Ikuti Kami

Anton Kritisi Ucapan Bahlil Soal Pencak Silat

Anton menegaskan siapa lagi yang harus membanggakan warisan luhur budaya kita kalau bukan kita sendiri sebagai anak-anak bangsa.

Anton Kritisi Ucapan Bahlil Soal Pencak Silat
Budayawan Sunda Anton Charliyan.

Tasikmalaya, Gesuri.id - Budayawan Sunda Anton Charliyan menanggapi ramainya berita yang di rilis sebuah media online Nasional teranggal 12 Agustus 2021, yang berjudul :" Bahlil , Pengusaha Pencak Silat jangan Buat masalah di Negara ini.".

Judul berita itu mengasosiasikan kata "Pengusaha Pencak Silat" sebagai "Pengusaha Nakal". Anton menegaskan, hal itu merupakan sinonim yang  sangat tidak tepat. 

"Mencermati kejadian tersebut, sesungguhnya harus menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa sesungguhnya wawasan budaya sebagian Petinggi Negara ini perlu dievaluasi dan dipertanyakan, karena Wawasan Budaya setingkat Menteri saja sedemikian adanya bagaimana pula wawasan masyarakat awam tentang keluhuran budaya kita?" ujar Anton, baru-baru ini. 

Baca: Anton Ungkap Kisah Menarik dari Curug Asih Manawah

Anton pun menyatakan, siapa lagi yang harus membanggakan warisan luhur budaya kita kalau bukan kita sendiri sebagai anak-anak bangsa. Anton melanjutkan, apa jadinya budaya  bangsa bila anak-anaknya sudah tidak bangga dengan budayanya sendiri.

"Kita boleh saja mungkin saat ini terutama di era global, belum bisa berdaulat sepenuhnya baik dari sisi politik, sosial, keamanan apalagi ekonomi. Sebab masih besar sekali pengaruh negara-negara adidaya yang harus kita pertimbangkan matang-matang dalam membuat sebuah keputusan Negara. Tapi khusus di bidang budaya, kita harus betul-betul berdaulat sepenuhnya, karena budaya merupakan ciri khas entitas Bangsa," tegas Anton. 

Anton, yang juga Ketua Dewan Pembina beberapa Paguron Pencak Silat ini, menegaskan bila ingin menghancurkan sebuah bangsa maka   budayanya dahulu yang harus dihancurkan. Dan salah satu tanda-tanda lunturnya  Adat Tradisi dan Budaya adalah bila kita sebagai anak bangsa sudah tidak merasa bangga dengan budayanya sendiri.

"Kita akhirnya akan menjadi Asing dirumah sendiri. Semoga ini tidak terjadi pada Negeri kita Indonesia tercinta. Sebab  dengan adanya berita tersebut, dimana-mana terjadi komplain, hal ini menunjukan sisi positif bahwa sesungguhnya kita semua masih sangat cinta dengan aneka budaya yang ada di Nusantara, khususnya Pencak Silat," ujar Anton.

Anton melanjutkan, bangsa ini tentunya masih ingat  sulitnya memperjuangkan agar Pencak Silat  bisa menjadi salah satu Warisan Budaya Nusantara di UNESCO. Karena warisan budaya Silat itu sendiri sudah diklaim negara lain, yaitu Malaysia. 

Padahal kita semua tahu bahwa Silat maupun Pencak Silat berasal dari bumi Nusantara Indonesia.

"Apakah kita rela jika warisan-warisan Budaya kita di akui Negara lain ? Maukah kita terus menerus bersikap  atau baru merasa memiliki kalau sudah kehilangan ? Sudah banyak Warisan Budaya asli kita yang diklaim negara lain seperti Reog Ponorogo Jawa Timur, Wayang Kulit Jawa, Angklung Sunda, Batik , Tari Piring Minang, Lagu Rasa Sayange bahkan kopi Toraja," ungkap Anton. 

Baca: Diaan Terima Usulan Pembangunan Jembatan Kapuas

Namun, Anton mengingatkan, disaat pandemi seperti ini sebetulnya tidak perlu juga bangsa ini dibuat gaduh oleh hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Sebab, masih banyak hal yang harus kita lakukan yang lebih bermanfaat dibandingkan mencari-cari kesalahan para Pejabat Negara.

"Namun ada baiknya hal ini kita jadikan untuk introspeksi bagi kita semua,  agar Wawasan Budaya ini bisa menjadi perhatian yang lebih serius bagi  seluruh anak bangsa, khususnya bagi pemerintah di setiap tingkatan. Harus kita sadari  bahwa Adat Tradisi dan Budaya ini merupakan aset yang sangat berharga dan tidak ternilai dari sebuah bangsa," ujar Anton. 

"Sebuah bangsa bisa maju justru karena mampu memaksimalkan potensi keunggulan budayanya. Jepang bisa maju karena adanya Restorasi Meiji yang merupakan pembangunan Revolusi budaya dengan megedepankan budaya Bushidonya,  Perancis dalam Revolusi nya dengan Liberte, Fraternite & Egalite, Eropa dengan Reinnasance nya yang bangkit dari Krisis Kegelapan budaya atau 'Dark Ages'.  Kebangkitan dan keunggulan mereka bukan diawali dengan Revolusi Ekonomi atau Revolusi Politik, tapi dengan Revolusi Budaya. Bahkan di salah satu provinsi di Negara kitapun, Bali bisa eksis dan populer hanya karena budaya seni dan adat tradisi Balinya, bukan dari sisi ekonomi maupun politiknya," papar Anton.

Quote