Ikuti Kami

Jokowi Antithesis dari Kebanyakan Politisi dan Birokrat

Jokowi bagaikan magnet yang mampu menarik simpati sekaligus melipatgandakan dukungan pemilih.

Jokowi Antithesis dari Kebanyakan Politisi dan Birokrat
Calon Presiden petahana nomor urut 01 Joko Widodo menyapa pendukungnya ketika kampanye terbuka di Alun-alun Brebes, Jawa Tengah, Kamis (4/4/2019). Jokowi menargetkan dapat meraih suara lebih dari 80 persen di Brebes pada Pilpres 2019.

Jakarta, Gesuri.id - Pengamat Politik, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema), mengatakan sosok Capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) merupakan antithesis politisi dan birokrat kebanyakan di Indonesia.

Hal itu yang membuat Jokowi bagaikan magnet yang mampu menarik simpati sekaligus melipatgandakan dukungan pemilih. Menurutnya Jokowi memiliki gaya pendekatan politik yang khas dan mampu memancing opini publik. 

Baca: Gerakan Tani Nelayan Nusantara Indonesia Dukung 01

Di mata mantan aktivis 98 itu, Jokowi adalah tipe politisi yang jarang dijumpai di Indonesia. Kehadirannya menjadi sebentuk narasi perlawanan terhadap gaya politisi dan prilaku pejabat publik tanah air hari-hari ini.

Ia menuturkan, meskipun banyak yang menilai gaya Jokowi turun ke bawah menyapa masyarakat pinggiran merupakan strategi politik jelang Pilpres yang penuh dengan pencitraan, tetapi bagi sebagian orang Jokowi mampu menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat dan turut merasakan apa yang dialami masyarakat.

"Jokowi adalah model politisi langka. Gaya politik Jokowi tak lazim dan sangat bertolak belakang dengan sepak terjang politisi dan prilaku pejabat publik yang jamak disaksikan masyarakat," ungkap Ansy.

Apa yang disampaikan caleg DPR RI Dapil NTT II itu bukan tanpa alasan. Ansy kemudian menyodorkan sejumlah indikator yang menegaskan posisi Jokowi yang dinilalinya sebagai antithesis dari politisi dan birokrat kebanyakan.

Pertama, Jokowi sungguh menampilkan sosoknya sebagai orang biasa, bukannya orang besar. Pendapat Ansy sebetulnya tak pernah terlepas dari prilaku elit yang sering diekspose ke ruang publik dengan gaya dan mental tuan dan tak jarang mengkultuskan diri sebgai penguasa yang harus dilayani.

"Hal ini jelas berbeda dengan prilaku yang sering ditunjukkan banyak politisi yang mengidap mentalitas tuan, gemar diperlakukan sebagai penguasa yang mesti dihormati, dilayani, bahkan ditakuti," tegas Ansy.

Baca: Ganjar: Deklarasi Kepala Daerah di Jateng Tidak Melanggar

Dengan memosisikan dirinya sebagai orang biasa, menegasakan bahwa Jokowi lebih suka bertindak sebagai pelayan publik. Gaya politik Jokowi, demikian Ansy, sangat populis, down to earth, tidak elitis sebagaimana para politisi maupun pejabat publik umumnya. 

Kedua, Jokowi tidak pernah menampilkan dirinya sebagai orang asing ketika hendak berinteraksi dengan masyarakat. Ia juga tak pernah mengambil jarak sebagaimana yang sering dilakukan elit kebanyakan di negeri ini yang seolah menjadi sangat asing ketika harus berada bersama masyarakat.

Sementara di sisi lain, mayoritas politisi dan pejabat justru menjadi sangat asing saat bertemy warga miskin. Jokowi benar-benar merakyat. Bahkan menurut Ansy, mantan wali kota Solo itu seolah menjadi bagian dari masyarakat kelas bawah. 

"Kehadirannya di tengah warga miskin tida memperlebar kesenjangan, malah justru mendekatkan jarak dengan masyarakat miskin yang dikunjunginya. Masyarkat seolah menemukan diri mereka yang lain dalam sosok seorang Jokowi," ungkap Ansy.

Ketiga, sebagai pemimpin, demikian Ansy, Jokowi memiliki kelebihan yakni kata dan lakunya sejalan. Kepeduliannya terhadap miskin misalnya, sungguh ia buktikan melalui kinerjanya. Sementara kebanyakan politisi menurut Ansy, hanya piawai berpidato, namun miskin implemntasi.\

Baca: Alumni UIN Sunan Kalijaga DIY Dukung Jokowi-Ma'ruf

Bagi Ansy, cara Jokowi mengucapkan pidatonya adalah melalui tindakan nyata. Ia bukan tipe pemimpin yang menghabiskan waktunya dengan rapat di ruangn ber-AC, tetapi turun lapangan untuk memimpin dan mengawasi langsung program pembangunan yang tengah dijalankan.

"Hanya dengan itu, sebagai pemimpin, Jokowi bisa memastikan apalah agenda pembangunan yang tengah dilakukan berjalan lancar atau tidak," ungkapnya.

Quote