Ikuti Kami

Nico Siahaan Berharap Kepolisian Ungkap Kejanggalan Tewasnya Diplomat Muda

Area kos saat ini telah disterilkan dan ditutup dengan garis polisi. Media hanya dapat memantau dari luar, tepatnya di area parkiran.

Nico Siahaan Berharap Kepolisian Ungkap Kejanggalan Tewasnya Diplomat Muda

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI, Junico Siahaan atau yang akrab disapa Nico Siahaan berharap agar kejanggalan-kejanggalan terkait tewasnya diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) segera terungkap.

"Kita tak mau berspekulasi. Makanya  harapan kami kejanggalan-kejanggalan ini cepat ditemukan jawabannya segera," kata Nico Siahaan di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (14/7).

Politisi PDI Perjuangan itu menambahkan, Komisi I DPR RI menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada penegak hukum.

"Komisi I tidak bisa berspekulasi, kita serahkan kepada penegak hukum," tambahnya.

Ia hanya mempertanyakan tidak adanya bukti kekerasan dan pendobrakan. Tapi disisi lain, sambungnya, terasa aneh dan diuar nalar ketika orang melakukan bunuh diri dengan cara menggunakan lakban dan sebagainya.

"Saya hanya menempatkan diri, pasti akan ada, gak mungkin tenang saja kehilangan nafas, pasti dan reaksi ketika kehabisan nafas, apakah dia berontak, walaupun dia di kamar sendiri. Tapi kan terlalu tenang gitu gak ada bukti lain. Orang ketika di penghujung, pasti berontak, refleks dan itu belum bisa dijelaskan, belum ketemu antara nalar kita dengan temuan polisi, CCTV tapi kita tak mau berspekulasi lah dengan apa yang sedang dia kerjakan, dengan tugas-tugas di Kementerian Luar Negeri, dengan CCTV yang katanya tidak lengkap. Kami gak mau spekulasi biarkan polisi," kata Nico.

Kasus kematian ADP hingga saat ini masih menyisakan banyak tanya. Korban ditemukan tewas dengan kepala dan wajah terlilit lakban di dalam kamar kosnya yang berada di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Kini perhatian publik tertuju pada lokasi penginapan yang disebut-sebut sepi.

Lokasi kos tempat ADP tinggal terbilang senyap dan tidak ramai penghuni, meskipun berada di jantung ibu kota. Lingkungan sekitar kos juga didominasi penghuni keluarga, bukan tempat indekos yang padat atau ramai aktivitas harian.

Area kos saat ini telah disterilkan dan ditutup dengan garis polisi. Media hanya dapat memantau dari luar, tepatnya di area parkiran dan gerbang masuk.

Berdasarkan penelusuran, hanya terdapat tiga kamera pengawas (CCTV) di lokasi: dua mengarah ke area luar parkiran dan satu ke lorong penginapan. Namun, tidak ada CCTV yang langsung mengarah ke dalam pintu kamar korban, yang menyulitkan proses identifikasi siapa saja yang keluar masuk.

Quote