Ikuti Kami

Putra: Refleksi Gotong Royong Bung Karno, Musyawarah Mufakat

Gotong Royong menjadi akar dari kelima sila Pancasila yang digali oleh Bung Karno sebagai dasar bagi Bangsa Indonesia yang beranekaragam.

Putra: Refleksi Gotong Royong Bung Karno, Musyawarah Mufakat
Anggota DPR RI Putra Nababan saat Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Kamis (15/4) di Rumah Aspirasi Putra Nababan, Jakarta Timur. (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Putra Nababan mengungkapkan Putra Sang Fajar, Presiden Pertama RI Ir Soekarno telah menancapkan sebuah konsep solidaritas yang melebihi segalanya, yaitu Gotong Royong sebagai bentuk solidaritas yang sangat dinamis.

Baca: Putra: Benteng Ideologi Pemuda, Gotong Royong Bung Karno

Gotong Royong, lanjut Putra, yang kemudian menjadi akar dari kelima sila Pancasila yang digali oleh Bung Karno sebagai dasar bagi Bangsa Indonesia yang beranenkaragam suku, agama, budaya, namun tetap satu jua atau yang disebut dengan Bhinneka Tunggal Ika.

"Apa dasarnya kita bersatu? Pidato Soekarno satu jam tanpa teks disitulah Beliau menggali Pancasila, Pancasila bukan ditemukan oleh beliau, digali sudah ada di Bumi Indonesia, Beliau menyampaikan 5 sila yang tadi sama-sama kita bacakan, tapi yang beliau sampaikan yang lebih penting lagi bahwa akar  dari 5 sila tadi yang Bapak dan ibu bacakan itu adalah gotong royong," ungkap Putra saat Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Kamis (15/4) di Rumah Aspirasi Putra Nababan, Jakarta Timur. 

Sekilas, Politisi Banteng itu mengisahkan kilas balik manakala para pendiri bangsa ini (our founding fathers) berkumpul guna mencari model apa yang paling tepat untuk menjadi dasar negara Republik Indonesia, Bung Karno lah yang berhasil merumuskannya berdasarkan karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. 

"Tanggal 29 mei 1945 dalam rapat BPUPK ada 39 Bapak Bangsa sudah menyampaikan pandangannya apa yang menjadi dasar dari negara kita dan rupanya tidak ada yang cocok. Bapak Bangsa yang ke-40 namanya Ir. Soekarno, ia diminta tampil untuk menyampaikan kalau kita merdeka Bung apa yang menjadi dasar kita bersatu bersama dengan Aceh, Padang, Sunda, Jawa, Ambon, Papua, Maluku, orang Dayak dan lain sebagainya apa dasarnya?" ujar Mantan Pemimpin Redaksi itu membeberkan.

Baca: Putra: Donor Darah Saat Pandemi, Gotong Royong Kemanusiaan

Untuk itulah, Putra menekankan, Gotong Royong yang dimaksud Bung Karno itu lebih dinamis daripada keluarga, lebih dinamis dari kekeluargaan.

Ia mencontohkan lebih dinamis yang dimaksud yaitu tidak ada urusannya dengan agama, tidak ada urusannya dengan suku, dengan kelompok apalagi pilihan politik misalnya pada saat Pilpres atau Pileg.

"Meskipun tetangga ibu dan bapak memiliki  pilihan politik presidennya berbeda, pilihan parpolnya berbeda  apakah mereka musuh kita? Merekalah keluarga kita, gotong royong yang kita bangun bersama mereka lebih dinamis daripada l dengan keluarga kandung yang belum tentu tinggal di sekitar rumah kita. Gotong Royong itu adalah kita," Putra menjelaskan. 


  
Oleh sebab itu, Putra mengingatkan jangan pernah lupa tentang Gotong Royong, dan terutama dalam mengambil keputusan hal itu diwujudkan dengan apa yang dinamakan musyawarah mufakat.

Putra mengungkapkan dalam membuat keputusan para wakil rakyat di DPR RI betul-betul dijalankan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. 

"Tidak voting, tidak dengan pemungutan suara. Ketika ibu-ibu hendak ke sini, pasti ada pembicaraan busana warna apa yang akan kita gunakan. Masa voting? Indonesia tidak seperti itu, Indonesia akan bertanya 2 orang itu tidak mau pake baju merah kenapa? jangan-jangan dia tidak punya warna merah. Jadi pilihannya meminjamkan baju merah kepada dia atau berkompromi untuk menanyakan lagi enaknya pake baju apa, supaya kita semua sama," ujarnya menandaskan. 

Baca: Sosialisasi 4 Pilar, Putra Jelaskan Gotong Royong Zaman Now

Putra juga menambahkan demokrasi yang dijalankan Amerika Serikat jauh berbeda dengan Indonesia. Mereka  tidak menjalankan sistem Gotong Royong untuk mencapai musyawarah mufakat seperti layaknya di Indonesia. 

"Kita punya sistem sendiri, kita punya sejarah sendiri. Jadi kalau di Indonesia itu seperti di DPR ada musyawarah dan mufakat, kita bermusyawarah untuk mencapai mufakat, bukan karena saya ini PDI Perjuangan," pungkasnya.

Quote