Jakarta, Gesuri.id - Calon presiden asal PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, tak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi sebuah bangunan cagar budaya yang pernah menjadi markas Pemuda Arek-Arek Suroboyo, manakala ia berada di Kota Pahlawan Surabaya.
Memang, bangunan antik peninggalan era kolonial Belanda itu menjadi destiasi yang sayang untuk dilewatkan ketika mengunjungi Kota Pahlawan.
Tempat bersejarah ini berada di Jalan Gubernur Suryo No.15, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya.
Pada zaman dahulu, gedung ini merupakan pusat rekreasi orang-orang Belanda yang digunakan untuk pesta, berdansa, dan bermain bowling.
Kini gedung balai pemuda ini digunakan sebagai tempat pengembangan seni, ruang pameran, sumber informasi pariwisata, perpustakaan, dan pendidikan bahasa.
Mulanya, Gedung Balai Pemuda bernama De Simpangsche Societeit (Simpangsche Club) yang memiliki arti 'tempat asosiasi kaum elite'.
Pada masa kolonial Hindia-Belanda, yakni tahun 1907, Gedung Balai Pemuda ini dibangun oleh Wakan Westmaes. (1)
Gedung bersejarah ini bergaya ekletisisme, gaya campuran, yaitu neo gothic, renaissance, dan klasika romanika.
Di ruang makan gedung ini terdapat meja makan yang berisi beragam makanan.
Pada saat itu, orang Belanda makan sambil menikmati musik, seperti piano dan cello.
Bahkan, penduduk pribumi dilarang masuk ke dalam gedung ini. Hal ini sesuai dengan tulisan yang terdapat di depan gedung: VERBODEN VOOR HONDEN EN INLANDER.
Tulisan tersebut memiliki arti 'Dilarang bagi orang pribumi dan anjing'. Tulisan tersebut masih utuh hingga sekarang.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Gedung Balai Pemuda dikuasai oleh Pemuda Republik Indonesia (PRI).
Selain itu, gedung ini juga dijadikan sebagai markas Pemuda Arek-Arek Suroboyo.
Pada tahun 1950 gedung ini dikuasai oleh Penguasa Militer Provinsi Jawa Timur dan sebagai pelaksana Penguasa Militer adalah KMKB Surabaya.
Pada tanggal 12 Desember 1957 Komandan KKMB Surabaya menyerahkan gedung balai pemuda kepada Ketua Dewan Pemerintah Daerah Kota Praja Surabaya.
Selanjutnya Pemerintah Daerah menggunakan gedung ini sebagai balai pertemuan umum dan mengganti namanya dengan Balai Pemuda.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya bekerjas ama dengan Surabaya Tourism Promotional Board (STPB) menjadikan Balai Pemuda sebagai bangunan cagar budaya.
Pada tahun 1971-1972, bagian timur dari gedung Balai Pemuda ini mengalami kerusakan.
R. Soekotjo selaku Walikotamadya Surabaya merubah gedung ini dan selesai pada tahun 1972.
Kemudian gedung bagian timur tersebut dikenal dengan nama Balai Pemuda Mitra.
Pada tahun 1974 Balai Pemuda digunakan sebagai sekretariat Federasi Pemuda Indonesia dan KNPI
Pada tahun 1960-an hingga 1980-an banyak musisi jazz yang tampil secara rutin di Balai Pemuda.
Sejak tahun 1980-an hingga sekarang bagian utara Balai Pemuda digunakan untuk tempat Dewan Kesenian Surabaya (DKS) sebagai Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya (PPKS).
Di bagian utara balai pemuda ini sering diadakan pameran lukisan.