Ikuti Kami

Alam Ganjar: Penyandang Tuli Itu Gaya Hidup

"Jadi, kawan, tuli itu bukanlah suatu kekurangan, tetapi merupakan gaya hidup saat ini," kata Alam.

Alam Ganjar: Penyandang Tuli Itu Gaya Hidup
Alam Ganjar saat menjadi barista dadakan di Kota Kupang, NTT, Rabu (7/2/2024). (Simon Selly/detikBali)

Kupang, Gesuri.id - Muhammad Zinedine Alam Ganjar, putra Calon Presiden RI nomor urut 3 Ganjar Pranowo, menilai penyandang tuli sekarang itu sudah masuk dalam gaya hidup sehingga bukanlah sebuah kekurangan.

"Jadi, kawan, tuli itu bukanlah suatu kekurangan, tetapi merupakan gaya hidup saat ini," katanya setelah bertemu dengan sejumlah penyandang disabilitas tuli di salah satu kafe di Kota Kupang, NTT, Rabu (7/2).

Kafe Kopi SAa yang ditempati itu merupakan satu-satunya kafe di NTT yang dikelola oleh kaum disabilitas, dan menampung dan mempekerjakan sejumlah penyandang disabilitas salah satunya penyandang disabilitas tuli.

Dia mengatakan bahwa alasan dirinya menyebut gaya hidup karena saat ini kawan penyandang disabilitas tuli telah memiliki komunitas yang disebut dengan Kawan Tuli.

Hal ini juga yang dia dapat dan pelajari saat berdiskusi dengan para penyandang disabilitas tuli di kafe milik disabilitas tuli di Jakarta, yakni Kafe Sunyi, Jakarta.

"Jadi memang ada alasannya kenapa sehingga disebut Kawan Tuli karena mereka mempunyai komunitas sendiri dengan gaya interaksi dan komunikasi mereka berbeda," ujar dia.

Saat berkunjung ke kafe tersebut, dia juga berdiskusi dengan sejumlah penyandang disabilitas tuli yang adalah pegawai di kafe tersebut.

Dalam diskusi dengan para pegawai disabilitas, Alam mengingatkan bahwa kondisi yang dialami tak perlu menjadi alasan untuk tidak menjalani hidup yang penuh.

Selain berdiskusi, Alam Ganjar juga menampilkan kemampuannya menjadi barista dadakan di kafe tersebut dan diperhatikan oleh para disabilitas yang bekerja di tempat itu.

Tak hanya itu, dia juga memuji konsep kafe yang tak sekadar berorientasi bisnis, tetapi juga memberdayakan kelompok marjinal.

"Bisnis yang memberdayakan masyarakat, khususnya kelompok marjinal seperti penyandang disabilitas, memang bukan konsep baru. Tetapi, apa yang secara konsisten dilakukan pemilik kafe Kopi SAa di tengah ketatnya persaingan usaha yang berorientasi keuntungan adalah hal yang patut dipuji," kata Alam.

Apalagi, ujar dia, banyak penyandang disabilitas yang sebelumnya merupakan pegawai di kafe itu sekarang sudah bisa berdiri di kaki sendiri.

"Pada usia yang masih muda, mereka ini membuktikan diri sebagai anak muda yang bisa berdaya di kaki sendiri," ucap pemuda 22 tahun tersebut.

Quote