Jakarta, Gesuri.id - Jaringan Rakyat untuk Ganjar (Juragan) untuk memberikan sosialisasi mengenai ideologi Pancasila kepada generasi muda, dengan tujuan agar mereka tidak rentan terpapar oleh paham radikalisme.
"Kami mengundang anak-anak muda dari sejumlah desa di Kecamatan Parongpong untuk lebih mengenal lagi tentang Pancasila," kata Koordinator Juragan, Riani Pusparini Soedarmo
Riani Pusparini Soedarmo mengakui bahwa saat ini banyak generasi muda yang kurang memahami esensi dari ideologi Pancasila. Bahkan, pelajaran mengenai Pancasila sangat minim dalam kurikulum pendidikan, bahkan hampir tidak diajarkan sama sekali.
Baca: JMM: Polemik Tayangan Azan Ganjar Bukan Politik Identitas
Karena itulah, Juragan merasa perlu berperan aktif dalam membantu pemerintah untuk memperkenalkan Pancasila kepada generasi muda. Mereka menyadari bahwa generasi muda adalah tonggak penting dalam meneruskan perjuangan bangsa Indonesia ke depannya.
Juragan berkomitmen untuk terus menggelorakan upaya ini, dan mereka menegaskan bahwa kegiatan ini tidak terkait dengan agenda politik, termasuk Pemilihan Presiden (Pilpres), meskipun mereka adalah relawan dari salah satu calon presiden.
"Kegiatan ini beberapa waktu lalu sudah digelar di Kecamatan Parongpong dan ke depan akan kita gelar terus dengan menyasar anak-anak muda supaya tegak lurus terhadap ideologi Pancasila," tegas Riani Pusparini Soedarmo.
Riani Pusparini Soedarmo juga mengungkapkan keprihatinannya karena ada sejumlah generasi muda yang pernah terpapar oleh paham radikal, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dilarang oleh negara. Namun, mereka kini telah menyadari pentingnya ideologi Pancasila dan telah kembali ke jalur yang benar.
"Di acara hari ini ada tiga pemuda yang pernah terpapar radikalisme, tapu kini mereka sudah kembali kepada Pancasila,"tambahnya.
Di tempat yang sama, Aktivis Dialog lintas Iman, Wawan Gunawan, menyampaikan hasil riset yang dia ikuti sejak 2011, yang dilakukan oleh UIN Jakarta. Hasil riset tersebut menunjukkan penurunan sebanyak 10% dalam dukungan terhadap Pancasila, sementara pendukung yang anti terhadap Pancasila meningkat sebanyak 10%. Bahkan, yang lebih mencengangkan adalah bahwa 50% dari kalangan guru dikategorikan sebagai pendukung anti-Pancasila.
“Itu risetnya PPIN UIN Jakarta, mungkin angka konkritnya bisa disearching di Google. Intinya ada tren bahwa orang mulai melupakan Pancasila dan punya cita-cita tentang negara syariat,” ungkap Wawan Gunawan.
Wawan Gunawan menambahkan bahwa faktor-faktor ini dapat disebabkan oleh pengaruh global, internal, dan eksternal. Selain itu, fenomena dalam lingkup keagamaan juga menciptakan kelompok-kelompok ekstrem yang mendorong gagasan negara berdasarkan agama. Hal ini bahkan dapat mempengaruhi pilihan politik seseorang, hingga mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.
Baca: Menkominfo Tegaskan Siaran Ganjar di TV Tak Ganggu Masyarakat
Menurutnya, perbedaan pemahaman antara nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan terkadang menyebabkan terjadinya pemisahan antara agama dan negara. Padahal, para pendiri bangsa dan ulama pada masa perjuangan bangsa ini menciptakan Pancasila sebagai solusi agar Indonesia, yang memiliki beragam suku dan agama, dapat bersatu.
“Melalui Pancasila, para kiai dan ulama terdahulu ingin mengajarkan bahwa bela negara dan bela agama itu satu tarikan nafas,” tambahnya.
Wawan Gunawan memberikan respons positif terhadap upaya Juragan dalam mengajak generasi muda untuk berkomitmen dalam menjaga Pancasila. Mereka juga berusaha mengenalkan sejarah Pancasila yang bersumber dari budaya dan tradisi bangsa Indonesia.
"Kami ingin menyadarkan para pemuda akan tantangan yang dihadapi bangsa ke depan akan jauh lebih berat. Untuk itu ideologi Pancasila bisa membentengi NKRI sehingga Bhineka Tunggal Ika tetap menjadi ciri dari Bangsa Indonesia yang begitu heterogen," tutupnya.