Ikuti Kami

Adian Tegaskan Kenaikan Harga BBM Era SBY Paling Mencekik!

Kenaikan harga BBM di era SBY mencapai Rp 4.690, sedangkan pada era Jokowi kenaikan BBM mencapai Rp 3.500.

Adian Tegaskan Kenaikan Harga BBM Era SBY Paling Mencekik!
Anggota DPR RI Adian Napitulu.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Adian Napitulu mengatakan kenaikan harga BBM terjadi bukan pertama kali di Indonesia. 

Adian mengungkapkan kenaikan harga BBM sudah terjadi sebanyak 37 kali selama kemerdekaan Indonesia.

“Secara total persentase, kenaikan harga BBM dibandingkan Presiden SBY menaikkan sekitar 254 persen dalam waktu 10 tahun. Sementara, Presiden Jokowi kenaikan dalam persentase 54 persen. Itu kalau persentase,” kata Adian dalam rilis nasional survei Indikator Politik Indonesia bertajuk “Kenaikan harga BBM, Pengalihan Subsidi BBM dan Approval Rating Presiden” secara daring, Minggu (18/9).

Dibeberkannya, apabila dilihat secara angka, kenaikan harga BBM di era SBY mencapai Rp 4.690, sedangkan pada era Jokowi kenaikan BBM mencapai Rp 3.500.

Baca: Adian Tegaskan Jokowi Menang Telak dari SBY

“Dilihat secara angka, masih lebih mahal kenaikan BBM secara total di pemerintahan SBY sebesar Rp 1.190 dibandingkan zaman Jokowi. Jadi, baik dari persentase maupun angka, ya memang lebih tinggi kenaikan (BBM) zaman Presiden SBY selama 10 tahun dibandingkan zaman Jokowi,” kata Adian.

Bahkan Adian Napitupulu menyebut tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih lebih tinggi apabila dibandingkan era Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), khususnya usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

“Kita menghargai hasil survei. Itu menjadi potret, cerminan bagaimana opini yang berkembang di masyarakat. Tadi dijelaskan tingkat kepuasan publik terakhir 62,6 persen, kalau dibandingkan dengan tingkat kepuasan yang sama periode SBY tahun 2013, masih lebih tinggi Jokowi,” kata Adian.

Ia mengungkapkan berdasarkan temuan SMRC pada 2013, pascakenaikan BBM era SBY, tingkat kepuasan publik mencapai 55,8 persen, sedangkan hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencapai sekitar 35 persen.

"Kalau tidak salah ya, tetapi bisa di-cross check itu. Artinya, di periode menjelang akhir masa jabatan, kalau kita bandingkan antara periode SBY dengan Jokowi, di tengah naiknya harga BBM, saya lihat masih lebih tinggi Jokowi (tingkat kepuasannya). Sangat drop apabila dibandingkan head to head seperti itu, masih lebih bagus Jokowi hari ini,” terang Adian.

Meskipun diakuinya, hasil survei Indikator ini dilakukan setelah dua hari kenaikan harga BBM ditetapkan pemerintah. Dengan kata lain, tingkat ketidakpuasan masih sangat tinggi dirasakan oleh masyarakat.

Akan tetapi, menurut Adian, survei itu menjadi bahan pertimbangan buat PDI Perjuangan dan menjadi masukan yang berharga, khususnya untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan dari kebijakan tersebut.

Baca: Hasto Jelaskan soal Isu Teguran kepada Ganjar Pranowo

“Semua bahan survei ini akan menjadi pertimbangan buat kita, akan menjadi masukan yang berharga buat kita semua. Kita belajar untuk melihat kekurangan, kelemahan dan sebagainya yang harapan kita bisa perbaiki di kemudian hari,” kata Adian.

Diketahui, dari survei yang dilakukan pada 5-10 September, Indikator Politik Indonesia menemukan approval rating Presiden Jokowi masih tinggi pascakenaikan harga BBM. Hal itu terlihat dari masyarakat yang merasa puas dan sangat puas terhadap kinerja Jokowi sebagai Presiden masih cukup tinggi, yaitu mencapai 62,6 persen.

Sementara, responden yang kurang puas ada sebanyak 27,2 persen dan yang tidak puas sama sekali sebanyak 8,1 persen. Masyarakat yang menilai kinerja Jokowi tidak memuaskan apabila ditotal ada sebanyak 35,3 persen.

Survei ini dilakukan dengan target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon sekitar 83 persen dari total populasi nasional. Jumlah sampel sebanyak 1.215 responden dipilih memlalui proses pembangiktan nomor telepon secara acak, validasi, dan skrining. Angka margin of error survei diperkirakan plus minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Quote