Ikuti Kami

Sumpah Pemuda: Refleksi Pergerakan dan Perjuangan

Oleh : E.Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg DPR RI PDI Perjuangan, Dapil NTB II

Sumpah Pemuda: Refleksi Pergerakan dan Perjuangan
E.Y. Wenny Astuti Achwan

TAHUN ini kita memperingati Sumpah Pemuda untuk yang ke-90 kali. *Sumpah Pemuda bukanlah ikrar biasa, melainkan sebuah penegasan kecintaan para pemuda Indonesia saat itu terhadap tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Penegasan tersebut sekaligus sebagai pembuktian bahwa para pemuda telah memiliki cita-cita terbentuknya "Tanah Air Indonesia", "Bangsa Indonesia", serta "Bahasa Indonesia". Pada kesempatan tersebut lagu kebangsaan Indonesia Raya juga telah diperdengarkan untuk pertama kalinya walaupun tanpa teks. 

Sumpah Pemuda yang terjadi pada Kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928, yang merupakan *kongres perjuangan* para pemuda berbagai suku, dapat dikatakan sebagai tonggak yang mewarnai perjuangan yang mengarah ke kemerdekaan bangsa Indonesia yang terujud pada 17 tahun kemudian. 

Lantas kemudian, dalam konteks kekinian di mana cita-cita terbentuknya tanah air, kebangsaan dan bahasa persatuan Indonesia telah terujud, bagaimana kita memaknai Sumpah Pemuda 1928?

 

PEMUDA AGEN PERUBAHAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam berbagai peristiwa kebangsaan, pemuda selalu mengambil peran penting  dalam pergerakan nasional. Sebelum Sumpah Pemuda 1928, Boedi Oetomo 1908 juga dipelopori oleh para pemuda pada masanya. Sebuah organisasi pergerakan nasional pertama yang dilandasi oleh kesadaran bersatu dan meningkatnya keinginan untuk merdeka.

Tidak kurang dari ungkapan provokatif *Bung Karno* tentang pemuda: "Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja kepalanya".

Sungguh tidak berlebihan kiranya jika pemuda adalah agen perubahan. Idealisme dan heroisme melekat dalam diri pemuda. Niscaya bulan Oktober menjadi bulan pemuda yang bercita-cita mewujudkan *Satu Indonesia.

 

KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN

Sekitar 700 pemuda dari berbagai suku mengucapkan sumpah. Ini menggambarkan bahwa keberagaman telah mendasari roh perjuangan para pemuda. Kesamaan perjuangan dan cita-cita menyatukan semua elemen bangsa.

Di antara mereka tercatat 6 pemudi yang terlibat. Betapapun secara proporsional rendah, tetapi hal tersebut membuktikan kesetaraan gender sudah bergema di ruang perjuangan mereka. Bahkan salah satu pemudi, Siti Soendari, ikut memberikan pidatonya. Oleh karena itu pengucapan sumpah didahului dengan kalimat “Kami Putra dan Putri Indonesia”.

SPIRIT PERJUANGAN

Kongres Pemuda II 1928 adalah sebuah kongres perjuangan para pemuda. Perjuangan mencapai cita-cita menuju kemerdekaan. Spirit perjuangan ini sepantasnya tidak pernah usai karena tantangan dan perubahan pasca-kemerdekaan tetap terbentang di abad yang telah berganti. Konsepsi kemerdekaan adalah jembatan emas menjadi relevan karena di seberang jembatan emas inilah terbentang jalan utama mencapai kemuliaan bangsa. Perjuangan mencapai masyarakat yang merdeka dari penindasan dan neo-kapitalisme imperialisme dengan berbagai variannya di bidang sosial, politik dan ekonomi. Perjuangan yang memastikan bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat dalam mewujudkan berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan (analog dengan Tanah Air, Bangsa dan Bahasa). 

Perjuangan menyatukan keberagaman golongan dan kelompok serta  meleburkan ketidaksetaraan kelas dan gender adalah upaya yang terus-menerus yang berpusat kepada warga bangsa dalam mencapai sasaran dan target yang komprehensif, transformasional dan berjangkauan luas.

Ketika dunia semakin berkembang di abad ultra-informasi dan inteligensi artifisial ini cita-cita tanah air, bangsa dan bahasa yang “Satu Indonesia” menemukan lagi aktualisasinya.

Quote