juga harus satu kebijakan-kebijakan yang mendukung kebijakan presiden menghadapi persaingan global dan apa yang menjadi roh daripada ajaran ajaran Bung Karno harus di terapkan dalam model baik penganggaran maupun peraturan-peraturan yang di buat oleh DPR itu sendiri.

Di 2024 sendiri bagaimana bapak melihatnya? 

Presiden Jokowi ini sangat bagus sekali dan ibukan jujur saja saya merasa kasihan juga ibu, ibu hari tua ini masih memimpin partai ini tentu kita harapkan mudah mudah ibu, kalau di Bali sangat cinta sekali sama ibu, ibu ini juga masih darah Bali. Agar betul betul regenerasi pada PDI Perjuangan ini jangan sampai nanti terjadi perpecahan di PDI Perjuangan karna partai ini kan sudah visinya jelas ideologinya jelas dan inikan partai yang betul betul banyak melindungi masyarakat kecil karena bagaimanapun kepentingan kepentingan internal, di dalam ingin PDI Perjuangan pecah belum lagi kepentingan dari luarkan begitu karena bentengnya Indonesia sekarang ini adalah PDI Perjuangan.

Quote